Mayflower 400, Kapal Tanpa Awak Siap Jelajahi Laut
Sebuah kapal dengan tiga lunas, Mayflower 400, memulai pelayaran perdana. Kapal yang disokong kecerdasan buatan itu dilengkapi ”mata” dan ”telinga” dari sistem canggih enam kamera dan radar untuk bisa beroperasi mandiri.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
Mayflower 400, kapal cerdas tanpa awak pertama di dunia, diayun gelombang laut saat mesinnya dimatikan di Plymouth Sound, di lepas pantai barat daya Inggris. Beberapa saat kemudian, kapal itu mengaktifkan sendiri hidrofon yang dirancang untuk mendengarkan ikan paus. Kapal berbentuk trimaran atau kapal dengan tiga lunas yang saling terhubung setinggi 15 meter dan berbobot 9 ton itu sedang bersiap memulai pelayaran translantik.
Sepanjang perjalanan, kapal yang tertutup panel surya itu akan mempelajari polusi laut, menganalisis kandungan plastik di laut, dan melacak hewan mamalia laut. Misi Mayflower 400 ini penting karena 80 persen kehidupan bawah laut selama ini belum tereksplorasi. Salah satu pendiri organisasi ProMare dan inisiator proyek Mayflower, Brett Phaneuf, mengatakan misi ini menitikberatkan pada isu perubahan iklim dan laut menjadi kekuatan penentu iklim dunia.
Spesialis bidang teknologi berkembang di IBM, Rosie Lickorish, yang juga ikut dalam proyek itu, mengatakan Mayflower 400 memungkinkan ilmuwan memperluas wilayah observasi. Berbagai jenis teknologi dan penyedia layanan berkontribusi dalam proyek yang melibatkan ratusan orang dari berbagai negara, seperti India, Swiss, dan Amerika Serikat. Tanpa dukungan global, proyek itu akan membutuhkan biaya sedikitnya 10 kali lipat dari jumlah investasi ProMare yang berjumlah 1 juta dollar AS.
Perusahaan nonprofit itu berjanji akan memberikan data yang sudah dikumpulkan proyek ini tanpa biaya. Informasi itu akan bisa dimanfaatkan untuk bidang pengapalan komersial di masa depan. Kapal itu akan memulai perjalanan pada 15 Mei mendatang jika cuaca mendukung dan izin sudah diberikan oleh otoritas Inggris.
Perjalanan menuju ke Plymouth, Massachusetts, akan memakan waktu tiga pekan. Ini perjalanan yang juga pernah ditempuh oleh peziarah Mayflower pada tahun 1620 saat mencari kehidupan baru di Benua Amerika. Karena tanpa awak, tidak akan ada kekhawatiran soal pandemi Covid-19. ”Tidak akan ada yang bosan atau lelah atau sakit dalam perjalanan ini sehingga kapal ini boleh berlayar selama yang dibutuhkan untuk kepentingan sains,” kata Phaneuf.
Meirwen Jenking-Rees (21), mahasiswa teknik, tampak sedang memeriksa mesin kapal sebelum diuji coba ke laut.
Proses pembuatan kapal itu membutuhkan waktu satu tahun. Kemudi robotik otomatis kapal itu mengarahkan energi ke generator diesel yang akan melengkapi tenaga surya. Proses pengembangan kecerdasan buatan yang menjadi ”kapten” kapal itu membutuhkan waktu lama karena komputer harus mempelajari terlebih dahulu cara mengidentifikasi hambatan-hambatan di laut dengan menganalisis ribuan foto. Mayflower 400 juga harus diajari cara menghindari tabrakan.
Ollie Thompson, teknisi bagian robotik dan peranti lunak, mengatakan, setelah melalui sejumlah skenario, kapal itu bisa belajar mengambil tindakan yang benar, salah, aman, dan tidak aman. Jadi, kalau misalnya membuat kesalahan, kapal itu bisa segera mengoreksi sendiri dan kemudian belajar sendiri dari kesalahannya.
Kapal itu dilengkapi ”mata” dan ”telinga” dari sistem canggih enam kamera dan radar supaya bisa belajar sendiri. Karena belum adanya regulasi untuk pelayaran kapal tanpa awak, Mayflower 400 belum diuji di laut yang ganas atau badai. Namun, saat simulasi, kapal itu mampu bertahan dari gelombang setinggi 50 meter.
Lickorish menjelaskan, kecerdasan buatan kapal itu penting untuk menjalankan eksperimen ilmiah. ”Kapal itu sudah dilatih ratusan jam dengan data audio untuk mendeteksi keberadaan mamalia laut, mengenali mamalia laut, dan menginformasikan distribusi populasi di laut terbuka,” ujarnya.
Kapal itu juga akan menganalisis komposisi kimia laut, mengukur permukaan air laut, dan mengumpulkan sampel mikroplastik. Pengumpulan data robotik serupa sudah sering dilakukan di luar angkasa selama beberapa dekade. Meski kapal itu tanpa awak, tetap akan ada tim yang memantau kapal tersebut selama 24 jam, setiap hari dari Inggris. Tim itu juga siap untuk mengendalikan kapal tersebut dari jarak jauh apabila ada bahaya. (AFP)