Respons Ketegangan Asia Pasifik, Australia Tingkatkan Kapasitas 4 Pangkalan Militer
Pemerintah Australia mengucurkan dana senilai 757 juta dollar Australia untuk meningkatkan kapasitas empat pangkalan militernya di Teritorial Utara dalam merespons ketegangan di kawasan Asia Pasifik.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
DARWIN, RABU — Pemerintah Australia menganggarkan dana senilai 747 juta dollar Australia (sekitar 580 juta dollar AS atau Rp 8,4 triliun) untuk meningkatkan kemampuan empat pangkalan militernya di wilayah Teritorial Utara dan meningkatkan porsi latihan militernya dengan AS. Keputusan ini diambil pemerintahan Perdana Menteri Scott Morrison agar negaranya mampu merespons ketegangan yang tidak dia sebutkan di kawasan Asia Pasifik.
”Sasaran kami adalah Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka untuk memastikan kawasan yang damai, dan pada saat yang sama Australia berada dalam posisi untuk selalu melindungi kepentingannya,” kata Morrison di Darwin, Rabu (28/4/2021).
Pengumuman rencana Pemerintah Australia memperkuat basis pertahanannya di Teritorial Utara itu disampaikan di tengah semakin memburuknya hubungan Canberra dan Beijing sejak tahun 2020. Hubungan kedua negara memburuk sejak awal pandemi saat Australia sepandangan dengan Pemerintah AS, yang saat itu dipimpin oleh Presiden Donald Trump, mempersoalkan asal muasal virus SARS-CoV-2 penyebab pandemi global.
Morrison memaparkan, landasan udara di Teritorial Utara akan diperpanjang untuk mendukung pesawat yang lebih besar, jarak tembak dirombak, dan fasilitas pelatihan baru disiapkan untuk personel pertahanan dan marinir AS. Menurut rencana, peningkatan kemampuan dan kapasitas pangkalan militer itu akan dimulai tahun ini dan diharapkan selesai tahun 2026.
Dana yang digelontorkan pemerintah Australia untuk peningkatan kapasitas empat pangkalan di wilayah utara tersebut merupakan bagian dari cetak biru rencana pertahanan negara itu dalam satu dekade ke depan. Canberra mencadangkan dana sekitar 270 miliar dollar AS selama satu dekade ke depan untuk meningkatkan kemampuan pertahanannya, terutama kemampuan serangan jarak jauh.
Tahun lalu, Morrison pernah menyampaikan, dana revitalisasi pertahanan itu dibutuhkan karena kawasan Asia Pasifik mengalami tingkat ketidakpastian ekonomi dan strategis terbesar sejak Perang Dunia II.
Kebijakan pemerintah Australia sejalan dengan kebijakan luar negeri AS di kawasan Asia Pasifik. Dua negara itu menuding Beijing sering memprovokasi terciptanya konflik di Laut China Selatan. Australia dan AS, bersama India dan Jepang, membangun dan mengembangkan Quad sebagai inisiatif keamanan dan ekonomi di kawasan Indo-Pasifik.
Latihan perang
Kini, lebih dari 2.000 anggota marinir AS telah berada di wilayah utara Australia sebagai bagian dari kegiatan latihan militer bersama tahunan. Selain itu, Australia dan AS juga mengadakan latihan perang dua tahunan. Latihan perang bersama tahun ini, menurut rencana, akan dimulai pada Agustus mendatang.
Biasanya, lebih dari 30.000 tentara berpartisipasi dalam latihan di lepas pantai timur Australia. ”Amerika Serikat dan Australia terlibat dalam kerja sama pertahanan selama lebih dari setengah abad. Kami akan terus mencari cara lain untuk bermitra dengan Australia, sebagai sekutu kami, untuk memajukan keamanan dan kemakmuran orang Amerika, Australia, dan rakyat di kawasan Indo-Pasifik,” kata Michael Goldman, Kuasa Usaha Kedutaan Besar AS di Canberra.
Pengumuman terbaru tentang peningkatan kapasitas militer Australia tersebut muncul hanya beberapa hari setelah salah satu pejabat keamanan paling senior negara itu, Sekretaris Departemen Dalam Negeri Mike Pezzulo mengatakan bahwa demokrasi liberal harus bersiap untuk perang. Ia tidak merinci peringatannya tersebut. Akan tetapi, pernyataannya itu menyusul kemerosotan tajam dalam hubungan Australia dengan China dan meningkatnya ketegangan regional terkait isu Taiwan.
Menteri Pertahanan Australia Peter Dutton pada Minggu juga mengatakan, konflik antara China dan Taiwan ”tidak boleh diabaikan”.
Namun, para pengkkritik menuding pemerintahan Morrison tengah mencoba mengalihkan perhatian dari penanganan pandemi di negara itu, terutama karena terhentinya peluncuran program vaksinasi Covid-19 dan kemerosotan dukungan terhadap pemerintah.
Mantan Perdana Menteri Kevin Rudd mengatakan bahwa Morrison, Dutton, dan sekutu media sekutunya, Rupert Murdoch, ”berusaha mati-matian untuk mengalihkan agenda politik domestik dari bencana vaksin, kegagalan perubahan iklim, dan skandal penyalahgunaan di Canberra”. (AFP/REUTERS)