Dunia Ingin Gencatan Senjata di Gaza Diikuti Penyelesaian Isu Palestina-Israel
Rakyat Palestina dan dunia menyambut gembira gencatan senjata di Jalur Gaza setelah 11 hari pertempuran. Mereka diingatkan untuk menyelesaikan isu utama konflik Palestina-Israel.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN DARI KAIRO, MESIR
·5 menit baca
KAIRO, KOMPAS — Rakyat Palestina di Tepi Barat, Jerusalem Timur, dan Jalur Gaza, Jumat (21/5/2021), merayakan gencatan senjata yang mengakhiri perang Gaza selama 11 hari. Sembari berlangsung pemantauan atas gencatan senjata agar dipatuhi semua pihak, sejumlah kalangan mulai mengupayakan rekonstruksi Gaza yang luluh lantak oleh gempuran Israel.
Tercapainya gencatan senjata di Palestina-Israel juga disambut gembira oleh para pemimpin, tokoh dunia, dan komunitas internasional. Sambil memuji upaya berbagai pihak mewujudkan gencatan senjata, mereka mengingatkan pentingnya menyelesaikan akar persoalan konflik Palestina-Israel.
Hamas, kelompok perlawanan Palestina di Jalur Gaza, dan Israel menyepakati gencatan senjata mulai Jumat pukul 02.00 dini hari waktu setempat. Gencatan senjata yang dimediasi oleh Mesir ini juga mencakup kelompok Jihad Islami, faksi paling berpengaruh kedua di wilayah enklave tersebut.
Bukan hanya warga Jalur Gaza, rakyat Palestina di Tepi Barat dan Jerusalem Timur—wilayah yang terpisahkan oleh area kekuatan pendudukan Israel—juga merayakan gencatan senjata dengan turun ke jalan. Pekikan suara takbir dan yel-yel memuji gerakan perlawanan Palestina terdengar beriringan dengan bunyi klakson konvoi kendaraan memecah kesunyian suasana Jumat dini hari.
Bagi warga Jalur Gaza yang tak bisa merayakan Idul Fitri pada pekan lalu akibat perang, kegembiraan atas gencatan senjata terasa seperti perayaan Idul Fitri. ”Hari ini saat Idul Fitri dimulai. Ya, kami sedih, banyak orang kehilangan rumah dan kerabat. Meski demikian, kami merayakan (gencatan senjata) ini,” kata Ahmed Amer (30), warga Gaza City.
Salwa al-Batrwai, warga lainnya, bersama keluarganya kembali ke rumah mereka dan merasa sebagai ”pemenang”. ”Saya akan mencium tanah karena saya dan anak-anak masih hidup. Saya tak bisa melukiskan perasaan (kegembiraan) ini,” ujar pria berusia 60 tahun itu.
Perang Gaza, perang keempat antara Hamas dan Israel dalam lebih dari satu dekade terakhir, mulai meletus pada 10 Mei 2021. Perang dimulai saat Hamas menembakkan roket ke Jerusalem menyusul bentrokan warga Palestina dan polisi Israel di Masjid Al Aqsa pada bulan Ramadhan serta rencana Israel menggusur warga Palestina dari rumah-rumah mereka di Distrik Sheikh Jarrah, Jerusalem Timur.
Saat bergembira, warga Palestina meneriakkan yel-yel pantang mundur melawan Israel. Mereka meneriakkan pula yel-yel bahwa Masjid Al Aqsa dan Jerusalem Timur adalah garis merah bagi rakyat Palestina.
Seperti dilaporkan Kementerian Kesehatan Palestina, perang Gaza 11 hari memakan korban 243 orang tewas dari pihak Palestina, di antaranya 66 anak kecil dan 39 perempuan serta lebih dari 1.900 orang luka-luka. Adapun di Israel, 12 orang tewas, termasuk seorang anak-anak dan seorang tentara, serta sedikitnya 336 orang dirawat.
