Solusi Dua Negara untuk Akhiri Konflik Palestina-Israel
Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyatakan solusi untuk konflik Palestina-Israel adalah solusi dua negara. Dia juga mendesak negara-negara di kawasan untuk mengakui keberadaan negara Yahudi, Israel.
Oleh
Mahdi Muhammad
·5 menit baca
Kompas
Warga Palestina merayakan di jalan-jalan menyusul gencatan senjata yang ditengahi oleh Mesir antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza, 21 Mei 2021.
WASHINGTON, SABTU — Pemerintah Amerika Serikat menyatakan solusi dua negara adalah satu-satunya jawaban untuk menyelesaikan konflik antara Palestina dan Israel yang sudah mengakar. Pada saat yang sama, dia juga berharap gencatan senjata antara Israel dan Hamas bisa terus bertahan sebagai tahapan awal menuju solusi yang lebih luas, termasuk solusi dua negara.
Presiden AS Joe Biden juga menyatakan akan membantu pembangunan kembali wilayah Gaza dan akan berkoordinasi dengan Otoritas Palestina mengenai hal ini. Namun pada saat yang sama, Biden juga menyatakan keinginannya agar bantuan itu tidak jatuh ke tangan Hamas yang bisa dimanfaatkan untuk memperoleh kembali kemampuan militernya pasca-pertempuran selama 11 hari kemarin.
Gagasan solusi dua negara, Palestina sebagai negara berdaulat berdiri berdampingan dengan Israel serta Jerusalem sebagai ibu kota bersama, selama ini menjadi landasan diplomasi internasional untuk mengakhiri konflik Palestina-Israel. Namun terjadi perubahan yang mencolok ketika AS, salah satu motor perundingan, saat dipimpin oleh Donald Trump condong pada berdirinya negara Israel dan mengabaikan Palestina.
AFP/NICHOLAS KAMM
Presiden AS Joe Biden memberikan pernyataannya dari Gedung Putih, Kamis (20/5/2021), tentang gencatan senjata yang disepakati oleh Hamas dan Israel.
Rencana perdamaian Timur Tengah yang dirancang oleh Jared Kushner, pebisnis yang sekaligus menantu Trump yang didapuk menjadi penasihat seniornya, memang mengakomodasi gagasan solusi dua negara. Namun, cetak biru itu memosisikan negara Palestina dengan kedaulatan terbatas dan Israel menjaga keamanan atas negara itu. Hal itu ditolak mentah-mentah oleh para pemimpin Palestina.
Di lapangan, wilayah Palestina terus menciut setelah Pemerintah Israel membiarkan dan bahkan mendorong pengembangan permukiman baru warga Yahudi di wilayah pendudukan.
Biden mengatakan, dirinya akan mengupayakan agar solusi dua negara bisa terwujud. ”Tidak ada pergeseran komitmen saya terhadap keamanan Israel. Titik. Tidak ada sama sekali. Kalaupun ada pergeseran, pergeserannya adalah kita masih membutuhkan solusi dua negara. Itu satu-satunya jawaban, satu-satunya jawaban,” kata Biden.
Meski menyinggung soal solusi dua negara, Biden tidak menyinggung soal keberadaan Jerusalem sebagai ibu kota Israel yang ditolak oleh Palestina. AS juga telah memindahkan kedutaan besarnya di Israel, dari Tel Aviv ke Jerusalem, yang dipandang sebagai pengakuan terhadap Jerusalem sebagai ibu kota Israel dan bukan sebagai ibu kota bersama berdasarkan solusi dua negara.
AP/MAHMOUD ILLEAN
Seorang badut bermain busa sabun bersama anak-anak saat perayaan Idul Fitri di kompleks Masjid Al Aqsa di Jerusalem, Kamis (13/5/2021).
Biden di saat yang sama juga menyerukan penghentian tindakan kekerasan sesama warga, baik warga Palestina maupun Israel. Meski menyatakan bahwa adalah penting untuk memastikan keamanan warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza, kondisi serupa juga harus didapatkan oleh warga Israel, baik Arab maupun Yahudi. Bahkan, secara tegas Biden menyatakan, siapa pun, termasuk warga Palestina, harus mengakui hak hidup warga Israel.
