Beberapa kalangan menyebut antusiasme pada bitcoin dan mata uang kripto lainnya saat-saat ini sangat mengejutkan. Ini antara lain karena sosok dan lembaga di Wall Street berkomentar positif hingga mengaku berinvestasi.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·6 menit baca
AP Photo/Kin Cheung
Bitcoin kini adalah salah satu mata uang maya yang kian populer. Tampak salah seorang warga Hong Kong menggunakan Bitcoin ATM di Hong Kong, Jumat (8/12/2017).
Hanya dalam waktu dua jam, Kamis (13/5/2021) pagi pekan lalu, kapitalisasi pasar mata uang kripto global susut 365,85 miliar dollar AS atau sekitar Rp 5.183 triliun dari posisi sebelumnya senilai 2,43 triliun dollar AS. Itu terjadi setelah muncul pernyataan Elon Musk soal bitcoin seiring dengan kekhawatiran investor atas kenaikan inflasi Amerika Serikat. Sebuah gambaran tentang kelindan antara sentimen dan peran pemengaruh atau influencer dalam pasar aset kripto di angkatan korona.
Angkatan korona adalah istilah untuk merujuk pada investor -khususnya investor ritel- yang masuk berinvestasi di pasar modal saat kondisi pasar berada di level terendahnya akibat kekhawatiran pandemi Covid-19 tidak tertangani. Level terendah di pasar modal global selama pandemi Covid-19, khususnya saham, terjadi pada 20 Maret tahun 2020. Sejak saat itu pula indeks-indeks saham cenderung merangkak naik kembali.
Data menunjukkan kenaikan harga saham-saham secara global menjelang akhir tahun lalu juga diikuti oleh mata uang kripto. Padahal sebelumnya mata uang kripto dipimpin bitcoin cenderung melandai pergerakannya, termasuk di masa pandemi Covid-19. Itu terjadi setelah pada akhir 2017 bitcoin anjlok harganya hampir 80 persen dari level tertingginya.
Jika pasar saham di Indonesia diramaikan dengan fenomena beberapa pemengaruh menjelang akhir tahun lalu, mulai dari kalangan artis, ustad hingga putra presiden, mata uang kripto makin ramai antara lain lewat sosok seperti Elon Musk. Di media sosial Twitter, misalnya, Musk memiliki 54,5 juta pengikut. Pernyataannya soal penangguhan Tesla menerima pembayaran bitcoin untuk transaksi pembelian produknya dengan alasan penggunaan energi tidak bersih langsung mendapat perhatian global. Pejabat eksekutif tertinggi Tesla Inc itu ikut memopulerkan salah satu produk kripto, dogecoin.
AFP/ODD ANDERSEN
Dalam foto dokumentasi ini, petinggi Tesla Inc, Elon Musk, tersenyum ketika mengunjungi lokasi konstruksi pabrik raksasa mobil listrik Tesla, 3 September 2020, di Gruenheide, Jerman. Musk pada Rabu (12/5/2021) menyatakan menangguhkan penggunaan salah satu mata uang kripto, bitcoin, untuk membeli kendaraan produksi Tesla. (Photo by Odd ANDERSEN / AFP)
Harga bitcoin telah melonjak 460 persen, khususnya dilihat sejak awal November tahun lalu hingga level tertingginya sejauh ini pada pertengahan April lalu. Jika dilihat dari level terendahnya sejak 2017, maka harga bitcoin sudah melonjak 19 kali. Harga dogecoin lebih fenomenal, kenaikannya sebanyak 277 kali di periode yang November 2020 hingga pertengahan April 2021.
Siapa tidak tertarik dengan peluang kenaikan aset seperti itu, di tengah keterpurukan ekonomi dan maraknya pemutusan hubungan kerja? Bagi investor ritel di Indonesia, daya tarik itu mungkin bertambah karena indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia cenderung tertekan sejak memasuki bulan kedua tahun ini. Perdagangan mata uang kripto pun ramai dibicarakan warga, mulai dari anak-anak muda, guru, hingga pedagang mie ayam keliling.
Bagi investor ritel di Indonesia, daya tarik itu mungkin bertambah karena indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia cenderung tertekan sejak memasuki bulan kedua tahun ini.
Jika merunut ke belakang, mata uang kripto telah menjadi topik hangat selama beberapa tahun terakhir. Ratusan koin alternatif yang ada menarik perhatian investor. Bitcoin dan Ethereum bisa disebut sebagai dua platform terkemuka, dengan mata uangnya masing-masing: bitcoin dan eter. Keduanya masih memiliki kapitalisasi pasar terbesar di antara mata uang kripto.
Untuk mengevaluasi potensi investasi jangka panjang, kiranya tetap aktual mengingatkan perlunya investor memahami fungsi mata uang kripto. Juga soal teknologi yang mendasari dan struktur tata kelola mereka. Apakah bitcoin dan eter, misalnya, benar-benar berfungsi sebagai mata uang? Apa perbedaan teknis yang mendasar di antara mereka? Bagaimana tata kelola satu “produk” dengan yang lainnya? Dari situ harapannya investor sadar dengan apa yang dilakukan -termasuk atas risikonya-, mengambil pilihan untuk menginvestasikan atau tidak uangnya di perdagangan mata uang kripto, tidak semata larut dalam euforia dan atau takut ketinggalan (fear of missing out) dengan kerabat atau teman yang sudah lebih dulu masuk ke dunia kripto.
