Mata Pasar Modal Tertuju pada Inflasi AS dan Pandemi Global
Perhatian pasar modal tertuju pada inflasi di Amerika Serikat dan pandemi Covid-19 secara global. Kedua hal tersebut akan menentukan dinamika pasar modal dalam beberapa hari mendatang.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
SYDNEY, SENIN — Tingkat inflasi di Amerika Serikat dan perkembangan terbaru pandemi Covid-19 secara global diperkirakan menjadi sentimen utama di pasar modal dunia pada pekan ini. Pasar saham Asia memulai perdagangan dengan awal yang lambat pada Senin (3/5/2021) karena pasar saham di China dan Jepang yang tutup serta investor menunggu data pekan ini.
Indeks Morgan Stanley Capital Index (MSCI) dari saham-saham utama di Asia-Pasifik di luar Jepang bergerak mendatar setelah mengalami sedikit penurunan pada perdagangan Jumat (30/4/2021). Indeks Nikkei Jepang ditutup untuk liburan, tetapi Nikkei berjangka naik tipis 0,2 persen. Indeks ASX 200 di Australia menanjak hingga 0,50 persen pada awal pekan ini. Adapun indeks berjangka untuk NASDAQ dan S&P500 di Wall Street terpantau menanjak masing-masing 0,3 persen.
Pasar saham Wall Street menutup pekan lalu dengan turun dari tingkat rekor setelah data ekonomi menunjukkan potensi tekanan inflasi dan pernyataan bernada hawkish dari seorang pejabat Federal Reserve. Namun, indeks S&P500 tetap menutup reli bulanan terbesarnya sejak November tahun lalu.
Selanjutnya, para pelaku pasar menunggu data ekonomi terbaru AS pada pekan ini, di antaranya data survei manufaktur dari Institut Manajemen Suplai (Institute for Suply Management/ISM) dan laporan data penggajian pekerja selama April.
Sejauh ini, diperkirakan 978.000 pekerjaan tercipta sepanjang April karena konsumen membelanjakan uang stimulus dan ekonomi semakin terbuka. ”Data tentang penggajian seharusnya menunjukkan kenaikan hampir 1 juta pekerjaan lagi, tetapi itu masih akan membuat jumlahnya berada di level 7,5 juta di bawah tingkat sebelum pandemi Covid-19,” kata Tapas Strickland, direktur ekonomi di lembaga NAB.
Gubernur The Fed Jerome Powell baru-baru ini menyebutkan, dibutuhkan penciptaan sekitar 1 juta pekerjaan secara konsisten selama beberapa bulan untuk mencapai kemajuan substansial yang diperlukan guna menjadi landasan untuk mengurangi secara gradual kebijakan moneter longgar (quantitative easing).
Data tentang penggajian seharusnya menunjukkan kenaikan hampir 1 juta pekerjaan lagi, tetapi itu masih akan membuat jumlahnya berada di level 7,5 juta di bawah tingkat sebelum pandemi Covid-19. (Tapas Strickland)
Bloomberg memproyeksikan pasar saham memulai Mei ini dengan perhatian utama pada risiko inflasi. Asumsi ini didasarkan atas data yang sebagian dipengaruhi oleh guncangan pandemi Covid-19 sepanjang 2020 serta melonjaknya pendapatan perorangan di AS pada bulan lalu berkat stimulus fiskal.
Sejumlah pejabat keuangan teratas di AS menilai risiko lonjakan biaya hidup relatif kecil. Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan, dalam sebuah wawancara, akhir pekan lalu, peningkatan permintaan masyarakat dalam rencana ekonomi Presiden Joe Biden akan menyebar selama satu dekade. Powell akan berpidato pada Senin ini dan akan diikuti oleh sejumlah pejabat The Fed pekan ini. Sebelumnya, Powell menyatakan bahwa tekanan inflasi di AS cenderung bersifat sementara.
Pemimpin The Fed Dallas, Robert Kaplan, menilai, tanda-tanda pengambilan risiko yang berlebihan menunjukkan bahwa inilah saatnya untuk mulai memperdebatkan pengurangan pembelian surat utang. Imbal hasil surat utang negara AS dengan tenor 10 tahun bertahan di atas level 1,6 persen setelah pada Jumat naik tipis 6 basis poin. ”Suku bunga ke depan akan lebih ditentukan oleh ekspektasi penurunan dari Fed daripada oleh inflasi,” kata Raffaele Bertoni dari lembaga Gulf Investment Corp, dalam wawancaranya dengan Bloomberg Television.
Terkait kondisi pandemi Covid-19 secara global, perkembangan di India tetap menjadi perhatian utama publik global. Krisis pandemi di India terlihat memburuk, dengan kematian harian mencapai rekor lain pada Minggu. Jumlah pertambahan kasus positif Covid-19 di negara itu pun akhirnya menembus 400.000 kasus per hari. Perdana Menteri Narendra Modi mendapat kecaman karena penanganan pemerintah yang dianggap lemah. Pada saat yang sama, partainya tertinggal dalam pemilihan negara bagian utama.
Kenaikan imbal hasil surat utang negara AS memberikan harapan penguatan terhadap dollar AS yang sebelumnya tertekan akibat derasnya ekspansi anggaran AS dan defisit perdagangan. Indeks dollar AS berada di level 91,253 pada awal pekan ini. Sepanjang April, indeks dollar AS melemah sekitar 2 persen.
Nilai tukar euro stabil di level 1,2026 per dollar AS setelah turun dari puncak selama sembilan pekan, yakni di level 1,2149 per dollar AS pada Jumat pekan lalu. Adapun nilai tukar yen berada di level 109,29 per dollar AS melampaui level tertingginya baru-baru ini, yakni 107,46 per dollar AS.
Di pasar komoditas, emas berada pada kisaran 1.768 dollar AS per troi ons. Harga emas dibayangi sebagian oleh minat investor pada mata uang kripto sebagai aset lindung nilai alternatif terhadap inflasi. Ethereum, misalnya, mencapai rekor tertinggi pada awal pekan ini dan diperdagangkan menembus level 3.000 dollar AS. Harga kripto ethereum memperpanjang reli minggu lalu setelah laporan bahwa Bank Investasi Eropa (EIB) dapat meluncurkan penjualan obligasi digital di jaringan blockchain ethereum. (AFP/REUTERS/BEN)