Peluang Menambang Bitcoin dengan Sumber Energi Gas Alam
Kekhawatiran soal sumber energi kotor dalam proses menghasilkan mata uang kripto mengemuka. Pemanfaatan gas alam yang terbuang percuma dinilai sejumlah kalangan sebagai bagian dari solusi atas masalah itu.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
NEW YORK, MINGGU — Kelindan kenaikan harga bitcoin dan mata uang kripto lainnya, sekaligus menyeruaknya kekhawatiran soal penggunaan intensif energi yang diperlukan untuk mendapatkannya, mengemuka pekan lalu. Sosok pemengaruh, seperti Elon Musk, berkomentar tentang hal itu. Kekhawatiran soal energi besar sekaligus kotor dia jadikan alasan untuk menangguhkan transaksi produk perusahaannya, Tesla Inc, menggunakan bitcoin.
Tidak ada yang tahu alasan sebenarnya Musk soal bitcoin itu. Sebab, baru beberapa bulan lalu dia menyatakan menerima pembayaran dengan bitcoin untuk transaksi pembelian produk-produk otomotif Tesla. Pernyataan itu dia sampaikan setelah dirinya mengaku membeli bitcoin. Sontak setelah komentar terbarunya soal energi kotor itu muncul, harga bitcoin pun turun. Penurunan harga bitcoin dan mayoritas harga mata uang kripto itu berlanjut pada Senin (17/5/2021) ini.
Bisa jadi sebelum komentar itu muncul, Musk sudah menjual bitcoin yang dia miliki. Dia untung karena lonjakan kenaikan harganya. Dia lalu bisa saja membeli mata uang kripto itu setelah harganya anjlok. Keuntungannya bisa berlipat-lipat ganda jika di masa depan harganya naik lagi. Dia mengaku bitcoinnya belum dijual. Namun, hanya Musk yang tahu soal jual beli serta motivasi terkait pernyataan tentang hubungan energi dan bitcoin itu.
Media CNBC menyebutkan konotasi negatif seputar konsumsi energi atas bitcoin dan mata uang kripto lainnya telah membuat investor khawatir tentang tanggung jawab etika dan lingkungan perusahaan. Padahal tata kelola lingkungan, sosial, dan perusahaan, telah menjadi tren yang berkembang di pasar keuangan. Manajer-manajer portofolio semakin memasukkan investasi berkelanjutan ke dalam strategi mereka. Beberapa pemegang saham Tesla pantas khawatir bahwa perusahaan tersebut bertaruh besar pada bitcoin, sementara juga mengklaim sebagai perusahaan energi hijau.
Bagi sebuah perusahaan rintisan di Amerika Serikat (AS), EZ Blockchain, sumber energi dari gas alam adalah sumber energi bagi penambangan bitcoin dan mata uang kripto lainnya. Sergii Gerasymovych, CEO EZ Blockchain, mengatakan, semburan gas alam adalah sumber tenaga yang sempurna. ”Saya pikir pasarnya sangat besar,” kata Gerasymovych. Perusahaannya memiliki enam pusat data berbeda dengan sumber gas alam di Negara Bagian Utah dan New Mexico, AS, serta di Kanada.
Minat pada jenis usaha, seperti milik EZ Blockchain, telah berkembang selama setahun terakhir. Bitcoin dan mata uang kripto lainnya, seperti ethereum dan dogecoin, telah mengalami lonjakan harga yang meroket sejak pandemi Covid-19. Kelindannya telah mengubah prospek tentang ekonomi global, khususnya di dunia kripto, dan perusahaan arus utama pun mulai merangkul teknologi tersebut. Namun, reaksi negatif telah terbentuk terhadap penggunaan energi aset digital. Pokok soalnya adalah ketergantungan aset tersebut pada sumber daya penghasil karbon yang berkontribusi terhadap perubahan iklim.
Namun reaksi negatif telah terbentuk terhadap penggunaan energi aset digital. Pokok soalnya adalah kebergantungan aset tersebut pada sumber daya penghasil karbon yang berkontribusi terhadap perubahan iklim.
Penggunaan gas alam yang terbuang percuma dinilai sejumlah kalangan sebagai solusi untuk masalah itu. Namun, menurut Tony Scott, direktur pengelola analisis di perusahaan riset minyak dan gas BTU Analytics, kemampuan gas alam untuk benar-benar mengurangi emisi masih harus dilihat. ”Dalam skema besar dan relatif terhadap beban lain, ya, itu kecil,” kata Scott. ”Mereka menciptakan nilai ekonomi (tetapi) mereka belum tentu mengubah profil emisi secara signifikan.”
Sejumlah besar prosesor di seluruh dunia didedikasikan untuk tugas menambang bitcoin. Aktivitas tersebut menggunakan energi sebesar 149,6 terawatt per jam per tahun, menurut Cambridge Bitcoin Energy Consumption Index (CBECI). Itu hanya sedikit di bawah total listrik yang dikonsumsi Mesir.
Menggunakan gas suar untuk memberi daya pada sirkuit terintegrasi khusus aplikasi yang menambang bitcoin tidak mengakhiri emisi seluruhnya. Namun, cara itu dinilai lebih efisien daripada membakarnya dan menggunakan energi yang terbuang percuma. Keunggulan gas alam ada pada biaya listrik. CBECI memperkirakan biaya listrik global rata-rata untuk penambangan bitcoin adalah sekitar 0,05 dollar AS per kWh. Dengan gas alam, biayanya bisa ditekan menjadi kurang dari 0,018 dollar AS per kWh.
Minat tumbuh pada pengalihan gas suar ke penambangan mata uang kripto. Hal itu pun menjadi perhitungan para pihak, termasuk dalam hal pengawasannya. ”Ada lebih banyak pengawasan dalam mengeluarkan izin suar baru dan saya pikir produsen menyadari hal itu,” kata Britt Swann, yang memimpin ekspansi perusahaan induk Ecoark ke dalam penambangan mata uang kripto. ”Mereka bersedia memainkan bola dan mencari cara untuk menggunakan gas tanpa perlu menginginkan nilai apa pun untuk itu.”
Perbedaannya adalah soal perilaku atas hasilnya, yakni mata uang kripto. Ecoark bermaksud mengubahnya menjadi dollar AS alias menjual bitcoin yang dihasilkan. Adapun pihak lain berencana memegang bitcoin yang ditambang. Sebab pihak-pihak itu percaya suatu hari mata uang kripto akan mendukung sistem keuangan global yang baru. (AFP)