Lantaran terlalu banyak, hampir tidak ada ruangan untuk menyusun ribuan senjata sitaan. Senjata yang disita antara lain hampir 3.000 pucuk senapan 56, versi China dari senapan serbu Kalashnikov buatan Rusia.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
DUBAI, SENIN — Angkatan Laut Amerika Serikat menyita ribuan senapan buatan China dan peluncur roket buatan Rusia. Senjata-senjata itu ditemukan di kapal menuju Yaman. Angkatan Laut AS mengumumkan penyitaan itu pada Minggu (9/5/2021) siang waktu Washington atau Senin dini hari WIB. Penangkapan dilakukan pertengahan pekan lalu. Kapal perang AS, USS Monterey, menangkap kapal layar pengangkut aneka senjata itu.
Penangkapan terjadi di tengah operasi rutin USS Monterey di Laut Arab. Lantaran mendapat pasokan minyak dari Timur Tengah, AS memang rutin mengerahkan armada ke kawasan itu. Tujuan utamanya mengamankan rute pelayaran minyak dari kawasan Arab.
Dalam operasi rutin itu, awak USS Monterey curiga pada salah satu kapal layar. Kecurigaan diikuti pemeriksaan di kapal layar tersebut. Di lambung kapal ditemukan ribuan pucuk senjata berbagai jenis yang dibungkus plastik hijau.
Setelah menyita, awak USS Monterey menyusun ribuan senjata itu di geladak kapal perang. Karena terlalu banyak, hampir tidak ada ruangan untuk menyusun ribuan senjata sitaan itu.
Senjata yang disita antara lain hampir 3.000 pucuk senapan 56, versi China dari senapan serbu Kalashnikov buatan Rusia. Selain itu, ditemukan pula senapan tembak runduk, roket antitank, dan aneka senapan mesin berat. Ada pula aneka peluncur granat.
Armada Kelima, armada AS yang bertanggung jawab pada operasi AL AS di sekitar Timur Tengah, menyebut bahwa kapal layar tidak disita. Setelah seluruh senjata disita, kapal dan seluruh awaknya dibebaskan. Bahkan, AL AS mengklaim memberikan makanan dan air kepada awak kapal.
Dalam pernyataan resmi AL AS tidak disebutkan asal dan tujuan kapal pengangkut senjata. AL AS hanya menyatakan kasus itu masih dalam penyelidikan.
Peneliti penyelundupan senjata global, Tim Michetti, menyebut tangkapan itu salah satu yang terbesar di kawasan. Pola penyelundupannya mirip dengan kasus-kasus sejenis di kawasan. ”Campuran senjata yang disita mirip dengan senjata-senjata yang diselundupkan sebelum ini. Semua dikaitkan dengan Iran,” ujarnya.
Embargo
Seluruh senjata diserahkan kepada Badan Penjaga Perbatasan AS yang tugasnya seperti Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Indonesia. Washington memperlakukan ribuan senapan buatan China-Rusia itu sebagai barang selundupan yang ditangani menurut hukum AS.
Sementara sejumlah pejabat Kementerian Pertahanan AS menyebut, senjata itu diduga berasal dari Iran dan ditujukan ke Yaman. Meski terus disangkal, Iran dituding memasok dana dan senjata untuk kelompok Houthi. Setelah 7 tahun perang saudara, pasukan pemerintah yang disokong Arab Saudi dan sejumlah negara Arab tidak kunjung bisa mengalahkan Houthi.
Bahkan, Arab Saudi dan sejumlah pendukung Pemerintah Yaman bolak-balik jadi sasaran serangan pesawat nirawak dan roket Houthi. Roket dan pesawat nirawak Houthi berkali-kali hampir mencapai Riyadh. Pada akhir 2019, sejumlah fasilitas pengolah minyak Arab Saudi lumpuh setelah diledakkan Houthi lewat serangan dengan pesawat nirawak.
Secara resmi, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengembargo senjata ke Yaman. AS bersama sejumlah negara berusaha menegakkan embargo itu. Bahkan, Riyadh dan sekutunya pernah memblokade Yaman di darat, laut, dan udara untuk menghentikan penyelundupan senjata. Walakin, upaya itu tidak kunjung sukses.
Baik Iran, Arab Saudi, maupun sejumlah negara lain terus memasok senjata ke Yaman lewat berbagai cara. Berbagai pihak kerap menemukan senjata buatan AS dan Eropa dalam serangan oleh pasukan dan milisi pendukung pemerintah. Berkali-kali ditemukan bom buatan AS dan Eropa dipakai untuk menyerang fasilitas sipil Yaman.
Selain Houthi, Pemerintah Yaman harus berhadapan dengan pasukan separatis di selatan. Kelompok yang berpusat di Aden itu disokong oleh Uni Emirat Arab, salah satu anggota koalisi Arab Saudi dalam memerangi Houthi. (AP/AFP)