Tesla Tangguhkan Penggunaan untuk Transaksi, Harga Bitcoin Anjlok
Elon Musk menangguhkan bitcoin untuk transaksi Tesla melalui media sosial Twitter. Sontak harga bitcoin pun turun hingga menembus level psikologis 50.000 dollar AS per koin.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
AFP/ADRIAN DENNIS
File foto yang diambil pada 20 April 2020 memperlihatkan mobil-mobil listrik Tesla yang baru diproduksi diparkir di The Western Docks di Southampton, Inggris. Pejabat eksekutif tertinggi Tesla Inc, Elon Musk, pada Rabu (12/5/2021) menyatakan menangguhkan penggunaan salah satu mata uang kripto, bitcoin, untuk membeli kendaraan produksi Tesla.
NEW YORK, RABU — Pejabat eksekutif tertinggi Tesla Inc, Elon Musk, Rabu (12/5/2021) malam waktu Amerika Serikat atau Kamis (13/5/2021) pagi WIB, menangguhkan penggunaan salah satu mata uang kripto, bitcoin, untuk membeli kendaraan produksi Tesla dengan alasan kekhawatiran soal dampak iklim. Sontak harga bitcoin pun turun hingga menembus level psikologis 50.000 dollar AS per koin.
”Tesla menangguhkan pembelian kendaraan-kendaraan menggunakan bitcoin,” kata Musk melalui akun media sosial Twitter yang memiliki 54,1 juta pengikut. Saat tulisan ini disusun, unggahan itu disukai 216.000 kali, diunggah kembali 69.000 kali, dan dikomentari lebih dari 63.000 kali. ”Kami prihatin dengan peningkatan pesat penggunaan bahan bakar fosil untuk penambangan dan transaksi bitcoin, terutama batubara, yang memiliki emisi terburuk dari bahan bakar apa pun.”
Bitcoin, mata uang digital terbesar di dunia, pun langsung turun harga. Pada Kamis pagi WIB, harga bitcoin berada di level 49.775 dollar AS. Harga bitcoin sempat diperdagangkan di level 46.946 dollar AS beberapa saat setelah unggahan pernyataan Musk.
Tesla Inc mengungkapkan pada Februari lalu bahwa perseroan telah membeli bitcoin senilai 1,5 miliar dollar AS. Perseroan juga menyatakan mulai menerima bitcoin sebagai pembayaran produk Tesla pada Maret. Dua langkah perseroan itu telah ikut mendorong lonjakan harga bitcoin sekitar 20 persen, menembus level 63.000 dollar AS per koin.
Kompas/Didit Putra Erlangga Rahardjo
Tren untuk memiliki mata uang yang tergolong dalam mata uang kripto seperti bitcoin terus tumbuh dewasa ini, selain karena kemudahan untuk mendapatkannya, serta fluktuasi nilainya dalam kurun waktu yang singkat. Hanya saja, butuh pengamatan yang jeli serta pemahaman yang baik agar tidak mengalami kerugian.
Dalam lanjutan pernyataannya, Musk mengaku percaya pada mata uang digital sekaligus masa depannya yang menjanjikan. Namun, itu tidak berarti harus mengorbankan lingkungan hidup. ”Mata uang kripto adalah ide bagus dalam berbagai tingkatan dan kami percaya akan memiliki masa depan yang menjanjikan, tetapi hal itu tidak boleh merugikan lingkungan,” kata Musk.
Musk mengatakan, Tesla tidak akan menjual bitcoin. Ia tetap ingin menggunakan bitcoin untuk transaksi segera setelah transisi penambangannya lebih berkelanjutan dari sisi lingkungan hidup. ”Kami juga mencari mata uang kripto lain yang menggunakan kurang dari 1 persen energi/transaksi bitcoin,” ujarnya, menambahkan.
Musk dalam beberapa bulan terakhir kerap memberikan pernyataan terkait mata uang kripto. Selain bitcoin, ia kerap kali berujar soal produk kripto lainnya, yakni dogecoin.