Selesaikan isu utama
Tercapainya gencatan senjata di Palestina-Israel juga disambut gembira oleh pemimpin, tokoh dunia, dan komunitas internasional. Sambil memuji upaya berbagai pihak mewujudkan gencatan senjata, mereka mengingatkan pentingnya menyelesaikan akar persoalan konflik Palestina-Israel.
”Saya menekankan, pemimpin Israel dan Palestina memiliki tanggung jawab lebih dari memulihkan ketenangan dengan memulai dialog serius guna membahas akar-akar konflik,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Presiden Mesir Abdel Fatah el-Sisi, seperti dikutip Al Ahram, menegaskan, Mesir mendukung rakyat Palestina untuk mendirikan negara sesuai resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB. Kairo mengirim delegasi pejabat tinggi keamanan ke Tel Aviv dan Jalur Gaza guna mengawasi gencatan senjata.
Di Washington DC, Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyatakan, ”Saya yakin, Palestina dan Israel sama-sama berhak hidup aman dan selamat serta menikmati kebebasan, kemakmuran, dan demokrasi.”
Hal ini disampaikan Biden setelah dikritik atas keberpihakannya terhadap Israel serta empat kali menghadang DK PBB mengeluarkan pernyataan dan resolusi atas situasi di Palestina-Israel.
Penjajahan dalam konflik Israel-Palestina adalah isu utama.
Di Vatikan, Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Paus Fransiskus memuji gencatan senjata dan mengimbau seluruh Gereja Katolik memanjatkan doa untuk perdamaian. ”Saya bersyukur kepada Tuhan atas keputusan menghentikan konflik bersenjata dan kekerasan. Saya berdoa atas upaya menempuh jalan dialog dan perdamaian,” ujarnya.
Di tengah kegembiraan atas tercapainya gencatan senjata, Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi mengajak masyarakat internasional fokus pada masalah pokok dalam konflik Palestina-Israel, yaitu penjajahan. ”Setelah ada gencatan senjata, harus diberikan tekanan agar negosiasi segera dilakukan untuk menyelesaikan isu mendasarnya,” kata Retno dari New York, AS.
Saat berpidato di sidang Majelis Umum PBB, Retno menegaskan, ”Penjajahan dalam konflik Israel-Palestina adalah isu utama. Kita harus tetap berkomitmen dan bersatu dalam upaya melawan tindakan ilegal Israel (demi) menuju penghentian pendudukan Palestina. Kita harus bertindak sekarang, bersama. Perserikatan Bangsa-Bangsa harus bertindak sekarang.”
Pemulihan di Gaza
Hingga Jumat malam, gencatan senjata terus berlangsung. Kehidupan normal terlihat lagi di Jalur Gaza. Kendaraan mulai lalu lalang di jalanan Gaza City dan kota lain di Jalur Gaza.
Sempat muncul insiden lempar batu serta bom molotov oleh warga Palestina dan gas air mata oleh polisi Israel di kompleks Masjid Al Aqsa. Insiden terkendali satu jam kemudian.
Kemarin, Israel mengizinkan logistik dan obat-obatan, khususnya oleh Badan Bantuan Sosial dan Pekerja PBB (UNRWA), yang menangani urusan pengungsi Palestina, masuk melalui pintu gerbang Kerem Shalom. Selama perang 11 hari di Jalur Gaza, Israel menutup satu-satunya pintu gerbang untuk suplai pasokan logistik dari Israel dan negara lain ke Jalur Gaza.
Berbagai kalangan kini mulai mengupayakan rehabilitasi dan rekonstruksi Jalur Gaza. Kepala UNRWA di Gaza, Matthias Schmale, menyebutkan, pihaknya mencatat berbagai kerusakan infrastruktur dan berupaya memulihkan kembali kehidupan warga setelah perang. (AP/AFP/REUTERS/RAZ/MHD/SAM)