Kehidupan perlahan mulai berdenyut lagi di Jalur Gaza. Para mediator terus mengupayakan situasi damai untuk jangka panjang.
Oleh
Mahdi Muhammad dan Kris Mada
·3 menit baca
GAZA, SABTU — Gencatan senjata antara Israel dan Palestina masih bertahan hingga Sabtu (22/5/2021) sejak diberlakukan pada Jumat dini hari, mengakhiri perang selama 11 hari. Tidak ada laporan tembakan roket dari Gaza atau serangan udara dari Israel.
Kerusakan parah akibat perang memunculkan kekhawatiran atas situasi kemanusiaan di Jalur Gaza. Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan menyebutkan, 800.000 orang di Gaza tidak punya akses terhadap air bersih karena 50 persen saluran air rusak akibat perang. Setidaknya 53 sekolah, 6 rumah sakit, dan 11 klinik kesehatan rusak.
Kawasan komersial tersibuk di Gaza City, Jalan Omar al-Mukhtar, tertutup puing-puing setelah serangan udara Israel meratakan gedung 13 lantai di pusatnya. Namun, situasi tenang membuat warga Gaza kembali beraktivitas.
Warga memborong buah dan sayuran segar di pasar terbuka kota Gaza yang telah beroperasi kembali. Para pekerja kebersihan dibantu warga mencoba membersihkan puing-puing sisa bangunan yang runtuh.
”Hidup akan kembali karena ini bukan perang pertama. Dan ini juga bukan perang terakhir,” kata Ashraf Abu Mohammad, pemilik toko di Gaza.
Perang telah menewaskan sedikitnya 243 orang Palestina, 66 di antaranya anak-anak dan 39 perempuan, serta melukai 1.910 orang. Di Israel, perang menewaskan 12 orang, termasuk anak-anak.
Puluhan ribu orang kembali ke rumah setelah berlindung di sekolah-sekolah yang dikelola PBB. Pada puncaknya, 66.000 orang berdesakan di dalamnya. PBB memperkirakan hampir 17.000 unit hunian dan komersial rusak atau hancur akibat perang.
Diplomasi
Upaya diplomasi terus dijalankan untuk mempertahankan gencatan senjata dan menciptakan situasi damai dalam jangka panjang. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken dijadwalkan bertemu Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan para pemimpin Israel pekan depan.
Sebelumnya Presiden AS Joe Biden menyatakan, solusi dua negara adalah satu-satunya jawaban untuk menyelesaikan konflik antara Palestina dan Israel yang sudah mengakar. Biden akan mengupayakan agar solusi dua negara bisa terwujud. ”Tidak ada pergeseran komitmen saya terhadap keamanan Israel. Titik. Tidak ada sama sekali. Kalaupun ada pergeseran, itu adalah kita masih membutuhkan solusi dua negara. Itu satu-satunya jawaban, satu-satunya jawaban,” kata Biden.
Gagasan solusi dua negara, Palestina sebagai negara berdaulat berdiri berdampingan dengan Israel serta Jerusalem sebagai ibu kota bersama, selama ini menjadi landasan diplomasi internasional untuk mengakhiri konflik Palestina-Israel. Namun, terjadi perubahan mencolok ketika AS, salah satu motor perundingan, saat dipimpin Donald Trump, condong pada berdirinya negara Israel dan mengabaikan Palestina.
Sementara dua tim mediator dari Mesir sudah berada di teritori Palestina dan Israel untuk meneruskan pembicaraan guna menegaskan kesepakatan gencatan senjata. Mesir akan mengirimkan 130 truk yang membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza dan diperkirakan sudah masuk ke wilayah itu, Sabtu.
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi mengumumkan bantuan 500 juta dollar AS untuk pemulihan Gaza. Sementara Raja Arab Saudi Salman bin Abdulazis al-Saud juga meminta Riyadh mengerahkan kemampuan untuk kembali mewujudkan solusi dua negara.
Di New York, AS, para pelapor khusus PBB mendesak komunitas internasional menghentikan pasokan senjata ke Palestina dan Israel. Mereka juga mendesak penyelidikan dugaan kejahatan perang dalam pertempuran Palestina-Israel pada 10-20 Mei 2021.
Dalam surat terbuka yang disiarkan pada Jumat siang waktu New York atau Sabtu dini hari WIB, mereka menyebut pasokan senjata ikut memicu ketegangan. ”Kami meminta semua negara, khususnya yang mendukung Israel dan Palestina, untuk menunda ekspor semua jenis senjata,” tulis mereka. (AP/AFP/REUTERS)