Makna dari Aksi Kota-kota di Inggris Akui Negara Palestina
Palestina kini menganggap dukungan Eropa sebagai sangat strategis dan konsisten setelah dukungan dunia Arab sudah tidak utuh lagi setelah ada Abraham Accord.
Berita penting dan cukup mengejutkan bergulir dari Inggris pada pertengahan bulan suci Ramadhan ini. Dewan kota Dundee di Skotland-Inggris, Senin (26/4/2021) malam lalu, melalui proses pemungutan suara yang bersejarah mengakui negara Palestina. Sebanyak 21 anggota dewan kota Dundee memberi suara mengakui negara Palestina, berbanding tiga anggota yang abstain.
Dewan kota Dundee lalu mengeluarkan rekomendasi kepada Pemerintah Inggris agar segera mengakui negara Palestina.
Kota Dundee yang berpenduduk hanya sekitar 148.280 jiwa sudah dikenal di Inggris sebagai kota pendukung Palestina. Pada 1980, kota Dundee telah menandatangani kesepakatan sebagai kota kembar dengan kota Nablus di Tepi Barat.
Sejak 1980-an, kota Dundee dan kota Nablus telah sering melaksanakan proyek bersama pembangunan dan pengembangan kota serta saling tukar-menukar kunjungan antara pejabat dewan kota Dundee dan Nablus.
Melalui proyek kota kembar tersebut, warga kota Dundee semakin mengetahui dan mengenal secara lebih adil perjuangan rakyat Palestina dalam upaya meraih hak-haknya.
Kota Dundee sebenarnya adalah kota kedua di Inggris yang mengakui negara Palestina. Sebelumnya pada 2019, dewan kota Sheffield di Inggris juga mengakui negara Palestina. Gerakan kota-kota di Inggris mulai mengakui negara Palestina itu menyusul Dewan Rakyat Inggris pada Oktober 2014 mengakui negara Palestina.
Sejumlah pengamat memprediksi, tidak tertutup kemungkinan akan ada kota lain di Inggris atau negara Eropa lain yang menyusul kota Dundee dan Sheffield mengakui negara Palestina.
Tentu gerakan kota Dundee dan Sheffield mengakui negara Palestina itu memiliki banyak makna.
Pertama, gerakan kota Dundee dan Sheffield bisa disebut mulai menggeliatnya gerakan rakyat di Inggris sebagai gerakan tekanan terhadap Pemerintah Inggris agar segera mengakui negara Palestina.
Baca juga: Israel Abaikan Tekanan Dunia
Kota Dundee dan Sheffield memiliki penduduk dalam jumlah yang cukup besar. Penduduk kota Sheffield saat ini 584.028 jiwa. Namun, penduduk metro kota Sheffield mencapai 1.569.000 jiwa.
Kedua, gerakan kota Dundee dan Sheffield mengakui negara Palestina bisa disebut pula sebagai gerakan memutar balik sejarah Inggris yang dianggap berandil besar atas lahirnya negara Israel tahun 1948 melalui deklarasi Balfour tahun 1917 yang membuka jalan imigran Yahudi dari Eropa ke wilayah Palestina.
Rakyat Palestina dan bangsa Arab kini mulai melihat Inggris melalui gerakan kota Dundee dan Sheffeild yang mengakui negara Palestina itu sebagai negara yang memiliki citra positif dalam konteks isu Palestina.
Padahal, sebelum ini, rakyat Palestina dan bangsa Arab melihat Inggris sebagai negara yang memiliki stigma buruk karena dikaitkan dengan deklarasi Balfour.
Ketiga, gerakan kota Dundee dan Sheffield mengakui negara Palestna itu sebagai bagian dari upaya memperkuat keputusan Majelis Umum (MU) PBB bulan November 2012 yang menetapkan Palestina sebagai negara peninjau non-anggota di PBB.
Keempat, gerakan kota Dundee dan Sheffield mengakui negara Palestina bisa disebut sebagai reaksi atas semakin kuatnya tren populisme di Israel yang ditunjukkan oleh hasil pemilu dini Knesset (parlemen) Israel ke-24 pada 23 Maret lalu.
