Konflik antara Israel dan Palestina terus bereskalasi dalam tiga hari terakhir. Baku serang antara Hamas dan tentara Israel yang berkepanjangan dan meluas dikhawatirkan mengarah pada perang total dan terbuka.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
GAZA, RABU — Konflik antara Israel dan Palestina bukannya surut di akhir bulan Ramadhan, malah semakin membara. Baku serang di antara kedua pihak semakin gencar. Perserikatan Bangsa-Bangsa mencemaskan eskalasi konflik dalam tiga hari terakhir akan mengarah pada peperangan terbuka.
Hujan roket terjadi di jalur Gaza, perbatasan Israel dan Palestina, sejak Senin (10/5/2021), menyusul kerusuhan di kompleks Masjid Al Aqsa, Jerusalem, yang melibatkan warga Palestina dan tentara Israel. Ratusan warga Palestina dilaporkan luka-luka dalam bentrokan dengan tentara Israel tersebut.
Beberapa saat kemudian, Hamas, organisasi yang menguasai Jalur Gaza, meluncurkan roket-roket ke Jerusalem barat. Aksi ini dibalas Israel dengan serangan udara ke Gaza. Baku serang berkepanjangan pun terjadi. Hingga Rabu (12/5/2021) sore, 48 orang dikabarkan tewas. Termasuk di dalamnya adalah 14 anak-anak, 3 warga Palestina di West Bank, dan 5 warga Israel. Ratusan orang luka-luka dan kehilangan tempat tinggal.
Pusat Informasi Militer Israel sebagaimana dikutip oleh The Israeli Times mengumumkan bahwa Hamas telah menembakkan 1.000 roket. Sasarannya adalah Tel Aviv, Beersheba, Modiin, dan Ashkelon. Sedikitnya 200 roket menghantam Tel Aviv dan Beersheba. Tiga warga, yaitu 2 perempuan dewasa dan 1 anak berusia 5 tahun, terluka akibat roket di Tel Aviv. Sementara di Ashkelon, roket mengenai jalur pipa gas.
”Serangan ini baru permulaan. Kami akan membalas organisasi teroris. Kalau perlu, kami kerahkan lebih banyak serangan demi mencapai perdamaian dan keteraturan dalam jangka waktu lama,” kata Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz.
Menanggapi pernyataan itu, pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, mengatakan, pihaknya tidak takut. Ia justru menantang balik Israel dan bersumpah akan membalas lebih keras jika Israel tetap melanjutkan serangan.
Dalam kesempatan yang berbeda, Utusan Khusus PBB untuk Timur Tengah Tor Wennesland mengatakan, Israel dan Palestina tengah menuju peperangan. Dewan Keamanan PBB masih berdiskusi mengenai langkah yang harus diambil. ”Ini sudah tahap menuju konflik total dan besar kalau tidak segera dihentikan,” ujarnya.
Konflik terburuk sejak tahun 2014 ini dimulai tiga hari lalu di Jerusalem ketika polisi antihuru-hara Israel menyerang pengunjuk rasa di pelataran Masjid Al Aqsa atau yang oleh umat Yahudi disebut Temple Mount. Akibatnya, terjadi kerusuhan. Organisasi kesehatan Bulan Sabit Merah Palestina mengungkapkan, 600 pengunjuk rasa terluka, sementara kepolisian Israel mengatakan 32 anggota mereka luka-luka.
Penyebab unjuk rasa itu ialah rencana Israel menggusur permukiman warga Palestina di Sheikh Jarrah, sebuah distrik di Jerusalem. Tindakan itu dinilai sebagai pencaplokan tanah tidak hanya oleh Palestina, tetapi juga organisasi Amnesty International dan Gereja Jerusalem seperti yang dilansir oleh Palestine News Network. Sebab, batas geografis Israel dan Palestina telah ditetapkan pada 1967. Kedua belah pihak wajib menaati kesepakatan itu.
Sebagai respons atas penyerangan terhadap demonstran Palestina, Hamas menembakkan rudal ke sejumlah kota di Israel. Israel kemudian membalasnya dengan serangan udara. Israel mengatakan, mereka memilih target dengan cermat dan berusaha menghindari wilayah hunian warga sipil. Akan tetapi, warga di Gaza mengaku tidak ada peringatan berupa sirene ataupun imbauan evakuasi.
Konflik kemudian meluas ke kota Lod, Jaffa, Haifa, dan Nazareth. Komunitas Arab Israel yang merupakan 21 persen warga negara tersebut menunjukkan simpati kepada Palestina. Warga Arab Israel telah lama mengeluh mengenai diskriminasi yang mereka terima serta kesusahan mengakses layanan kesehatan, pendidikan, dan kesehatan yang layak karena dianggap sebagai penduduk kelas dua.
BBC melaporkan, di Lod, Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu menyatakan wilayah itu sebagai zona merah atau zona tanggap darurat. Ini pertama kalinya sejak tahun 1966 wilayah permukiman Arab Israel dinyatakan sebagai daerah berbahaya. Netanyahu juga menuturkan hendak memberlakukan jam malam apabila perlu.
Warga Arab Israel di Lod berunjuk rasa dan melempari polisi Israel dengan batu. Aparat membalas dengan menembakkan senjata kejut listrik. Menurut surat kabar Israel, Haaretz, 12 orang terluka dalam kerusuhan itu. Roket juga menyasar Lod hingga menghantam sebuah mobil yang dikendarai satu keluarga. Akibatnya, satu laki-laki berusia 52 tahun dan putrinya yang berusia 16 tahun tewas. Istrinya masih dalam perawatan.
Konflik juga merembet ke warga sipil. Komunitas Arab Israel membakar sinagog, sedangkan warga Yahudi menyerang mobil-mobil yang dikendarai orang Arab. Polisi setempat kewalahan sehingga Netanyahu menarik polisi Israel yang berdinas di Tepi Barat agar segera ke Lod. ”Situasi di sini sudah seperti perang saudara,” kata Wali Kota Lod Yair Revivo.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sama-sama meminta Israel dan Palestina menghentikan serangan. Apabila tidak bisa berbarengan, satu pihak harus berjiwa besar untuk berhenti menyerang dan membuka jalan bagi dialog penyelesaian konflik. Erdogan juga meminta agar negara-negara anggota PBB mau mengirim pasukan guna melindungi warga Palestina dan memastikan tidak ada kekerasan selama dialog berjalan. (AP/AFP/REUTERS)