Buntut serangan roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza ke wilayah Israel adalah blokade zona penangkapan ikan nelayan Palestina. Blokade ini akan berdampak terhadap 50.000 nelayan Palestina dan keluarganya.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
TEL AVIV, SENIN — Pemerintah Isral mencegah kapal nelayan milik warga Palestina untuk melaut dan memblokade seluruh zona penangkapan ikan di Jalur Gaza setelah serangan roket berulang kali menyasar wilayah mereka. Penutupan zona penangkapan ikan ini berdampak pada 50.000 warga Palestina yang mencari nafkah dari industri perikanan di Gaza.
Penutupan zona penangkapan ikan di Jalur Gaza diumumkan COGAT, badan militer Israel yang mengatur urusan sipil di wilayah Palestina, termasuk wilayah Tepi Barat yang diduduki oleh Israel, Senin (26/4/2021).
”Zona penangkapan ikan di lepas Gaza akan ditutup sepenuhnya sampai pemberitahuan lebih lanjut. Tindakan itu dilakukan karena tembakan roket dari Jalur Gaza menuju negara Israel terus berlanjut pada malam hari,” demikian pernyataan COGAT.
Meski tidak langsung menyatakan Kelompok Hamas berada di balik serangan roket tersebut, COGAT menyatakan akan meminta pertanggungjawaban kelompok itu atas semua yang dilakukan dari Gaza ke wilayah Israel. ”Hamas akan menanggung konsekuensi atas kekerasan yang dilakukan terhadap warga negara Israel,” katanya.
Tindakan blokade zona penangkapan ikan ini diambil oleh COGAT setelah wilayah Israel digempur lima roket yang ditembakkan dari wilayah Gaza. Dua di antaranya berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Israel sebelum mencapai target.
Ketua Serikat Nelayan Gaza Zakaria Bakr mengatakan, 50.000 orang akan terdampak hidupnya karena mereka menggantungkan diri pada hasil tangkap di zona tersebut. Bagi Zakaria, ini adalah hukuman kolektif.
Hamas sendiri mengecam langkah Israel sebagai pelanggaran mencolok hak-hak nelayan dan bentuk agresi berkelanjutan terhadap warga Gaza. Juru bicara kelompok Hamas menyatakan, mereka tidak menerima langkah pembatasan dan tekanan atas rakyat Palestina dan mengancam akan melakukna balasan terhadap Israel yang dinilai bertindak agresif.
Blokade zona penangkapan ikan cukup sering dilakukan oleh Pemerintah Israel terhadap rakyat Palestina. Pada Agustus tahun lalu, Kementerian Pertahanan Israel mempersempit zona penangkapan ikan nelayan Palestina, dari semulai 15 mil laut atau sekitar 28 kilometer menjadi hanya 8 mil laut atau sekitar 14,8 km saja.
Pada Februari 2020, pemangkasan zona tangkap juga terjadi, hingga menjadi hanya 10 mil laut. Israel juga melakukan pembatasan pada Mei 2019.
Israel, yang telah memberlakukan blokade di Gaza selama lebih dari satu dekade, telah menetapkan zona penangkapan ikan untuk kantong pantai itu pada jarak 20 mil laut setelah perjanjian perdamaian Oslo pada 1990-an. Namun, selama bertahun-tahun, Israel telah mengurangi ukurannya bergantung pada ketegangan dengan Hamas.
Izin berkumpul
Polisi Israel akhirnya mengizinkan warga Palestina berkumpul di alun-alun di luar kota tua Jerusalem, sebuah tindakan yang dipercaya dilakukan untuk meredakan ketegangan setelah bentrokan antara warga Palestina dan Israel terjadi selama berhari-hari.
”Keputusan itu diambil menyusul konsultasi dengan pemimpin lokal, pemimpin agama, penilaian situasi, sambil mempertimbangkan pemilik toko yang perlu mencari nafkah, dan untuk menurunkan tingkat kekerasan,” kata seorang juru bicara.
Ratusan orang Palestina, termasuk pemuda laki-laki yang melemparkan barikade ke samping, mengadakan demonstrasi di alun-alun, diawasi oleh polisi.
Alun-alun berundak di luar Gerbang Damaskus di Jerusalem timur adalah tempat berkumpul tradisional warga Palestina selama bulan suci Ramadhan. Bentrokan yang terjadi selama beberapa hari terakhir dipicu keputusan aparat keamanan Israel melarang warga Palestina berkumpul di Gerbang Damaskus seusai melaksanakan shalat Tarawih.
Samir Gheith, seorang warga Palestina berusia 66 tahun dari Jerusalem, mengatakan, orang-orang telah menantikan untuk berkumpul di Gerbang Damaskus selama Ramadhan setelah ditutup tahun lalu karena pembatasan virus korona.
”Saya pikir mereka tidak ingin melihat kami bahagia,” katanya, mengacu pada keputusan awal untuk menghalangi alun-alun. ”Tapi kemudian mereka mengerti bahwa mereka perlu menghentikan semua ketegangan ini,” katanya.
Bentrokan sudah dimulai sejak pertengahan April lalu, ketika awal Ramadhan. Beberapa video yang diunggah ke media sosial memperlihatkan perkelahian kelompok pemuda Palestina dan pemuda Israel. Kondisi itu memicu gerakan yang lebih luas dari warga israel. Puncak bentrokan terjadi Kamis malam pekan lalu saat warga Palestina bentrok dengan para pemuda dan aparat keamanan Israel. Sebanyak 100 warga Palestina terluka dan puluhan ditangkap.
Kekerasan itu adalah yang terburuk selama bertahun-tahun antara polisi Israel dan warga Palestina di Kota Suci yang disengketakan. Warga Palestina bersenjatan batu dan botol menghadapi aparat keamanan Israel bersenjata lengakap, termasuk granat setrum dan meriam air.
Insiden itu melebar dan melibatkan kelompok militan Palestina yang menembakkan puluhan roket ke arah Israel selatan. Pada Senin dini hari, tentara Israel mengatakan setidaknya empat roket telah ditembakkan dari Gaza menuju Israel, dua di antaranya dicegat oleh sistem pertahanan udara Iron Dome Israel. (AFP)