Pasien Covid-19 India, Sudah Sakit Tertimpa Kebakaran Pula
Tragedi menimpa pasien Covid-19 di India. Di tengah langkanya ruang perawatan, oksigen, dan obat-obatan, mereka terancam kebakaran yang merenggut nyawa di rumah sakit tempat mereka dirawat.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
NEW DELHI, SABTU — Pasien Covid-19 di India bagaikan sudah jatuh tertimpa tangga. Di tengah krisis ruang perawatan, oksigen, dan obat-obatan, mereka justru diintai bahaya kebakaran di fasilitas rumah sakit. Sejumlah insiden bahkan merenggut nyawa pasien yang tengah dirawat.
Kebakaran terjadi di rumah sakit khusus Covid-19 Patel Welfare di Bharuch, Negara Bagian Gujarat, India, Sabtu (1/5/2021) pukul 01.00 waktu setempat. Sebanyak 18 pasien dan dua perawat tewas dalam insiden itu. Peristiwa ini merupakan rangkaian tragedi yang menimpa rumah sakit khusus Covid-19 di India tahun ini.
Berdasarkan keterangan Kepala Kepolisian Bharuch Rajendrasinh Chudasama, seperti yang dilansir dari Asian News International, api bermula dari unit perawatan intensif (ICU) pada pukul 00.30 waktu setempat akibat hubungan pendek arus listrik. Api sudah dipadamkan dan pasien beserta petugas telah dipindahkan ke rumah sakit lain.
Pemerintah Negara Bagian Gujarat, seperti diutarakan Menteri Kepala Gujarat Vijay Rupani, berjanji memberikan santunan sebesar 400.000 rupee atau setara dengan Rp 77,8 juta kepada keluarga para korban. Sejauh ini, pemerintah masih melakukan penyelidikan mengenai penyebab kebakaran serta tata kelola RS Patel Welfare untuk melihat apabila ada kemungkinan kelalaian dalam perawatan infrastruktur.
Sebelumnya, pada 23 April 2021, juga terjadi kebakaran di RS khusus Covid-19 Vijay Vallabh di kota Palghar, Negara Bagian Maharashtra. Sebanyak 13 pasien tewas. Mereka semua sedang berada di ICU bersama lima pasien lain ketika unit penyejuk ruangan mengeluarkan percikan api akibat hubungan pendek arus listrik pada pukul 03.00 waktu setempat. Api berhasil dipadamkan pada pukul 05.20.
Dua hari sebelumnya, terjadi tragedi di RS Covid-19 Nashik, juga di Maharashtra, yang menewaskan 22 pasien. Mereka semua merupakan pasien yang membutuhkan asupan oksigen melalui ventilator. Alat-alat tersebut tiba-tiba berhenti akibat kerusakan di mesin penyuplai utama sehingga 22 pasien itu meninggal karena sesak napas.
Pada 25-26 Maret 2021 juga terjadi kebakaran di Mumbai’s Dream Mall, Maharashtra. Kompleks pusat perbelanjaan ini beberapa unitnya diperuntukkan sebagai RS khusus Covid-19. Kebakaran yang berlangsung selama 40 jam itu, menurut Yahoo News India, menewaskan sembilan orang, termasuk pasien yang tengah dirawat memakai ventilator.
Kejahatan kemanusiaan
India mengalami krisis akibat Covid-19 terparah sedunia. Berdasarkan data per 1 Mei 2021, ada lonjakan 400.000 kasus baru di dalam kurun 24 jam. Ini adalah fenomena pertama di dunia. Rumah sakit kewalahan karena tidak bisa menampung jumlah pasien yang terus bertambah. Persediaan oksigen dan ventilator pun kian menipis. Stok baru membutuhkan waktu lama untuk mencapai rumah sakit.
The Guardian melaporkan, pengarang sekaligus tokoh intelektual India, Arundhati Roy, mengkritisi pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi karena tidak becus menangani pandemi. ”Ini kejahatan kemanusiaan. Menyebut pemerintah gagal menangani pandemi justru terlalu halus. Kenyataan yang terjadi ialah pemerintah membiarkan rakyat menderita,” tuturnya.
Kritik menyebut PM Modi terlalu pongah ketika menyatakan berhasil menanggulangi gelombang pertama pandemi Covid-19. Saat itu, Modi mengatakan krisis berhasil dihindari karena jumlah pasien positif Covid-19 dan meninggal di bawah perkiraan para ahli kesehatan.
Sebenarnya sebuah forum penasihat ilmiah yang dibentuk Pemerintah India telah memperingatkan pejabat berwenang pada awal Maret lalu akan adanya varian baru dan lebih mematikan dari virus korona. Namun, seperti dikutip Reuters, para ilmuwan itu mengatakan pemerintah tidak segera menerapkan pembatasan besar-besaran untuk menghentikan penyebaran virus.
Jutaan orang tanpa masker menghadiri festival keagamaan, begitu juga dengan kampanye politik yang digelar partai berkuasa, Bharatiya Janata Party, dan politisi oposisi. Puluhan ribu petani juga dilaporkan terus berkemah di pinggiran New Delhi untuk memprotes perubahan kebijakan pertanian Modi.
Akibatnya, terjadi ledakan kasus pada gelombang kedua. Jumlah pasien positif kini mencapai 17,9 juta orang dan jumlah orang yang kehilangan nyawa akibat terkena virus korona baru berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melewati angka 200.000 jiwa.
Pidana penjara
Berbagai negara di dunia menutup penerbangan dari India, termasuk Indonesia. Bahkan, Australia menerapkan sanksi pidana bagi orang-orang yang datang dari negeri Bollywood itu, termasuk warga negara Australia sendiri. Mereka yang nekat pulang ke Negeri Kangguru akan didenda dan dipenjarakan. Aturan ini efektif berlaku sejak tanggal 3 Mei.
Direktur Human Rights Watch Australia, lembaga yang mengawasi pemenuhan hak-hak asasi manusia, Elaine Paige, mengutarakan, peraturan ini sangat rasialis dan represif . ”Setiap warga negara ataupun penduduk permanen Australia berhak untuk pulang ke Tanah Air. Kewajiban pemerintah ialah menyediakan tempat isolasi yang layak, bukannya memenjarakan warga,” katanya.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Jumat (30/4/2021), memberlakukan larangan perjalanan baru dari India yang efektif berlaku mulai 4 Mei 2021. Alasannya, kekuatan dan cakupan Covid-19 di India meningkat drastis. India, menurut pernyataan larangan itu, bertanggung jawab atas lebih dari sepertiga kasus baru secara global. (AFP/REUTERS)