Ketegangan Diplomatik Australia-China Terus Meningkat
Perseteruan Beijing-Canberra makin sengit tahun lalu terkait isu asal-usul pandemi Covid-19, hak asasi manusia, keamanan nasional, dan kesepakatan Prakarsa Sabuk dan Jalan (BRI). Canberra lebih dulu menghentikan BRI.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
BEIJING, KAMIS — Baku balas dan hambat antara Australia dan China terus berlanjut. Pada Kamis (6/5/2021), Beijing menghentikan semua aktivitas terkait dialog ekonomi strategis dengan Canberra. Keputusan itu bisa berdampak pada perundingan terkait hambatan impor untuk aneka produk bernilai 20 miliar dollar AS dari Australia ke China.
Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional (NDRC) China mengumumkan penghentian tanpa batas waktu dan berlaku dalam kesempatan pertama itu. NDRC menyebut, keputusan berdasarkan perilaku Australia terhadap kerja sama Beijing-Canberra. Beberapa pejabat Canberra dituding membuat aneka kebijakan untuk mengganggu kerja sama Australia-China. Kebijakan itu disebut berdasarkan mental dan ideologi Perang Dingin.
NDRC mengelola forum dialog ekonomi Australia-China. Forum itu, antara lain, dimanfaatkan Australia untuk merundingkan hambatan dagang yang dikenakan China terhadap aneka komoditas impor asal Australia. Perundingan untuk komoditas bernilai 20 miliar dollar AS itu terhambat karena Beijing menolak komunikasi via telepon dari Canberra.
Forum dialog ekonomi Australia-China dibentuk tahun 2014 sebagai forum bagi menteri keuangan Australia, menteri perdagangan, dan ketua NDRC membahas kesepakatan-kesepakatan investasi dan perdagangan. Namun, sejak itu, hubungan kedua negara memburuk. Australia pada 2018 melarang Huawei menggarap jaringan 5G dan memberlakukan undang-undang campur tangan asing yang membuat marah Beijing.
Perseteruan Beijing-Canberra semakin sengit tahun lalu terkait isu asal-usul pandemi Covid-19, hak asasi manusia, keamanan nasional, dan kesepakatan Prakarsa Sabuk dan Jalan. Sebelum pengumuman NDRC, Canberra lebih dulu memerintahkan penghentian proyek dalam kerangka Prakarsa Sabuk dan Jalan (BRI). Penghentian BRI menambah daftar keputusan politik Australia yang dianggap Beijing memusuhi China. Sebelumnya, Australia menyelidiki banyak pihak karena dituding menjadi mata-mata atau penyebar pengaruh China.
”Penundaan seperti ini sangat jarang dilakukan, hal yang menegaskan keberatan China dan menunjukkan pesan jelas kepada Australia bahwa China teguh dan siap menggunakan semua perangkat untuk membela kepentingannya,” kata Zhou Fangyin, pakar di Guangdong Research Institute for International Strategies, kepada media China, Global Times.
Ia menyalahkan Perdana Menteri Australia Scott Morrison dan kabinetnya yang dinilai salah menilai China. ”Australia tidak menunjukkan perilaku siap berdialog. Keputusan sepihak Australia terkait BRI menunjukkan bahwa kesepakatan resmi dengan China bisa dihapuskan kapan saja tanpa alasan jelas,” katanya.
Ia menduga Beijing masih akan melakukan tindakan lain terhadap Australia. Hubungan Australia-China akan semakin berkurang pada masa mendatang.
Sementara peneliti dari Perth USAsia Centre, Jeffrey Wilson, menyebut bahwa keputusan NDRC jelas merupakan pembalasan terhadap Australia.
”(Langkah) itu menjadi cara untuk menunjukkan sikap dan sudah kehabisan pilihan. Maka, mereka menghentikan (dialog ekonomi strategis) ini,” ujarnya kepada Sydney Morning Herald.
China dinilai sudah kehabisan amunisi menghadapi Australia kala memutuskan aneka hambatan impor pada 2020. Keputusan NDRC, menurut Wilson, tidak berdampak langsung pada perdagangan kedua negara.
Dalam data Bank Dunia dan Badan PBB untuk Perdagangan (UNCTAD), memang terlihat impor China dari Australia tidak terlalu terdampak. Dari 119 miliar dollar AS pada 2019, nilai impor China untuk aneka komoditas barang Australia pada 2020 terpangkas menjadi 114 miliar dollar AS pada 2020. Pada 2018, nilai impor China dari Australia hanya 105 miliar dollar AS.
Ekspor jasa Australia ke China memang berkurang. Sebab, sektor pariwisata dan pendidikan nyaris tidak berjalan selama pandemi Covid-19. Padahal, pelancong dan pelajar China salah satu andalan Australia untuk mendapat devisa dari ekspor jasa. Penutupan perbatasan membuat pelancong dan pelajar asing tidak bisa datang ke Australia sepanjang 2020.
Direktur Institut Hubungan Australia-China James Laurenceson kepada BBC menyebutkan bahwa langkah Beijing diperkirakan bakal diperluas hingga pembekuan hubungan diplomatik. ”Hingga kini, baik Canberra maupun Beijing terus mengatakan hal-hal pokok pada level rendah masih berlanjut normal. Kini kita melihat kerja sama dan dialog semakin dekat mengalami gangguan. (AFP/REUTERS)