Toleransi Muslim-Kristen di Mesir pada Bulan Ramadhan
Toleransi ditunjukkan masyarakan Kristen Koptik Mesir saat bulan Ramadhan dengan memasang lampu hias Fanous berukuran besar di depan rumah. Umat Kristen dan Islam hidup berdampingan dengan baik di Mesir.
Pemandangan gambar bulan dan salib berdampingan di beberapa distrik yang dikenal memiliki penduduk Kristen Koptik dalam jumlah besar di kota Kairo, Mesir, cukup menarik perhatian pada bulan Ramadhan ini.
Di antara distrik yang sering terlihat ada gambar bulan dan salib berdampingan adalah distrik Shoubra dan Heliopolis yang memiliki penduduk Kristen Koptik cukup besar.
Di distrik Shoubra, terdapat banyak gereja, di antaranya yang terkenal adalah Gereja St. Mary Massarra dan Gereja St George El Geushi. Sementara di distrik elite Heliopolis, yang dbangun pada awal tahun 1900-an, juga terdapat beberapa gereja, di antaranya Gereja Saint Mark Coptic Orthodox, Saint George Coptic Orthodox, dan Sainte Theresa Armenian Catholic.
Kaum Kristen Koptik adalah kaum minoritas di Mesir dengan jumlah diperkirakan 7-10 persen dari 101 juta keseluruhan penduduk Mesir saat ini.
Kehadiran gambar bulan dan salib berdampingan di distrik Shoubra dan Heliopolis itu untuk menunjukkan tradisi toleransi kaum Kristen Koptik terhadap mayoritas kaum Muslim di Mesir setiap datangnya momentum istimewa bagi kaum Muslim, termasuk setiap bulan suci Ramadhan.
Kaum Kristen Koptik juga turut memasang lampu Fanous di depan dan di jalanan dekat rumah mereka. Lampu Fanous adalah tradisi kaum Muslim di Mesir yang dipasang untuk dekorasi di depan rumah atau jalanan di depan rumah mereka setiap bulan Ramadhan.
Setiap menjelang bulan Ramadhan, lampu Fanous dijual di toko-toko dan di pasar di seantero Mesir. Harga lampu Fanous beragam mulai dari paling murah 10 pound Mesir (sekitar Rp 10.000) hingga paling mahal sekitar 500 pound Mesir (sekitar Rp 450.000).
Baca juga : Rekonsiliasi Pemimpin Arab Sambut Bulan Ramadhan
Dalam catatan sejarah, tradisi memasang lampu Fanous di depan rumah atau di jalanan untuk dekorasi di Mesir itu terjadi sejak era khalifah keempat dari dinasti Fatimid, Khalifah Muizz Lideenillah (953 M-975M).
Saat itu rakyat Mesir menghormati kedatangan Khalifah Muizz Lideenillah dari Tunisia ke Mesir pada bulan Ramadhan tahun 973 M dengan memasang lampu Fanous di depan rumah mereka dan di jalanan.
Pada era Khalifah Muizz Lideenillah, kaum Kristen Koptik di Mesir semakin mendapat kebebasan dan menikmati hak-haknya. Tidak sedikit dari kaum Kristen Koptik yang berhasil menduduki posisi tinggi di pemerintahan pada era Khalifah Muizz Lideenillah. Bahkan, salah satu penasihat politik Khalifah Muizz adalah warga Kristen Koptik.
Karena itu, kaum Kristen Koptik sampai saat ini terus mengenang Khalifah Muizz Lideenillah. Kaum Kristen Koptik juga selalu melihat tradisi lampu Fanous dipasang di depan rumah atau di jalanan sebagai dekorasi pada bulan Ramadhan, identik dengan Khalifah Muizz Lideenillah.
Baca juga : Kisah Berebut Kuasa di Lingkungan Keluarga Monarki Arab
Maka, kaum Kristen Koptik saat ini bahu-membahu dengan kaum Muslim turut melestarikan tradisi memasang lampu Fanous di depan rumah mereka dan di jalanan setiap datang bulan Ramadhan.
Lampu Fanous di distrik Soubra, Kairo, yang dipasang orang-orang Kristen Koptik sering jauh lebih besar ukurannya dibandingkan lampu Fanous yang dipasang orang-orang Muslim.
