Gelombang kedua Covid-19 yang semakin mematikan di India saat ini dapat menghancurkan negara berpenduduk 1,39 miliar itu. Situasi ini sekaligus mengancam seluruh dunia karena penyabaran virus yang mudah dan cepat.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
NEW DELHI, SABTU — Situasi di India kian memburuk. Angka kematian harian akibat Covid-19 pada Sabtu (08/05/2021) mencapai 4.187 kasus atau salah satu yang terburuk di dunia. Secara akumulasi, kematian di negeri berpenduduk 1,39 miliar jiwa itu telah mencapai 238.270 kasus atau ketiga tertinggi di dunia setelah Amerika Serikat dan Brasil.
Pemerintah India mencatat 401.078 kasus infeksi baru dalam 24 jam terakhir. Dengan demikian, total kasus menjadi 21,9 juta kasus. Pekan lalu, jumlah kasus harian penderita Covid-19 di India masih berkisar 357.229 jiwa. Hanya dalam empat hari, 4-8 Mei, terjadi lonjakan kasus baru sekitar 1,6 juta kasus sehingga akumulasi kasus meningkat dari 20,3 juta kasus menjadi 21,9 juta kasus.
Para ahli meragukan data pemerintah itu. Alasannya, kemungkinan besar jumlah sesungguhnya lebih banyak dari yang dilaporkan. Mereka juga memperkirakan lonjakan kasus Covid-19 di India baru akan terjadi pada akhir Mei. Sebelumnya, puncak kasus diperkirakan jatuh pada pertengahan Mei.
Wilayah utara dan barat India menanggung beban paling parah akibat pandemi Covid-19. Hal serupa juga terjadi di selatan, termasuk Karnataka dan Tamil Nadu.
Tamil Nadu, yang terkenal dengan manufaktur mobilnya, seperti BMW, Daimler, Hyundai, Ford, Nissan, dan Renault, akan beralih dari penutupan sebagian menjadi penutupan penuh mulai Senin (10/5). Transportasi umum, misalnya, akan ditutup.
Negara bagian tetangga, Karnataka, memperpanjang penutupan total sejak Jumat (7/5) malam. Bengaluru (Banglore), ibu kota Karnataka, yang merupakan pusat teknologi paling penting di Asia Selatan karena terdapat kantor-kantor perusahaan besar, termasuk Google, Amazon, dan Cisco.
Bengaluru mengalami 1.907 kasus kematian akibat Covid-19 sepanjang April. Namun, kota itu kini telah mencatat lebih dari 950 kasus hanya dalam 7 hari pertama di Mei. Situasi yang terus memburuk itu membuat otoritas lokal akan menutup penuh pergerakan orang di kota untuk 14 hari ke depan.
Sementara situasi di kota-kota besar lainnya, seperti New Delhi dan Mumbai, dilaporkan relatif stabil. Pasokan oksigen tambahan telah ditingkatkan dan rumah sakit baru dibuka dengan menyediakan tempat tidur yang memadai. Namun, situasi yang lebih buruk terjadi di kota-kota kecil di pelosok.
Sebagian analis masih memperdebatkan jumlah kasus infeksi Covid-19 sesungguhnya. Ini mengingat pandemi telah mencapai berbagai pelosok negeri yang memiliki kesulitan tinggi untuk mengakses fasilitas kesehatan. Artinya, pengujian belum maksimal. Sementara pelacakan tidak berjalan. Ada pakar yang mengatakan, jumlah kasus kematian sebenarnya dan yang terinfeksi bisa 5-10 kali lebih tinggi dari yang dilaporkan pemerintah.
”Situasi menjadi berbahaya di desa-desa,” kata Suresh Kumar, koordinator lapangan Manav Sansadhan Evam Mahila Vikas Sansthan, sebuah badan amal hak asasi manusia (HAM) yang berbasis di Uttar Pradesh.
Menipisnya ketersediaan oksigen masih terus menjadi permasalahan besar di seluruh negeri. Banyak warga meninggal di ambulans dan tempat parkir mobil sewaktu menunggu tempat tidur atau oksigen.
Kekurangan oksigen dan tempat tidur perawatan kritis yang belum maksimal dapat terus menyebabkan lonjakan dramatis kasus kematian di India, seperti terjadi di Kota Kalkutta. Tidak ada solusi kecuali pemerintah meningkatkan anggaran darurat kesehatan untuk menambah kapasitas tempat tidur di rumah sakit atau fasilitas layanan kesehatan publik lainnya.
Perdana Menteri India Narendra Modi telah dikritik karena lambannya penanganan terhadap kekurangan oksigen meskipun pemerintah mengatakan akan melakukan semua cara untuk mengatasinya.
Kepala Menteri Tamil Nadu MK Stalin mengatakan dalam sebuah surat kepada Modi, Jumat malam, permintaan oksigen medis Tamil Nadu dapat berlipat ganda dalam dua minggu ke depan. ”Ketersediaan oksigen di Tamil Nadu sangat kritis,” kata Stalin sambil menambahkan bahwa 13 pasien meninggal di sebuah rumah sakit di pinggiran Chennai karena kekurangan oksigen.
Di New Delhi, pasokan oksigen dilaporkan sudah cukup, tetapi distribusinya terhalang kesulitan transportasi. Oksigen ini berasal dari bantuan Uni Emirat Arab, Jerman, Singapura, dan Perancis. Perusahaan multinasional, seperti Amazon dan Google, juga turut membantu.
Pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Uni Eropa-India, yang digelar secara daring, Sabtu ini, negara-negara Uni Eropa menyatakan telah mengirim peralatan medis dan obat-obatan senilai 100 juta euro atau sekitar 120 juta dollar AS ke India. Langkah itu sebagai bagian dari upaya internasional untuk membantu New Delhi melawan ”ledakan bom kasus” Covid-19.
Pembicaraan tentang upaya lebih lanjut atas Covid-19 di India dipastikan masuk dalam agenda KTT UE-India. Apalagi, India dan UE adalah dua wilayah yang menjadi tempat produksi utama vaksin Covid-19.
”Para pemimpin akan berkomitmen untuk bekerja sama agar lebih siap dan tanggap atas kondisi darurat kesehatan global, termasuk upaya memperkuat dan mereformasi Organisasi Kesehatan Dunia,” tutur pejabat senior UE.
Pemimpin oposisi utama India, Rahul Gandhi, memperingatkan bahwa gelombang kedua Covid-19 yang semakin mematikan itu akan menghancurkan India dan mengancam seluruh dunia. Varian B.1.617 dari India yang sangat berbahaya dan menular telah menyebar ke negara lain.
”India adalah tempat bagi satu dari setiap enam manusia di planet ini. Pandemi memperlihatkan bahwa ukuran, keragaman genetik, dan kompleksitas kita menjadikan India tempat subur bagi virus untuk bermutasi dengan cepat, mengubah dirinya menjadi lebih menular dan lebih berbahaya,” papar Gandhi.
Gandhi dalam suratnya meminta PM Narendra Modi agar mempersiapkan karantina nasional, mempercepat vaksinasi di seluruh negeri, serta melacak virus dan mutasinya secara ilmiah. (AFP/AP/REUTERS)