Kepercayaan terhadap Mata Uang Kripto Naik, Harga Ethereum Melonjak
Harga ethereum melonjak hingga di atas 3.000 dollar Amerika Serikat per koin atau mengalami kenaikan sekitar 325 persen pada 2021. Ethereum didapuk sebagai mata uang kripto yang paling diminati sesudah bitcoin.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
LONDON, SENIN — Harga mata uang kripto ether atau ethereum mencetak rekor tertinggi, menembus 3,000 dolar Amerika Serikat per koin pada sesi perdagangan pada bursa Bitstamp, Senin (3/5/2021) pagi. Kenaikan harga ethereum, token yang diperjualbelikan di Ethereum Blockchain, sekitar 3 persen pada sesi penawaran pagi adalah akumulasi kenaikan harga ethereum sebesar 325 persen selama empat hingga lima bulan terakhir sepanjang tahun 2021 saja, melampaui kenaikan harga bitcoin, mata uang kripto yang jauh lebih populer, sebesar 95 persen.
Kenaikan harga ethereum, dipandang sejumlah pihak, mencerminkan pergeseran dan peningkatan kepercayaan lembaga keuangan tradisional atas mata uang digital ini.
James Quinn, Direktur Pelaksana Q9 Capital, manajer kekayaan pribadi mata uang kripto di Hong Kong, mengatakan, dirinya melihat pergeseran sistem keuangan tradisional dunia yang mengarah pada ”DeFi” atau desentralisasi finansial, yang mengacu pada transaksi di luar perbankan tradisional. Ethereum Blockchain adalah platform penting dalam DeFi.
”Pada awalnya reli benar-benar dipimpin oleh bitcoin karena karena banyak investor institusional tiba-tiba menyambangi. Tiba-tiba muncul. Namun, karena reli telah matang selama enam bulan terakhir, Anda memiliki DeFi dan banyak di antaranya dibangun di atas ethereum,” kata Quinn.
Kenaikan harga ethereum, mengutip laman CNBC, tidak terlepas dari langkah Bank Investasi Eropa pada Rabu pekan lalu yang menyatakan mereka telah menerbitkan obligasi digital pertamanya pada platform blockchain ethereum. Keputusan Bank Investasi Eropa itu menimbulkan spekulasi bahwa mata uang tersebut telah membuat lembaga keuangan arus utama atau tradisional meliriknya.
Menyusul langkah Bank Investasi Eropa, peluncuran ethereum yang bisa diperdagangkan di bursa Ethereum Kanada serta melonjaknya permintaan pemanfaatan dompet ether untuk bertransaksi dengan token yang tidak dapat dipertukarkan (non-fungible token atau NFT), seperti barang seni digital, juga telah menaikkan harga ethereum.
Nilai silang ethereum dan bitcoin, dua mata uang kripto, telah melonjak lebih dari 100 persen tahun ini, mencapai angka tertinggi pada Minggu (2/5/2021).
Menurut Jehan Chu, mitra pengelola pada perusahaan modal ventura blockchain di Hong Kong, Kenetic Capital, volume DeFi yang terus meningkat telah mendorong harga ethereum lebih tinggi karena investor mendapat kepercayaan pada mata uang kripto. ”Mereka juga melihat ethereum sebagai aset kedua yang aman (disamping Bitcoin),” kata Chu.
Selain Bank Investasi Eropa yang turut meramaikan pasar ethereum, raksasa keuangan dunia JP Morgan, yang beberapa pekan terakhir sempat membuat heboh dunia sepak bola Eropa, juga berencana mengelola dana investasi yang bersumber pada mata uang kripto.
Sementara, dilaporkan Financial Times, raksasa modal ventura yang bermarkas di California, Andreessen Horowitz, berencana mengumpulkan dana baru sebanyak 1 miliar dollar AS untuk diinvestasikan dalam mata uang kripto dan perusahaan startupcrypt.
Hati-hati
Meski beberapa insitusi keuangan arus utama menyatakan ketertarikannya pada mata uang kripto, beberapa investor telah memperingatkan adanya bubble di pasar kripto. Nilai dogecoin, token digital yang terinspirasi meme, menguat setelah beberapa tokoh dan selebritas dunia, seperti Elon Musk dan Mark Cuban (pemilik klub bola basket NBA Dallas Mavericks), mendukung keberadaan mata uang kripto melalui akun Twitter pribadinya.
Selain bitcoin, mata uang kripto alternatif atau yang disebut altcoin juga menunjukkan penguatan sepanjang tahun ini. Hal itu membuat dominasi bitcoin di pasar kripto sempat turun untuk pertama kali sejak Agustus 2018, menurut CoinMarketCap, dikutip dari laman CNBC.
Kondisi seperti itu, dalam catatan beberapa pengeloa dana investasi, juga pernah terjadi tahun 2017, yang disebut sebagai musim dingin mata uang kripto.
Pertama kali pangsa pasar bitcoin merosot di bawah level itu adalah pada 2017 sebelum penurunan besar dalam harga kripto yang sekarang disebut sebagai ”musim dingin kripto”. Stephen Isaacs, Ketua Komite Investasi pada lembaga konsultan keuangan Alvine Capital, mengatakan, bitcoin tengah berada dalam gelembung yang suatu waktu akan meledak. Pandangan Isaacs mengacu risiko belum stabilnya regulasi perdagangan mata uang kripto.
Akan tetapi, pandangan itu disanggah oleh para pendukung perdagangan mata uang kripto. Menurut mereka, situasi sekarang berbeda dengan beberapa tahun lalu, terutama karena saat ini institusi keuangan arus utama (tradisional) mulai ikut berperan dalam perdagangan mata uang ini. Sementara beberapa tahun lalu, hanya investor-investor kecil yang tertarik.
”Bitcoin hampir menjadi referensi bagi mata uang kripto. Saya pikir akan ada permintaan yang berkelanjutan karena investor institusional tertarik dan pasar menjadi lebih percaya diri,” kata Carol Alexander, profesor pada University of Sussex Business School. (REUTERS)