Setelah bertahun-tahun operasi, sebagian melibatkan serangan udara berbiaya jutaan dollar AS sekali jalan, industri narkotika terus berkembang di Afghanistan.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
Amerika Serikat menghabiskan hampir 9 miliar dollar AS untuk pemberantasan narkotika di Afghanistan. Walakin, Afghanistan bertahan sebagai salah satu produsen utama heroin dan sabu-sabu.
Hal itu terekam dalam laporan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Kejahatan dan Narkotika (UNDOC) yang diluncurkan pada Senin (3/5/2021) siang waktu New York atau Selasa dini hari WIB. Sepanjang 2020 ada tambahan 61.000 hektar lahan poppy atau tanaman untuk bahan baku heroin. Total 234.000 hektar lahan poppy tersebar di 22 dari 34 provinsi di Afghanistan. Helmand, Baghdis, dan Kandahar yang dikontrol Taliban menjadi tempat terluas kebun poppy.
Industri heroin Afghanistan bernilai hampir 2 miliar dollar AS per tahun. Padahal, nilai ekspor resmi Afghanistan pada 2017-2019 tidak sampai 900.000 juta dollar AS per tahun.
Secara resmi, kejahatan narkotika di Afghanistan diancam hukuman berat baik kala Taliban berkuasa pada 1996-2001 maupun di masa pemerintahan selain Afghanistan. Bahkan, Taliban menekan ladang poppy selama berkuasa.
Sayangnya, setelah mereka tidak menjadi penguasa resmi, Taliban justru ikut melindungi pengembangan tumbuhan yang mudah hidup di alam Afghanistan itu. Menurut taksiran AS, Taliban mendapatkan sedikitnya 14 juta dollar AS dari perdagangan heroin. Sementara Pusat Pemantauan Obat dan Kecanduan Eropa (EMCDDA) menaksir Taliban mendapat lebih dari 50 juta dollar AS per tahun dari pungutan terhadap para pedagang heroin Afghanistan.
Sejumlah pihak di AS dan Eropa berkali-kali melaporkan, aparat Afghanistan menerima setoran dari penanam, pengolah, dan penjual getah poppy ataupun heroin. Sulit disebut oknum karena aparat yang menerima jatah tersebar di ribuan lokasi di Afghanistan.
AS dan Eropa serius pada pemberantasan heroin Afghanistan. Sebab, AS dan Eropa menjadi pasar utama heroin Afghanistan. Bahkan, Washington menaksir 90 persen heroin dunia kini dipasok dari Afghanistan. Di pasar Eropa, 95 persen dipasok dari Afghanistan.
Dari Afghanistan, heroin diselundupkan melalui Iran dan Pakistan lalu menuju ke sejumlah negara. Sebagian pedagang heroin Afghanistan juga punya mitra distribusi di benua Amerika yang mengambil pasokan ke Afghanistan. Padahal, sebagian negara Amerika latin juga mudah ditumbuhi tanaman untuk bahan baku heroin.
Memfetamin
Selain poppy, Afghanistan juga mudah ditumbuhi Oman yang getahnya dapat dipakai menjadi bahan baku sabu atau memfetamin. Seperti poppy, oman alias ephedra juga bisa tumbuh secara liar di berbagai penjuru Afghanistan.
Getah ephedra membuat produksi menfetamin Afghanistan sulit dikalahkan produsen kawasan lain yang menggunakan bahan sintesis. David Mansfield, yang sudah meneliti narkotika Afghanistan selama 25 tahun terakhir, menyebut bahwa biaya produksi memfetamin di Afghanistan lebih rendah 90 persen dibandingkan biaya di Asia Tenggara dan Asia Timur. ”Ini keuntungan besar Afghanistan dibandingkan kawasan lain,” ujarnya.
Pabrik-pabrik pengolahan getah oman tersebar di sejumlah lokasi di Afghanistan. Getah itu menjadi bahan dasar pembuatan memfetamin. Menurut Mansfield, hampir setiap orang di sekitar kebun oman bisa mengolah getahnya. Walakin, tidak semua orang bisa mengelola getah itu menjadi memfetamin. Selain keterampilan lebih rumit, juga butuh modal lebih besar. Karena itu, pabrik sabu tidak sebanyak pengolah getah oman.
Pengolahan mudah dan murah menjadi salah satu penyebab industri narkotika di Afghanistan terus berkembang. Faktor lain ialah industri itu menjadi salah satu jalan bagi sebagian warga Afghanistan mendapatkan uang di tengah sulitnya pekerjaan di negeri yang sudah 42 tahun dilanda perang tanpa henti tersebut.
Auditor AS sampai menyebut industri narkotika Afghanistan salah satu bukti kegagalan AS di negara itu. Disebut gagal karena Washington telah mengucurkan miliaran dollar AS untuk membasmi narkotika di Afghanistan. Setelah bertahun-tahun operasi, sebagian melibatkan serangan udara berbiaya jutaan dollar AS sekali jalan, industri narkotika terus berkembang di Afghanistan.
Dari industri itu, milisi dan aneka kelompok bersenjata Afghanistan mendapat sebagian modal untuk meneruskan perang. Ironisnya, perang dilancarkan atas nama membela agama. (AFP/REUTERS)