Desakan Gencatan Senjata Palestina-Israel Meningkat
Meski belum membuahkan hasil, komunitas internasional terus mendorong upaya perdamaian Palestina-Israel. Upaya terhambat karena kebijakan AS yang mendukung Israel, di antaranya bantuan keamanan tanpa syarat apa pun.
Brussels, Selasa - Komunitas internasional terus mendesak gencatan senjata dan penghentian kekerasan Palestina-Israel. Hingga Selasa (18/5/2021), pertempuran menewaskan sedikitnya 63 anak dan 183 orang dewasa.
Mayoritas korban tewas merupakan warga Palestina yakni 61 anak dan 152 orang dewasa di Gaza. Di Tepi Barat, 23 warga sipil Palestina juga tewas akibat serangan Israel. Sementara di sejumlah lokasi Israel, dua anak dan delapan orang dewasa tewas karena serangan roket dari Gaza.
Sebagian besar warga Palestina tewas karena serangan udara Israel. Militer Israel mengklaim, 160 anggota Hamas dan kelompok bersenjata Palestina lainnya tewas dalam pertempuran beberapa hari terakhir.
Baca juga Hipokrisi AS, Cerita yang Diputar Ulang oleh Biden dalam Konflik Palestina-Israel
Presiden Perancis Emmanuel Macron bersama Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan Raja Jordania Abdullah II bertemu, Selasa, di sela-sela pertemuan puncak negara-negara Uni Eropa dan Afrika. Sisi tengah berada di Paris, sementara Raja Abdullah bergabung melalui video konferensi.
Pertemuan itu dimaksudkan untuk mendorong gencatan senjata antara Israel dan Palestina. "Pertemuan trilateral terutama bertujuan untuk mendesak gencatan senjata secepatnya dan mencegah konflik meluas," demikian pernyataan kantor kepresidenan Perancis.
Peter Stano, juru bicara Kepala Kebijakan Luar Negeri Komisi Eropa Josep Borrell, menyebut bahwa Uni Eropa sepakat mendorong gencatan senjata. Para menteri luar negeri Uni Eropa dijadwalkan menggelar pertemuan virtual untuk membahas sikap UE terkait perkembangan di Palestina-Israel. EU merupakan mitra dagang terbesar Israel dan salah satu penyumbang penting Palestina.
Meski sudah sepakat soal gencatan senjata, UE masih terpecah untuk menyikapi pertempuran di Gaza dan Tepi Barat. Sebagian anggota UE seperti Ceko, Hungaria, Austria, Polandia, dan Yunani merupakan pendukung setia Israel. Sebaliknya Malta, Belgia, Luxembourg, Irlandia, dan Finlandia paling kerap membela Palestina. “Eropa terus diam di tengah dentuman bom,” kata anggota parlemen Belgia, Simon Moutquin.
Sementara Mesir telah mengirimkan tim intelijen ke Tel Aviv dan Gaza untuk membuka komunikasi soal gencatan senjata. Anggota badan antiteror Mesir, Khaled Okasha, menyebut tim itu sudah beberapa hari di Israel dan Palestina. Okasha yakin gencatan senjata akan segera terwujud.
Terpisah, Presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa Volkan Bozkir telah mengundang anggota PBB untuk hadir dalam sidang pada Kamis ini. Agenda sidang untuk membahas masalah Palestina.
PM Palestina Mohammed Shtayyeh telah menyebut, Palestina akan memanfaatkan sidang MU PBB untuk membahas perkembangan terbaru di negaranya. Sebab, Dewan Keamanan PBB terus gagal bersikap.
Dukungan AS
China dijadwalkan kembali memimpin sidang DK PBB soal Palestina untuk keempat kalinya dalam sepekan terakhir. Dalam tiga sidang sebelumnya, DK PBB gagal bersikap karena Amerika Serikat menggunakan hak vetonya. AS rutin menghalangi upaya PBB yang dinilai memberatkan Israel.
Baca juga China Desak AS Lebih Adil Soal Palestina
Tidak hanya di PBB, dukungan AS pada Israel juga ditunjukkan dalam telepon Presiden Amerika Serikat Joe Biden dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin. Biden meminta gencatan senjata segera diwujudkan.