”Mari kita luruskan satu hal di sini: sampai negara-negara di kawasan menyatakan dengan tegas bahwa mereka mengakui hak Israel untuk eksis sebagai sebuah negara Yahudi yang merdeka, tidak akan ada perdamaian,” kata Biden.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken diminta Biden untuk segera mengunjungi Timur Tengah, terutama di Palestina dan Israel, untuk membahas upaya pemulihan dan kerja sama di masa depan bagi keduanya. Blinken sudah berbicara dengan Pemimpin Palestina Mahmoud Abbas yang meminta agar Washington menindaklanjuti penghentian tindakan Israel di Jerusalem, seperti penggerebekan di Masjid Al Aqsa dan rencana penggusuran warga Palestina dari lingkungan Sheikh Jarrah.
Tidak sepakat
Namun, di Israel, tidak semua sepakat dengan keputusan gencatan senjata yang diambil oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan kabinetnya. Kritik datang dari pendukung nasionalis Netanyahu.
Salah satu kritik datang dari Gideon Saar, mantan sekutu Netanyahu, yang menilai gencatan senjata itu sebagai sebuah keputusan yang memalukan wajah Israel.
Kritik yang sama datang dari Itamar Ben Gvir, pemimpin partai sayap kanan Otzma Yehudit sekaligus anggota parlemen Israel, Knesset. Ben Gvir menilai, keputusan untuk gencatan senjata melukai hati penduduk wilayah selatan Israel, yang pada konflik kemarin menjadi sasaran serangan roket-roket Hamas. Dia menyatakan akan melakukan perlawanan terhadap Hamas dan mencoba menduduki kembali Jalur Gaza.
Perang 11 hari itu menewaskan lebih dari 250 orang—sebagian besar warga Palestina—dan menghancurkan sebagian besar bangunan di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan, setidaknya 243 warga Palestina tewas, termasuk 66 anak-anak dan 1.910 orang terluka. Angka korban yang dicatat oleh Kementerian Kesehatan Gaza tidak membedakan antara anggota Hamas dan warga sipil.
Sementara di Israel, 12 orang menjadi korban dalam konflik bersenjata itu, termasuk dua anak-anak, seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dan seorang gadis berusia 16 tahun.
Gencatan senjata membuat kehidupan warga Gaza mulai berdenyut kembali setelah militer Israel membombardir kawasan tersebut. Warga memborong buah dan sayuran segar di pasar terbuka kota Gaza yang telah beroperasi kembali. Para pekerja kebersihan dibantu warga mencoba membersihkan puing-puing sisa bangunan yang runtuh.
Petugas penyelamat masih menemukan mayat. Lima orang dikumpulkan pada Jumat (21/5/2021) di kota Khan Younis, termasuk seorang anak berusia 3 tahun, kata layanan darurat Bulan Sabit Merah.
”Hidup akan kembali karena ini bukan perang pertama. Dan ini juga bukan perang terakhir,” kata Ashraf Abu Mohammad, seorang pemilik toko di Gaza. Dia mengatakan, banyak keluarga yang kehilangan sanak saudara dan kerabatnya karena perang kini tengah bersedih. Namun, baginya, kondisi itu tetap akan membuat warga Gaza kuat dan terus mencoba bersabar.
Kendaraan terbakar setelah roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza, yang dikendalikan oleh gerakan Hamas Palestina, mendarat di kota Ashkelon di Israel selatan pada 11 Mei 2021. Israel dan Hamas saling baku tembak, dalam eskalasi dramatis di antara musuh bebuyutan itu. Konflik dipicu oleh kerusuhan di kompleks Masjid Al Aqsa di Jerusalem.
Sementara, menurut Azhar Nsair, gencatan senjata hanyalah diperuntukkan bagi orang-orang yang tidak menderita, yang tidak kehilangan orang terkasih serta rumahnya tidak mengalami kerusahakan karena serangan bom atau roket.
Puluhan ribu orang kembali ke rumah setelah berlindung di sekolah-sekolah yang dikelola PBB. Pada puncaknya, 66.000 orang berdesakan di dalam. Namun, pada Jumat, menurut juru bicara PBB, jumlahnya telah turun di bawah 1.000 orang.
Setelah gencatan senjata, PBB mengirim 13 truk berisi makanan, vaksin Covid-19, persediaan medis, dan obat-obatan ke Gaza. Badan dunia juga mengalokasikan 18,6 juta dollar AS untuk bantuan kemanusiaan darurat. (AP/AFP/REUTERS)