Jangan Lengah, Setiap Negara Rentan Menjadi seperti India dan Brasil
Alarm kewaspadaan terus berbunyi nyaring. Di sejumlah negara, kasus baru Covid-19 terus bertambah.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
NEW DELHI, JUMAT — Lonjakan kasus Covid-19 terjadi di sejumlah negara selain Brasil dan India, antara lain di Mesir, Turki, dan Palestina. Tanpa ada tindakan yang cepat dan tepat, mereka berisiko menanggung gelombang pandemi terburuk yang ada.
Di India, para politisi dari partai-partai oposisi Perdana Menteri Narendra Modi menyuarakan agar pemerintah segera menerapkan karantina wilayah. Desakan serupa diutarakan oleh para pakar kesehatan dan sejumlah hakim mahkamah agung.
Data per Jumat (7/5/2020) siang menyebutkan ada 414.188 kasus positif baru dan 4.000 kematian. Secara total, jumlah kasus positif Covid-19 di India adalah 21,4 juta dan jumlah penduduk yang telah kehilangan nyawa akibat virus SARS-CoV-2 adalah 234.083 jiwa.
”Akhirnya pada hari Jumat kami memperoleh bantuan 730 ton oksigen. Tapi, ini tidak akan bertahan lama karena jumlah pasien di rumah sakit membeludak. Kami terus mencari cara mendapatkan oksigen dalam jumlah banyak dan waktu cepat,” kata Menteri Utama Delhi Arvind Kejriwal.
New Delhi bersama Bengal Barat merupakan wilayah dengan jumlah kasus terbanyak. Pakar-pakar kesehatan mengatakan penyebabnya adalah pemilu yang dilaksanakan dalam delapan tahap di kedua daerah. Sementara wilayah selatan India memiliki jumlah kasus lebih tinggi dibandingkan dengan utara. Sebagai gambaran, kota Goa yang terletak di selatan memiliki persentase kasus positif setinggi 41 persen.
”Karantina adalah jalan keluar untuk menurunkan angka penularan, setidaknya dalam 14 hari sampai 21 hari ke depan. Fokuskan karantina ke kota-kota yang persentase kasus positif di atas 10 persen, prosedurnya bisa diatur oleh pemerintah daerah masing-masing dengan standar yang baku,” tutur pakar kesehatan Pemerintah India, Randeep Guleria.
Tingginya kasus Covid-19 di India membuat negara-negara tetangga, seperti Bangladesh, Nepal, dan Sri Lanka, menutup perbatasan mereka. Kasus Covid-19 bahkan mencapai kaki Gunung Everest. Sebanyak 30 pendaki dievakuasi dari Everest Base Camp karena terkena virus korona baru.
Anthony Fauci, penasihat utama kesehatan Pemerintah Amerika Serikat, dalam wawancara dengan CNN India, mengungkapkan bahwa berrdasarkan kajian galur virus korona, varian B.1.1.7 dari Inggris banyak tersebar di New Delhi. Adapun varian B.1.617 mayoritas ditemukan di Negara Bagian Maharashtra. Kedua jenis virus ini penularannya lebih cepat daripada galur asli dari Wuhan, China.
Ketika ditanya mengenai langkah yang sekiranya pas untuk India, Fauci menjabarkan karantina adalah tindakan yang paling memungkinkan, terutama untuk kurun waktu empat pekan. Setelah jumlah kasus menurun, pemberian vaksin secara besar-besaran baru bisa dilakukan.
Surat kabar nasional The Hindustan Times memberitakan bahwa India telah menyuntikkan 157 juta dosis vaksin Covid-19 kepada rakyatnya. Akan tetapi, terjadi pengurangan imunisasi harian. Hingga Maret 2020, jumlah penduduk yang diimunisasi adalah 4 juta orang setiap hari, sejak April turun menjadi 2,5 juta orang per hari.
Berharap ke AS
Di Brasil, negara dengan kasus Covid-19 kedua terburuk setelah India, sudah 414.000 orang meninggal akibat virus ini. Tercatat ada 15 juta warga Brasil yang positif terkena Covid-19. Sejumlah negara juga telah menutup penerbangan ke dan dari Brasil.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro berharap AS akan mengirimkan bantuan vaksin ke Brasil. Juru Bicara Gedung Putih AS Jen Psaki, dalam keterangan pers, mengatakan, pemerintahan Joe Biden akan mengirim bantuan 20 juta dollar AS ke Brasil. Akan tetapi, tidak dijelaskan peruntukan dana tersebut untuk membeli vaksin atau alat-alat kesehatan.
Longgar
Sementara itu, di Mesir, pemerintah mengambil tindakan yang oleh pengamat dan masyarakat dinilai paling tegas sejak pandemi terjadi. Mereka mewajibkan mal, restoran, dan kafe tutup pada pukul 21.00. Pantai dan taman juga ditutup hingga setelah hari raya Idul Fitri. Namun, aturan itu tidak diindahkan karena pasar malam dan tempat-tempat minum teh disesaki orang-orang yang berbuka puasa.
Kota Sohag di Mesir bagian utara dilaporkan memiliki sistem kesehatan yang nyaris ambruk akibat kewalahan menangani pasien Covid-19. Ketua Ikatan Dokter Sohag, Mahmoud Fahmy Mansour, mengungkapkan, di setiap keluarga setidaknya ada satu orang yang positif mengidap Covid-19, tetapi hal ini tidak mengubah perilaku masyarakat.
Demikian pula terjadi di Jalur Gaza, Palestina. Wilayah itu memiliki 2 juta penduduk dan 102.000 orang di antaranya terkena Covid-19. Angka kematian di wilayah ini adalah 900 jiwa. Hamas, selaku organisasi yang memerintah Jalur Gaza, awalnya menerapkan protokol kesehatan ketat. Sejak satu pekan terakhir bulan Ramadhan mereka membuka kembali masjid-masijid dan mengakibatkan keramaian.
Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk wilayah Afrika, Matshidiso Moeti, terus mengingatkan pemerintahan negara-negara di benua itu agar selalu siaga. ”Secara umum, di Afrika kondisi masih jauh dari krisis di India dan Brasil. Tapi, lalai sedikit saja di satu negara akan bisa sekejap mata berubah parah,” ujarnya. (AP/AFP/Reuters/DNE)