Tarik-Menarik Kepentingan AS-Rusia yang Tetap Alot
Untuk pertama kalinya, Menlu AS dan Menlu Rusia bertemu empat mata. Keduanya membahas hubungan bilateral dan persoalan global yang tetap alot karena kepentingan masing-masing.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
REYKJAVIK, KAMIS — Pertemuan antara Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Ibu Kota Islandia, Reykjavik, selesai dilakukan pada Rabu (19/5/2021) waktu setempat atau Kamis WIB. Pertemuan itu disebutkan berlangsung secara terbuka dari kedua belah pihak, tetapi belum menemukan solusi untuk berbagai masalah bilateral yang dialami kedua negara.
Pertemuan antara menlu AS dan Rusia ini berlangsung di antara acara rapat delapan negara yang berbatasan dengan Arktika. Dewan Arktika ini terdiri dari AS, Rusia, Kanada, Denmark, Finlandia, Islandia, Swedia, dan Norwegia. Mereka rutin bertemu setiap dua tahun sekali.
Pakar isu Arktika, Mikaa Mered, dari Institut Kajian Politik Paris, dalam wawancara dengan AFP, mengatakan, wilayah Arktik sangat penting bagi AS karena negara ini hendak menunjukkan kekuasaan atas potensi yang dimiliki wilayah paling utara di Bumi ini. Dalam pemerintahan mantan Presiden Donald Trump, fokus penguasannya adalah energi dan keamanan. Adapun pemerintahan Joe Biden menekankan kepada perubahan iklim. Intinya sama-sama menginginkan tampuk kepemimpinan di Dewan Arktika.
Keinginan itu alot tercapai karena Rusia menganggap Arktika sebagai bagian dari negaranya. Sejak awal Mei, Rusia menambah kapal-kapal militer untuk berpatroli di perairan Arktika. Mereka juga mengeluarkan peringatan kepada AS, China, Norwegia, dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) agar tidak memasuki wilayah tersebut.
Ketika berbicara empat mata, Menlu Blinken meminta Menlu Lavrov agar Rusia menarik kapal-kapal militer dari Arktika. Alasannya wilayah itu semestinya dikelola bersama-sama demi kepentingan penelitian untuk menanggulangi pemanasan global. Hendaknya Arktika jangan dijadikan zona militer karena akan meningkatkan risiko kerusakan alam dan kecelakaan.
”Tidak bisa. Bagaimanapun Arktika masuk batas geografis Rusia. Siapa pun yang ingin masuk harus atas izin Rusia, termasuk NATO,” balas Lavrov.
Akibat buntu mencari solusi atas Arktika, diskusi beralih ke topik-topik lain. Blinken mengatakan cemas dengan kehadiran pasukan Rusia di perbatasan Ukraina, mengingat pada 22 April lalu Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu sudah menarik pasukan. Akan tetapi, jumlah tentara yang masih tinggal tetap banyak dan dikhawatirkan akan meningkatkan ketegangan dengan Ukraina.
Selain itu, Blinken meminta agar Rusia membebaskan Alexei Navalny, tokoh partai oposisi di Rusia yang kritis terhadap pemerintahan Vladimir Putin. AS juga menginginkan pembebasan dua warga negaranya yang tengah ditahan di Rusia, Paul Whelan dan Trevor Reed. Whelan divonis 16 tahun penjara dengan ancaman dikirim ke kamp kerja paksa atas tuduhan mata-mata. Sementara Reed dipenjara sembilan tahun akibat bertengkar dengan polisi Rusia ketika sedang mabuk.
Tindakan AS yang tidak diduga ketika pertemuan kedua menlu itu ialah mencabut sanksi atas pipa gas Nord Stream 2. Pipa sepanjang 1.200 kilometer ini merupakan kerja sama antara Rusia dan Jerman. Pembangunannya sudah 95 persen selesai. Nord Stream 2 berada di bawah dasar Laut Balkan dan menyalurkan gas alam Rusia langsung ke Jerman.
Washington menilai pembuatan pipa ini riskan melemahkan ketahanan energi Eropa, terutama negara-negara di sebelah timur. Akan tetapi, Jerman dan Uni Eropa justru mengatakan pipa Nord Stream 2 akan sangat membantu ekonomi dan pemerataan energi. Washington pun akhirnya mencabut sanksi karena tidak mau bersitegang dengan Berlin.
”Harap dicatat, walaupun sanksi dicabut, AS tetap tidak menyetujui pembangunan Nord Stream 2. Kami menganggap ini risiko keamanan dan energi bagi Eropa,” kata Blinken. Pencabutan sanksi, meskipun diapresiasi Berlin, menimbulkan protes di Washington. Partai Republik menganggap tindakan ini menunjukkan sikap yang terlalu lunak terhadap Moskwa.
Tingkatkan diplomasi
Sementara itu, ketika diwawancara kantor berita Rusia, TASS, Lavrov menuturkan, meskipun untuk urusan Arktik belum ada kesepakatan, Moskwa dan Washington sama-sama setuju meningkatkan hubungan diplomatik. Selama era Trump, diplomat kedua negara sama-sama ditarik pulang. Jika tidak dibuka kembali komunikasinya, hubungan AS-Rusia akan serupa dengan masa Perang Dingin.
Kedua belah pihak setuju melanjutkan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), yaitu kesepakatan mencabut embargo ekonomi atas Iran dengan syarat Tehran menghentikan program pengayaan uranium dan nuklir.
”Juga ada kesepakatan melanjutkan Troika di Afghanistan, yaitu kerja sama Rusia, AS, China, dan Pakistan untuk kestabilan Afghanistan,” papar Lavrov. (AP/AFP/REUTERS)