"Sahabat tercinta Diah Marsidi baru saja berpulang pukul 16.00. Mohon doanya." Diah Kumorowati Marsidi nama lengkapnya, Lahir di Jakarta 20 April 1957. Ia masuk Kompas 1 Juni 1981, Di pergi selamanya, Kamis (6/5/2021)
Oleh
Agnes Aristiarini
·2 menit baca
Tercekat hati saya membaca deretan kata dalam grup Whatsapp Keluarga Kompas, Kamis (6/5/2021) sore. "Sahabat tercinta Diah Marsidi baru saja berpulang pukul 16.00. Mohon doanya."
Baru 20 April lalu saya mengirim pesan ucapan selamat ulang tahun, sembari menanyakan kabar. Meski singkat saja ia menjawab, saya lega.
Setahun terakhir, Di, demikian inisial dan panggilan akrabnya di Redaksi Kompas, menderita sakit. Hanya teman-teman dekatnya yang tahu, karena ia lumayan tertutup untuk yang satu ini. Di agaknya ingin dikenang sebagai orang yang penuh semangat dan sukacita, seperti saat-saat ia aktif sebagai wartawan.
Diah Kumorowati Marsidi, demikian nama lengkapnya, lahir di Jakarta 20 April 1957. Ia masuk Kompas 1 Juni 1981, setelah menyelesaikan kuliah di Sastra Perancis Universitas Indonesia (UI). Bahasa Perancisnya tentu sangat bagus, meski sebenarnya Diah menguasai banyak bahasa. Cukup tinggal sebentar di suatu daerah, ia mampu berbicara persis penduduk lokal. Selain Perancis, ia lancar berbahasa Inggris, Italia, Spanyol, dan Portugis. Diah memang seorang poliglot sejati.
Diah menguasai banyak bahasa. Cukup tinggal sebentar di suatu daerah, ia mampu berbicara persis penduduk lokal.
Kemampuannya berbahasa membuat ia banyak bertugas ke berbagai belahan dunia. Ini sungguh berkat luar biasa, karena Diah gemar berkelana. Pelbagai perjalanannya, ke tempat- tempat unik yang jarang dikunjungi, ia tulis dengan pendekatan yang juga tidak biasa.
Ketika menulis sebuah negara kecil di perbatasan Spanyol dan Perancis, misalnya, begini ia mengawali. "Kalau Anda tidak tahu apa dan di mana Andorra, jangan berkecil hati. Tidak sedikit orang Eropa, bahkan orang Spanyol dan Perancis, tidak tahu apa dan di mana Andorra".
Atau ketika mengenalkan Umbria di Italia. "Lewat seorang sopir taksi di daerah Le Marche, Italia, saya "berkenalan" dengan Umbria," tulis Diah di awal ceritanya.
Di antara daerah-daerah yang dijelajahinya, hatinya tertambat di Amerika Latin, khususnya Brasil. Diah serius belajar capoeira—suatu seni bela diri Brasil dengan gerakan dan iringan musik indah—dan kemudian memperkenalkannya di Indonesia. Ia bahkan sempat ingin tinggal di Brazil setelah pensiun dari Kompas, 1 April 2016.
Ternyata Tuhan memanggil Diah untuk tinggal di rumahNya. Jumat (7/5/2021) pukul 09.30 ada misa requiem di Ruang Maria, rumah duka RS Siloam Sudirman, Jakarta, lantai 15. Pukul 13.30 menuju TPU Tonjong. Selamat jalan, Di.