Sudah menjadi kebiasaan umum, jika ada lampu Fanous ukuran besar di depan sebuah rumah, biasanya rumah itu milik orang Kristen Koptik. Setiap datang bulan Ramadhan, sudah tradisi pula antara warga Muslim dan Kristen Koptik saling mengirim ucapan selamat datang bulan Ramadhan sehingga bulan Ramadhan adalah milik bersama warga Muslim dan Kristen Koptik.
Pemimpin tertinggi kaum Kristen Koptik di Mesir, Pope Tawadros II, selalu mengirim ucapan selamat atas datangnya bulan suci Ramadhan kepada Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi dan Imam Besar Al Azhar Sheikh Ahmed el-Tayeb, serta rakyat Mesir.
Baca juga : Menguak Persaingan Geoekonomi di Terusan Suez
Selain itu, sudah tradisi pula restoran dan kafe milik warga Kristen Koptik tutup pada siang hari saat bulan Ramadhan untuk menghormati warga Muslim yang berpuasa.
Pada bulan Ramadhan, restoran dan kafe milik warga Kristen Koptik buka menjelang buka puasa dan terus buka sampai waktu sahur, seperti halnya restoran dan kafe milik warga Muslim.
Maka pada siang hari saat bulan Ramadhan, sangat sulit menemukan restoran dan kafe yang buka di kota Kairo dan kota-kota lain di Mesir. Warga Kristen Koptik juga tidak melakukan makan dan minum secara terbuka pada siang hari saat bulan Ramadhan. Bahkan, sering kali warga Kristen Koptik mengundang buka puasa sahabat atau teman dekatnya dari warga Muslim.
Sebaliknya juga warga Kristen Koptik sering turut menghadiri acara buka puasa yang diadakan sahabat atau temannya dari warga Muslim. Kaum Kristen Koptik yang lahir, tumbuh, dan berkembang di lingkungan mayoritas Arab Muslim di Mesir secara kultur hampir tidak jarak antara kaum Kristen Koptik dan warga Muslim di negara itu.
Kisah kebersamaan kaum Muslim dan Kristen Koptik itu adalah bagian sejarah Mesir. Kaum Kristen Koptik dikenal terlibat aktif dalam berbagai gerakan nasionalis di Mesir. Tokoh-tokoh Kristen Koptik sejak abad ke-19 banyak aktif dalam politik dengan mengusung misi mengembangkan paham dan gerakan nasionalisme di Mesir.
Kaum Kristen Koptik, misalnya, ikut mendukung dan terlibat dalam revolusi Mesir tahun 1919 yang dipimpin Ahmed Orabi dalam menentang penjajahan Inggris saat ini.
Kaum Kristen Koptik tertarik mendukung revolusi Mesir 1919 saat itu karena revolusi tersebut mengusung slogan Mesir untuk rakyat Mesir, yakni bermisi sangat nasionalis. Tercatat tokoh politik Kristen Koptik, Makram Ebeid Pasha. yang menjabat sekjen partai Wafd yang berkuasa di Mesir pada tahun 1940-an.
Dengan segala suka dan duka perjalanan sejarah kaum Kristen Koptik itu, peran dan sumbangsih mereka dalam membangun negara Mesir, baik secara politik, budaya, maupun ekonomi, sangat besar.
Makram Ebied Pasha adalah tokoh Kristen Koptik yang sering menyampaikan pidato di Masjid Al Azhar dan Masjid Ibn Tulun, serta beberapa masjid di Mesir tentang pentingnya persatuan antara kaum Muslim dan Kristen di Mesir serta keharusan memelihara toleransi antarumat beragama.
Makram Ebied Pasha sering mendampingi para Sheikh Al-Azhar menyampaikan pidato tentang keharusan rakyat Mesir berjuang bersama untuk mengusir penjajahan dan meraih kemerdekaan.
Pemerintah dan rakyat Mesir, untuk mengenang jasa besar Makram Ebied Pashar kepada negeri Mesir, kini memberi nama salah satu jalan utama di Kairo dengan nama Jalan Makram Ebied Pasha.