Industri otomotif kehilangan rata-rata Rp 2,3 triliun per hari karena keterbatasan semikonduktor. Dunia praktis hanya mengandalkan Samsung dari Korea Selatan dan TSMC di Taiwan sebagai pabrik utama semikonduktor.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
BERLIN, RABU — Kelangkaan semikonduktor diprakirakan berlanjut sampai 2022. Keterbatasan itu membuat banyak industri terpaksa memangkas keuntungan. Sebab, kapasitas produksi tidak bisa dipacu selama pasokan semikonduktor terhambat.
Produsen semikonduktor Jerman, Infineon, mengungkap bahwa kelangkaan akan berlangsung sampai beberapa triwulan ke depan. Dalam pernyataan pada Selasa (4/5/2021) siang waktu Berlin atau Rabu dini hari WIB, CEO Infineon Reinhard Ploss menyebut, sektor otomotif paling terdampak. Sepanjang triwulan pertama 2021 saja, produksi 2,5 juta mobil terganggu karena keterbatasan pasokan semikonduktor.
Juru bicara asosiasi otomotif Jerman (VDA), Eckehart Rotter, menyebut, keadaan sangat menegangkan. Keterbatasan pengendali mikro membuat produksi bolak-balik terhenti. Dalam mobil modern, banyak fungsi bergantung pada semikonduktor untuk pengendalinya.
Kesulitan juga dirasakan di Amerika Serikat. Salah satu perusahaan otomotif AS, Ford, memperkirakan akan memangkas produksi hingga 1,1 juta unit sepanjang 2021. Hal itu membuat Ford kehilangan hingga 2,5 miliar dollar AS.
Seperti Infineon, Ford juga menaksir masalah semikonduktor baru akan teratasi pada 2022. Secara global, industri otomotif bisa kehilangan pendapatan rata-rata senilai Rp 2,3 triliun per hari gara-gara keterbatasan pasokan semikonduktor.
Kecil
Pasokan ke otomotif, sebagaimana dicatat Semiconductor Industry Association (SIA), sebenarnya hanya 3 persen dari produksi semikonduktor global yang bernilai rata-rata 400 miliar dollar AS per tahun. Sisanya diserap industri elektronik, mulai dari ponsel, televisi, sampai mesin penyejuk udara.
Pandemi Covid-19 memaksa produksi otomotif menurun sehingga pesanan bahan baku, termasuk semikonduktor, dikurangi. Para pemasok, termasuk produsen semikonduktor, tidak mau rugi membiarkan kapasitas produksi tidak terpakai di tengah penurunan pesanan dari salah satu sektor pelanggan. Mereka mengalihkan sumber daya ke sektor yang meningkat, yaitu elektronik.
Oleh karena mesin produksi semikonduktor telanjur diarahkan ke tempat lain, pengubahan akan membutuhkan waktu dan hal itu berarti produksi tertunda.
Dalam laporan Stiftung Neue Verantwortung, rantai pasok semikonduktor global bergantung pada Taiwan, Korsel, Jepang, Eropa, dan AS. Dari AS terutama dipasok rancangan dan teknologi pengujian.
Secara spesifik, dunia praktis hanya mengandalkan Samsung dari Korea Selatan dan TSMC di Taiwan sebagai pabrik utama semikonduktor. AS, yang memiliki banyak perusahaan perancang dan pemilik hak paten semikonduktor, juga bergantung pada Taiwan dan Korsel. Jepang, China, Jerman, sampai Vietnam lebih tergantung lagi.
”Dalam jangka menengah dan panjang, juga demi kepentingan Eropa, perlu melokalisasi teknologi ini di Eropa. Masalahnya, butuh waktu dan tidak bisa menyelesaikan kekurangan sekarang,” kata Rotter.
Komisioner Industri Uni Eropa Thierry Breton melakukan berbagai upaya untuk mengatasi itu. Ia mengupayakan aliansi 22 negara Eropa untuk memproduksi semikonduktor di UE. Menteri Ekonomi Jerman Peter Altmaier dan Menteri Ekonomi Perancis Bruno Le Maire mendukung Breton. Berlin dan Paris setuju mengucurkan miliaran euro untuk mengembangkan produksi semikonduktor di UE.
Sayangnya, STMicroelectronics justru menolak bergabung. Perusahaan Italia-Perancis itu tidak melihat alasan untuk bergabung dengan aliansi yang digagas Breton. Apalagi, keterbatasan pasokan tidak akan terus berlangsung.
Sementara Intel, produsen semikonduktor asal AS, mau mengembangkan pabrik di Eropa jika mendapat subsidi 9,7 miliar dollar AS. Subsidi itu untuk membangun pabrik.
Sebelum mengusulkan subsidi dari UE, Intel telah mengumumkan investasi 20 miliar dollar AS untuk pengembangan di AS. Selain Intel, TSMC juga akan mengembangkan pabrik di AS. TSMC, raksasa semikonduktor asal Taiwan, tengah membangun pabrik bernilai 12 miliar dollar AS di Arizona. Bahkan, TSMC disebut mempertimbangkan menambah fasilitas produksi di AS.
Menteri Ekonomi Taiwan Wang Mei-hua mengatakan, belum ada rencana TSMC membuat pabrik dengan teknologi terbaru di UE. ”TSMC sudah berulang kali menyatakan, (semikonduktor dengan) teknologi terdepan akan diproduksi di Taiwan. Soal kerja sama Taiwan UE, bisa dibahas lebih lanjut,” ujarnya.
Sampai sekarang, menurut Wang, tidak ada pembicaraan antara Brussels dan Taipei soal pengembangan pabrik TSMC di UE. Sementara Breton dijadwalkan bertemu perwakilan TSMC pekan ini. (AFP/REUTERS)