Musk dalam beberapa bulan terakhir kerap memberikan pernyataan terkait mata uang kripto. Selain bitcoin, ia kerap juga berujar soal produk kripto lainnya, yakni dogecoin. Ia merupakan tokoh utama yang telah menjadikan dogecoin mata uang digital yang dulunya tidak dikenal menjadi terkenal. Musk, Selasa (11/5/2021), bahkan menanyakan soal perlu tidaknya Tesla menerima doge sebagai alat pembayaran produk perseroan itu. Itu hanya beberapa hari setelah perusahaan roket komersialnya, SpaceX, akan menggunakan dogecoin sebagai sumber biaya misi luar angkasanya.
Perdebatan
Penggunaan energi terkait mata uang digital telah menjadi diskusi sekaligus bahan perdebatan. Mata uang digital dibuat ketika komputer bertenaga tinggi bersaing dengan komputer lainnya untuk memecahkan teka-teki matematika yang kompleks. Proses itu menggunakan energi intensif yang saat ini sebagian besar bergantung pada listrik yang dihasilkan dengan bahan bakar fosil, terutama batubara.
Data terbaru yang tersedia dari Universitas Cambridge dan Badan Energi Internasional menunjukkan, pada tingkat saat ini ”penambangan” bitcoin memakan jumlah energi yang hampir sama setiap tahun sebesar yang dipakai Belanda pada 2019.
AFP/DAVID MCNEW
Elon Musk saat berbicara tentang perkembangan roket Falcon 9 di markas dan pabriknya di Hawthorne, California, Senin (17/9/2018).
Dari sisi strategi Tesla, beberapa investor meragukan penggunaan bitcoin untuk transaksi pembelian produk-produk Tesla beberapa bulan lalu. ”Kami tentu saja sangat prihatin dengan tingkat emisi karbondioksida yang dihasilkan dari penambangan bitcoin,” kata Ben Dear, CEO Osmosis Investment Management, pada bulan Februari, tak lama setelah Tesla mengumumkan pembelian bitcoin. Osmosis adalah investor berkelanjutan yang mengelola aset sekitar 2,2 miliar dollar AS dan dalam portofolionya memegang saham Tesla.
Edward Moya, seorang analis pasar senior di perusahaan perdagangan mata uang OANDA, mengatakan bahwa Musk berada selangkah di depan dari sejumlah investor lainnya terkait prinsip pembangunan keberlanjutan.
”Dampak lingkungan penambangan bitcoin adalah salah satu risiko terbesar untuk seluruh pasar kripto,” kata Moya. ”Selama beberapa bulan terakhir, semua orang mengabaikan berita bahwa bitcoin menggunakan lebih banyak listrik daripada Argentina dan Norwegia.”
Chris Weston, kepala riset di perusahaan broker Pepperstone di Melbourne, mengatakan, reaksi Musk adalah pukulan terhadap bitcoin, tetapi sekaligus pengakuan atas jejak karbon pada mata uang digital tersebut. ”Tesla memiliki citra ramah lingkungan dan bitcoin jelas kebalikannya,” kata Weston.
Data dari Pusat Keuangan Alternatif Universitas Cambridge menunjukkan, petambang bitcoin di China menyumbang sekitar 70 persen dari produksi bitcoin. Dominasi petambang bitcoin China dan kurangnya niat untuk mengganti bahan bakar fosil murah dengan energi terbarukan yang lebih mahal berarti hanya ada sedikit perbaikan untuk masalah emisi lingkungan. Mereka cenderung menggunakan energi terbarukan—kebanyakan tenaga air—selama musim panas yang diwarnai hujan, tetapi bahan bakar fosil, terutama batubara, tetap menjadi sumber energi di sepanjang tahun sisanya.
Secara teori, firma analisis blockchain menyatakan mungkin untuk melacak sumber bitcoin. Hal itu sekaligus meningkatkan kemungkinan dihasilkannya ”bitcoin hijau”, atau bitcoin yang lebih ramah lingkungan. Kebijakan perubahan iklim yang lebih kuat oleh pemerintah di seluruh dunia mungkin juga membantu. Beberapa pendukung bitcoin mencatat bahwa sistem keuangan yang ada—dengan jutaan karyawan dan komputer di kantor berpenyejuk udara—juga menggunakan energi dalam jumlah besar. (AFP/REUTERS)