Hasil pemilu Knesset Israel tersebut menunjukkan kubu kanan, ultra kanan, dan agama di Israel meraih mayoritas suara atau kursi Knesset, yaitu 72 kursi Knesset. Suatu hal yang cukup mengejutkan adalah lolosnya partai ultra kanan Religious Zionism pimpinan Bezalel Smotrich masuk Knesset dengan meraih 6 kursi.
Platform ideologi partai Religious Zionism mengadopsi ideologi gerakan radikal Yahudi, Kach, yang bertekad mengusir semua warga Arab dari wilayah Israel sekarang, serta dari Jerusalem Timur, Tepi Barat, dan Jalur Gaza,
Kelima, gerakan kota Dundee dan Sheffield mengakui negara Palestina bisa disebut sebagai bagian dari rangkaian panjang perlawanan Eropa terhadap Israel saat ini.
Sebelum ini, Palestina sangat mengapresiasi inisiatif Jerman dan Perancis yang menggagas pembentukan forum Muenchen dalam forum konferensi keamanan di Muenchen, Jerman, pada 15-16 Februari 2020 sebagai upaya melawan proposal damai AS yang dikenal dengan sebutan ”Transaksi Abad Ini”.
Proposal damai AS besutan pemerintah Presiden AS Donald Trump itu sangat ditolak oleh Palestina dan sebagian besar negara Arab karena banyak merugikan hak-hak rakyat Palestina.
Bahkan, Eropa saat itu mengancam akan mengakui negara Palestina jika Israel mengambil tindakan sepihak dengan menganeksasi wilayah Palestina di Tepi Barat sesuai dengan proposal damai AS itu.
Forum Muenchen tersebut beranggotakan dua negara Arab penting, yakni Mesir dan Jordania, serta dua negara Eropa utama, Perancis dan Jerman.
Maka, Palestina sangat bersandar pada forum Muenchen dalam melawan Transaksi Abad Ini sebelum kekalahan Donald Trump dalam pemilu AS pada November 2020. Kekalahan Trump dalam pemilu AS itu ikut mengubur Transaksi Abad Ini tersebut.
Sebelumnya, Palestina juga sangat mengapresiasi parlemen Irlandia yang pada 11 Juli 2018 mengesahkan undang-undang (UU) yang melarang mengimpor semua jenis komoditas produksi wilayah permukiman Yahudi di tanah Palestina.
Baca juga: Irlandia Boikot Produk Israel
UU Irandia tersebut menegaskan memberi sanksi kepada setiap orang yang mengimpor atau membantu impor atau menjual semua jenis komoditas produksi wilayah permukiman Yahudi di tanah Palestina tahun 1967. UU itu juga menegaskan memberi sanksi kepada semua orang yang terlibat langsung atau membantu mengeksploitasi kekayaan wilayah Palestina dan teritorial lautnya.
Rakyat Palestina pun kini mulai melihat perlawanan terhadap Israel tidak lagi dari dunia Arab, tetapi juga dari Eropa. Rakyat Palestina kini justru mulai skeptis atas dukungan dunia Arab atas perjuangan mereka menyusul lahirnya kesepakatan Abraham (Abraham Accord) akhir tahun lalu.
Abraham Accord adalah kesepakatan sejumlah negara Arab membuka hubungan resmi dengan Israel, yakni Uni Emirat Arab (UEA) dengan Israel pada Agustus 2020, Israel-Bahrain pada September 2020, Israel-Sudan pada Oktober 2020, dan Israel-Maroko pada Desember 2020.
Maka, Palestina kini menganggap dukungan Eropa itu sebagai sangat strategis dan konsisten setelah dukungan dunia Arab sudah tidak utuh lagi setelah ada Abraham Accord. Palestina pun semakin berharap dan percaya pada dukungan Eropa dalam meraih hak-hak mereka.
Baca juga: Kisah Gagalnya AS Menggiring Indonesia ke Forum Abraham Accord
Palestina terakhir ini semakin melihat gerakan Eropa yang konsisten membela Palestina di saat dunia Arab terpecah atau bersikap kelabu terkait isu-isu besar Palestina.
Tentu Palestina sangat berharap segera ada kota lain lagi di Eropa menyusul kota Dundee dan Sheffield, yang mengakui negara Palestina, karena sangat berandil dalam membantu, minimal secara psikologis, perjuangan rakyat Palestina meraih hak-haknya.