Penyelidikan asal Covid-19 Berlanjut di Tengah Persaingan Hegemoni AS-China
Sampai saat ini, asal-usul Covid-19 di China masih misteri. Sejumlah penelitian terus dilakukan. Beberapa teori dikembangkan. Dalam proses itu, ada kelindan persaingan hegemoni antara Amerika Serikat dan China.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
WASHINGTON, MINGGU — Asal muasal Covid-19 sampai sekarang masih menjadi misteri. Tim dari Organisasi Kesehatan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa masih menyelidikinya. Sementara baru-baru ini, laporan intelijen Amerika Serikat menyebut bahwa tiga peneliti di Institut Virologi Wuhan, China, pernah mendapatkan perawatan rumah sakit pada November 2019 alias beberapa bulan sebelum Pemerintah China akhirnya mengungkapkan pandemi Covid-19.
Laporan intelijen AS tersebut dipublikasikan harian The Wall Street Journal, Minggu (23/5/2021). Laporan itu merinci informasi tentang jumlah peneliti yang terinfeksi Covid-19, kepastian waktu kapan mereka sakit dan kapan mereka dirawat di rumah sakit. Informasi baru ini bisa menjadi dasar perlunya penyelidikan lebih mendalam mengenai kemungkinan virus korona baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19 bocor dari laboratorium.
Publikasi laporan intelijen AS tersebut keluar menjelang pertemuan pengambilan keputusan di WHO. Agenda pertemuan itu akan membahas langkah penyelidikan lanjutan menelusuri asal-usul Covid-19.
Dewan Keamanan Nasional AS menegaskan, pemerintahan Presiden AS Joe Biden akan terus menyelidiki masa-masal awal pandemi Covid-19, termasuk asal-usul Covid-19 di China. Proses penyelidikan ini juga dipastikan akan bebas campur tangan pihak mana pun dan tidak akan dipolitisasi.
Pemerintah AS tidak akan menyimpulkan atau menduga apa pun terkait proses penyelidikan WHO yang masih berjalan. Seluruh teori dan hasil temuan akan dikaji oleh para pakar kesehatan dari sejumlah negara.
AS, Norwegia, Kanada, Inggris, dan sejumlah negara lain pada Maret lalu tidak memercayai penyelidikan asal-usul Covid-19 yang dipimpin WHO. Mereka mendesak agar ada penyelidikan lebih lanjut dan akses penuh untuk melihat semua data terkait tahap-tahap awal pandemi. AS berharap China mau bekerja sama dan lebih transparan memberikan semua data yang dibutuhkan.
Kementerian Luar Negeri China, Minggu, menyatakan, tim penyelidik pimpinan WHO yang berkunjung ke Wuhan Februari lalu sudah menyimpulkan bahwa kecurigaan adanya kebocoran di laboratorium tidak benar dan tidak mungkin terjadi. ”AS masih terus saja mengembangkan teori kebocoran di laboratorium. Mereka mau melacak sumber Covid-19 atau mencoba mengalihkan perhatian saja?” sebut Kemenlu China dalam surat jawaban kepada harian The Wall Street Journal.
Pemerintah AS mencurigai adanya kebocoran dari laboratorium China sejak pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump. Namun, China selalu membantah tuduhan itu. Di akhir pemerintahan Trump, Kemenlu AS menyebutkan AS meyakini ada beberapa peneliti yang sakit sebelum ditemukan kasus pertama Covid-19. Gejala-gejalanya menunjukkan sakit yang disebabkan Covid-19. Ketika tim WHO datang ke Wuhan untuk mencari tahu asal-usul Covid-19, China tidak mau memberikan data mentah kasus-kasus awal Covid-19. Ini yang menyulitkan upaya memahami awal mula pandemi.
Sekelompok peneliti di Inggris memiliki pandangan berbeda dengan tim ahli WHO. Mereka menilai asal-usul Covid-19 masih belum jelas dan belum ada bukti jelas apakah virus itu muncul tiba-tiba atau karena akibat kebocoran laboratorium. Proses penyelidikan ini harus tetap dilanjutkan karena sudah membunuh 3,34 juta orang dan menimbulkan kerugian triliunan dollar AS serta menghancurkan kehidupan miliaran orang di dunia.
”Untuk menentukan asal-usul pandemi, masih butuh penyelidikan lebih jauh,” kata 18 peneliti, termasuk di antaranya Ravindra Gupta, ahli mikrobiologi klinis di University of Cambridge, dan Jesse Bloom yang mempelajari evolusi virus di Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson.
Guru Besar Mikrobiologi di Stanford University David Relman menegaskan, teori-teori mengenai ketidaksengajaan virus bocor dari laboratorium dan limpahan zoonosis tidak bisa dihilangkan atau dianggap tidak ada.
Para peneliti Inggris itu juga menyebutkan penyelidikan awal WHO itu belum membuat pertimbangan yang seimbang pada teori yang menyebutkan Covid-19 menyebar kemungkinan karena ada kecelakaan di laboratorium. ”Hipotesis-hipotesis itu harus dipegang sebelum kita punya data bukti yang cukup,” kata para peneliti.
Para peneliti Inggris juga sangat menghargai upaya para dokter, ilmuwan, wartawan, dan warga China yang telah menyebarkan informasi Covid-19 ini ke seluruh dunia. Bahkan, ada diantara mereka yang tewas akibat virus ini. Menemukan jawaban asal-usul Covid-19 ini penting karena dengan mengetahui bagaimana virus baru itu muncul, maka para ilmuwan dan pengambil kebijakan akan bisa mencegah pandemi lain. Selain itu, akan bisa diketahui evolusi virusnya sehingga akan membantu dalam mengembangkan obat-obatan dan vaksin. (REUTERS)