Setelah bertarung melawan Palestina selama 11 hari terakhir, Israel mengumumkan gencatan senjata. Tekanan kuat dari Amerika Serikat disinyalir menjadi faktor terkuat kesediaan Tel Aviv mengambil langkah tersebut.
Oleh
Musthafa Abd Rahman, dari Kairo – Mesir
·3 menit baca
KAIRO, KOMPAS — Sidang darurat kabinet mini Israel urusan politik dan keamanan yang dipimpin Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, di Gedung Kementerian Pertahanan Israel di Tel Aviv, Kamis (20/5/2021), akhirnya memberi suara setuju gencatan senjata untuk mengakhiri perang Gaza selama 11 hari.
Stasiun televisi Israel, channel 12, melansir, gencatan senjata mulai berlaku Jumat (21/5/2021) pukul 02.00 sesuai kesepakatan dengan Mesir. Stasiun televisi Al Jazeera juga memberitakan, pihak Mesir sebagai mediator telah menyampaikan kepada Pemimpin Hamas Ismail Haniya, yang berdomisili di Qatar, bahwa gencatan senjata mulai berlaku Jumat dini hari.
Pemerintah Israel dalam keterangan persnya menyampaikan, menerima gencatan senjata secara timbal balik tanpa syarat sesuai dengan usulan Mesir.
Perang Gaza yang berlangsung selama 11 hari telah membawa korban 232 orang tewas dari pihak Palestina, di antaranya 65 anak kecil dan 39 perempuan serta 1.900 orang luka-luka. Dari pihak Israel 12 orang tewas dan 600 orang luka-luka
Media Lebanon, An Nahar, menyebutkan, Hamas telah menyetujui gencatan senjata mulai Jumat pagi.
Situs AS, Axios, mengutip pejabat keamanan Israel, memberitakan bahwa gencatan senjata yang disetujui Israel adalah tenang dengan imbalan tenang. Menurut Axios, Israel berhak membalas serangan jika Hamas masih menembakkan roket ke sasaran di Israel meskipun telah berlaku gencatan senjata.
Tekanan AS
Radio Israel memberitakan, tekanan AS yang luar biasa menjadi faktor terkuat di balik langkah Israel menyetujui gencatan senjata.
Menurut The Washington Post, dalam pembicaraan telepon terakhir antara Presiden AS Joe Biden dan PM Netanyahu, Senin malam lalu, Presiden AS mengancam Netanyahu bahwa Israel akan kehilangan dukungan AS jika Israel bersikeras melanjutkan perang di Jalur Gaza.
Biden juga menyampaikan kepada Netanyahu bahwa situasi di AS telah berubah dan Israel akan kehilangan dukungan Washington jika menolak gencatan senjata di Jalur Gaza. Setelah pembicaraan dengan Biden itu, PM Netanyahu langsung menghubungi Mesir bahwa Israel menerima proposal gencatan senjata yang diusulkan Mesir.
Presiden Biden memuji gencatan senjata yang dicapai antara Israel dan Hamas. Ia mengatakan, AS akan memberi bantuan kemanusiaan untuk Gaza.
”Saya percaya Palestina dan Israel sama-sama berhak untuk hidup dengan aman dan terjamin dan menikmati kebebasan, kemakmuran dan demokrasi yang setara,” kata Biden.
Di sisi lain, dalam sambutan singkatnya di Gedung Putih, Biden juga mengatakan, akan mendukung Israel untuk memperkuat sistem pertahanan udara Iron Dome. Sistem pertahanan udara tersebut menjadi penghalau utama serangan roket Hamas dalam pertempuran 11 hari terakhir.
Menjelang diumumkan gencatan senjata itu, situasi di Jalur Gaza dan wilayah Israel dekat Jalur Gaza pada Kamis malam lalu secara umum tenang. Israel mengumumkan, mengizinkan warga Israel di wilayah dekat Jalur Gaza keluar dari bungker-bungker perlindungan, tetapi mereka diminta tetap waspada.
Selama 11 hari perang Gaza berlangsung, semua warga Israel di wilayah dekat Jalur Gaza hidup di bungker-bungker perlindungan.
Hanya sesekali terdengar bunyi serangan roket dari Jalur Gaza di kota Ashkelon dan Ashdod. Bunyi sirene peringatan ada serangan roket masih sering terdengar di kota Ashkeon dan Ashdod, Kamis malam lalu.
Sekitar pukul 10.00 Kamis lalu, Saraya al Quds yang merupakan sayap militer Jihad Islami masih menembakkan roket ke arah sasaran di Israel. Israel juga sempat menutup bandara internasional Ben Gurion, Kamis malam lalu, khawatir ada serangan roket dari Jalur Gaza menjelang gencatan senjata. Israel sempat umumkan semua penerbangan dialihkan ke bandara udara internasional Ramon di gurun Negev.
Namun, beberapa saat setelah itu, Israel umumkan lagi bandara udara internasional Ben Gurion dibuka kembali setelah diyakini bahaya serangan roket dari Jalur Gaza bukan ancaman lagi. (AP/AFP/Reuters/JOS)