AP PHOTO/AHN YOUNG-JOON
Seorang pria tercermin di layar yang menunjukkan harga bitcoin di pertukaran mata uang kripto Bithumb di Seoul, Korea Selatan, pada Rabu (20/6/ 2018). Bithumb, bursa terbesar kedua Korsel, mengatakan mata uang virtual senilai 31 juta dollar AS telah dicuri oleh peretas, serangkaian peretasan terbaru yang menimbulkan masalah keamanan mata uang kripto. (AP Photo/Ahn Young-joon)
The Economist menyebut antusiasme pada bitcoin dan mata uang kripto lainnya saat-saat ini sangat mengejutkan. Ini antara lain karena sosok dan lembaga di Wall Street berkomentar positif hingga mengaku berinvestasi di mata uang kripto. Larry Fink dari BlackRock, manajer aset terbesar dunia, mengatakan pada Desember tahun lalu bahwa bitcoin dapat menjadi "pasar global". Hedge fund besar seperti Renaissance Technologies telah menggunakan mata uang kripto. Ruchir Sharma, ahli strategi di lengan investasi Morgan Stanley, juga menilai utang Amerika yang meningkat dapat membuat mata uang kripto lebih menarik.
Disebutkan bahwa nilai total bitcoin yang beredar melebihi dollar Kanada. Namun hanya sedikit dari penggemar baru kripto berpikir bahwa mata uang kripto seperti bitcoin memiliki peluang untuk menggantikan uang pemerintah, minimal dalam jangka pendek. Efektivitas kripto sebagai alat pengganti pembayaran masih diperdebatkan. Jika masalah itu terpecahkan, pemerintah akan segera menghentikan teknologi apa pun yang mengancam kedaulatan moneter mereka. Bank-bank sentral memperbaiki sistem pembayaran dan meluncurkan mata uang digital milik mereka sendiri.
Tawaran kepraktisan penyimpanan aset kripto juga menjadi perbincangan, misalnya dibandingkan dengan aset seperti emas. Menyimpan dan memelihara dompet digital dinilai lebih mudah daripada punya dan memastikan keamanan brankas fisik. Seperti bitcoin, emas tidak membayar bunga atau dividen. Namun tidak seperti bitcoin, emas memiliki kegunaan fundamental.
Permintaan yang berfluktuasi dari investor atas emas, bukan perhiasan dan pembuat chip, yang mendorong harga. Harga tinggi bitcoin juga terbukti dapat bertahan sendiri. Menurut JPMorgan, jika bitcoin menjadi sepopuler emas di kalangan investor (diukur dengan nilai pasar dari posisi mereka), harganya bisa naik mencapai 146.000 dollar AS. Minat investor milenial atas aset kripto jelas lebih tinggi dibanding atas minat mereka terhadap emas.
AP Photo/Egill Bjarnason
Dalam foto yang diambil pada 17 Januari 2018 ini tampak seorang pekerja berjalan di sepanjang deretan rig komputer yang beroperasi sepanjang waktu \'menambang\' bitcoin di dalam tambang cryptocurrency Genesis Mining di Keflavik, Islandia. Seiring dengan naiknya permintaan atas bitcoin adalah melonjaknya permintaan energi sebagai bagian dari biaya produksi produk-produk kripto. (AP Photos/Egill Bjarnason)
Namun diingatkan juga soal banyaknya alasan untuk meragukan bitcoin dapat meniru emas. Harga yang sangat fluktuatif membuat aset kripto masih diragukan fungsinya sebagai aset pelindung nilai. Pasar yang tidak likuid dan perdagangan mata uang kripto yang tetap liar menjadikan masih maraknya penipuan dan pencurian. Belum lagi soal fungsionalitasnya yang bebas sehingga dapat dijadikan sebagai fasilitator aksi kejahatan daring. Investor mata uang kripto harus benar-benar memperhitungkan risiko finansial dan reputasinya.
Soal efek lingkungan hidup seperti yang diungkapkan Musk mungkin juga ikut menentukan masa depan aset-aset kripto. Terlepas dari apakah bitcoin dkk sebenarnya pencemar atau bukan, menurut CNBC, konotasi negatif seputar konsumsi energinya telah membuat investor khawatir tentang tanggung jawab etika dan lingkungan perusahaan. Tata kelola lingkungan, sosial dan perusahaan, telah menjadi tren yang berkembang di pasar keuangan. Manajer-manajer portofolio semakin memasukkan investasi berkelanjutan ke dalam strategi mereka. Beberapa pemegang saham Tesla pantas khawatir bahwa perusahaan tersebut bertaruh besar pada bitcoin sementara juga mengklaim sebagai perusahaan energi hijau.
Di tengah perdebatan soal motivasi di balik penangguhan pembayaran produknya dengan bitcoin, langkah Tesla terbaru mungkin berfungsi sebagai peringatan bagi bisnis dan konsumen yang menggunakan bitcoin. Khususnya pada mereka yang sampai saat ini belum mempertimbangkan jejak karbonnya. Hal itu sekaligus dapat menjadi tekanan pada perusahaan besar lainnya yang menerima bitcoin untuk meninjau praktik mereka, terutama dikaitkan dengan dukungan mereka pada keberlanjutan lingkungan.