Di sisi lain, Biden mendukung hak Israel untuk membela diri. Biden dan para pejabat pemerintahannya cenderung menyebut serangan ke Gaza sebagai pembelaan diri. Dukungan Biden atas serangan Israel terhadap Palestina disampaikan setelah Gedung Putih menyetujui ekspor senjata 735 juta dollar AS ke Israel.
Sebelumnya, 330 anggota DPR AS dari Partai Demokrat dan Partai Republik mendesak pemerintah AS tetap memberikan bantuan keamanan 3,8 miliar dollar AS ke Israel per tahun tanpa syarat apa pun. Padahal, biasanya parlemen selalu mengajukan berbagai syarat untuk penjualan senjata dan aneka bantuan keamanan kepada berbagai negara lain.
Sikap Biden dikecam oleh anggota DPR AS dari partai Demokrat, Alexandria Ocasio-Cortez. Ia menyebut Biden berpihak dalam masalah Palestina-Israel. Sebab, Biden mengabaikan penyebab insiden terakhir yakni penggusuran sistematis warga Palestina dan serangan di Masjid Al-Aqsa di tengah Ramadhan.
Komentar Biden disebut Ocasio-Cortez sebagai restu bagi Israel untuk melanjutkan pembantaian. “Biden memperkuat wacana palsu bahwa orang Palestina memicu lingkaran kekerasan. Ini bukan istilah netral. Ini berpihak, pada pendudukan,” ujarnya.
Badan Kemanusiaan PBB, UN-OCHA, menyebut 52.000 warga Gaza kehilangan tempat tinggal akibat serangan Israel beberapa hari terakhir. Israel menghancurkan atau merusak 450 bangunan di Gaza. Di antara bangunan yang rusak termasuk enam rumah sakit dan sembilan klinik besar.
Baca juga Perang Udara yang Menguras Biaya
Sasaran serangan udara Israel antara kantor Bulan Sabit Merah Qatar di Gaza. Serangan itu menewaskan dua orang dan melukai 10 lainnya. Sebelumnya, bom Israel meledakkan sejumlah ambulans dan melukai sukarelawan medis. Pada Minggu malam, klinik Medecins Sans Frontieres (MSF) di Gaza jadi sasaran serangan Israel.
Sebelumnya, Reporters Without Borders (RSF) meminta penyidik Mahkamah Kriminal Internasional Fetou Bensoda menyelidiki Israel. Permintaan disampaikan karena Israel menyerang kantor 23 perwakilan media dalam beberapa hari terakhir.
“Sengaja menyerang media adalah kejahatan perang. Dengan sengaja menghancurkan kantor media, IDF tidak hanya merusak kantor. Mereka juga menghambat peliputan konflik. Kami meminta penyidik ICC untuk menentukan apakah serangan ini termasuk kejahatan perang,” kata Sekretaris Jenderal RSF Christophe Deloire.
Israel pertama kali menyerang kantor 14 media pada 12 Mei 2021. Pada 13 Mei 2021, Israel kembali menghancurkan gedung yang menjadi kantor tujuh media. Sementara pada 15 Mei 2021, Israel menembakkan tiga rudal ke gedung yang menjadi kantor AP dan Al Jazeera.
Militer Israel, IDF, berkilah gedung itu dipakai Hamas menyimpan perangkat intelijen. Pada Senin, Menlu AS Anthony Blinken menyatakan belum melihat bukti tudingan itu. AP juga telah meminta bukti atas tudingan itu. Sampai sekarang, IDF belum memberikan bukti.
Permintaan RSF disampaikan hampir 2,5 bulan setelah Bensouda mengumumkan penyidikan dugaan kejahatan perang di Tepi Barat dan Gaza untuk pertempuran 2014. Kala itu, Israel menewaskan 2.251 warga Palestina. Israel maupun Palestina sama-sama jadi sasaran penyelidikan itu.
Baca juga Dunia Serukan Penghentian Kekerasan, Israel Makin Gencar Menggempur Gaza
Namun, Israel menolak penyelidikan tersebut. Sebaliknya, Fatah yang mengendalikan pemerintahan di Tepi Barat justru meminta penyelidikan dugaan kejahatan perang.
Pada 2014, Israel melancarkan serangan di bawah komando Benny Gantz yang sekarang menjadi Menteri Pertahanan Israel. Kini, Gantz menyatakan akan membumihanguskan Gaza jika warga Israel harus masuk tempat pelindungan untuk menghindari serangan roket Hamas. (AP/AFP/REUTERS)