Upaya berbagai pihak mendorong gencatan senjata antara pejuang Palestina, yang diwakili kelompok Hamas, dan Israel terkendala oleh penolakan kubu Israel.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
AFP/ANAS BABA
Seorang pria di Rumah Sakit Al-Shifa, Gaza City, Senin (17/5/2021), meratapi kematian putrinya, Rahaf al-Dayer (12), yang digendongnya, akibat serangan Israel.
Sepekan lebih bumi Palestina bergolak oleh kecamuk pertempuran antara kelompok Hamas dan Israel. Ratusan orang menjadi korban. Pejabat kesehatan Gaza hingga Senin (17/5/2021) melaporkan, sedikitnya 201 warga Palestina menjadi korban, termasuk 58 anak-anak dan 34 perempuan. Otoritas Israel mengungkapkan, 10 orang di wilayahnya tewas, termasuk dua anak-anak, akibat roket yang ditembakkan dari Gaza, yang dikuasai Hamas. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat, pengeboman di Gaza membuat 38.000 orang mengungsi dan 2.500 warga kehilangan tempat tinggal.
Sejauh ini belum terlihat tanda-tanda pertempuran mereda. Komunitas internasional khawatir, eskalasi pertempuran bakal mengulang tragedi perang di Gaza sebelumnya: tahun 2008 dan 2014. Pada dua perang itu, korban jiwa ribuan orang, terutama warga sipil. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres waswas, kekerasan di wilayah itu ”hanya melanggengkan siklus kematian, kehancuran, dan keputusasaan, serta kian menjauhkan harapan hidup bersama dan perdamaian”.
AFP/ANAS BABA
Dua anak Palestina mengambil boneka dari reruntuhan tempat tinggal mereka di Al-Jawhara Tower, yang hancur akibat serangan udara Israel, di Gaza City, Senin (17/5/2021).
Sebagian besar komunitas internasional, termasuk Otoritas Palestina, menginginkan solusi dua negara, yakni berdirinya Negara Palestina berdampingan secara damai dengan Israel. Namun, solusi itu terus menemui jalan buntu akibat langkah agresif Israel yang memperluas wilayah pendudukan di Palestina dan memanaskan situasi, misalnya baru-baru ini menghalangi orang beribadah di Masjid Al Aqsa dan membatasi hak lainnya warga Palestina. Dengan tegas dan lugas, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno LP Marsudi menyebut semua penderitaan Palestina disebabkan oleh Israel sebagai kekuatan penjajah (occupying power).
Kita sepakat dengan pernyataan Retno. Namun, pertempuran harus dihentikan, demikian Guterres menegaskan dalam pernyataan pembuka sidang virtual Dewan Keamanan PBB, Minggu (16/5/2021). Sejak pekan lalu, upaya mediasi untuk gencatan senjata telah dirintis oleh beberapa negara di kawasan, seperti Mesir, Qatar, Arab Saudi, dan PBB. Amerika Serikat, negara pelindung Israel, juga berulang kali menyerukan deeskalasi. Presiden Palestina Mahmoud Abbas juga berkomunikasi dengan Hamas serta Israel untuk mendorong gencatan senjata. Namun, semua tak mampu menyurutkan bara pertempuran.
AFP/HAZEM BADER
Seorang perempuan remaja Palestina mengikuti demonstrasi di Bethlehem, Tepi Barat, Senin (17/5/2021), sebagai dukungan terhadap warga Gaza dan Shiekh Jarrah, Jerusalem Timur.
Israel menolak tawaran gencatan senjata. Dengan keunggulan teknologi dan sistem pertahanan, Israel merasa perlu menuntaskan target serangan di Jalur Gaza. Kecaman internasional, termasuk dari Indonesia, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), PBB, dan juga desakan AS tak digubris. Tak mau menyerah digempur Israel, yang berkilah sebagai pertahanan dan balasan terhadap Hamas, gerakan perlawanan di Palestina terus menembakkan roketnya ke Israel.
Sampai kapan pertempuran ini? Kita tak ingin menyaksikan korban, terutama warga sipil, terus berjatuhan. Tak ada cara lain, segera hentikan pertempuran.