Amerika Pulihkan Kepemimpinannya dalam Perubahan Iklim
Amerika Serikat memulihkan kembali kepemimpinannya dalam perubahan iklim dengan mengajak negara-negara besar untuk meningkatkan ambisinya mengurangi emisi karbon.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
Kompas
Siluet pembangkit listrik tenaga batubara Dave Johnson di Glenrock, Wyoming, Amerika Serikat, saat pagi hari, 27 Juli 2018.
WASHINGTON, KAMIS — Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengajak negara-negara besar untuk berbuat lebih banyak dalam memangkas emisi karbonnya dengan mengumumkan komitmen baru AS yang akan memangkas emisi gas rumah kaca sebesar 52 persen dibandingkan kondisi tahun 2005 pada tahun 2030. Komitmen pemerintahan Biden tersebut, sejauh ini, merupakan upaya iklim paling ambisius dari AS, hampir dua kali lipat komitmen penurunan emisi karbon pemerintahan Barack Obama.
Target baru penurunan emisi karbon AS itu diungkapan Biden saat membuka Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim yang dihadiri oleh 40 pemimpin dunia secara virtual, Kamis (22/4/2021). Dengan langkah ini AS berharap kembali menunjukkan kepemimpinannya dalam perubahan iklim setelah sebelumnya Presiden Donald Trump membawa AS keluar dari Kesepakatan Paris 2015.
“Bertemu dalam kesempatan ini lebih dari sekadar melestarikan planet kita,” ujar Biden yang menyebut masa sekarang sebagai momen penuh bahaya tapi sekaligus momentum peluang. “Ini soal menyediakan masa depan yang lebih baik bagi kita semua,” tambahnya.
AFP/BRENDAN SMIALOWSKI
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken (depan) dan Utusan AS untuk Iklim John Kerry (kanan) menyimak Presiden AS Joe Biden berpidato dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim yang digelar secara virtual dari Gedung Putih, Washingotn, AS, Kamis (22/4/2021).
“Tanda-tandanya tidak salah, sains tidak bisa disangkal. Dampak negatif jika kita tidak bertindak sekarang terus menumpuk,” kata Biden.
Komitmen penurunan emisi karbon yang ambisius diperlukan mengingat para pakar menyebutkan bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh pembangkit listrik tenaga batu bara, polusi kendaraan bermotor, dan penggunaan energi fosil lainnya telah memperburuk kekeringan, banjir, angin topan, kebakaran hutan, dan bencana lainnya. Umat manusia mulai kehabisan waktu untuk mencegah dampak pemanasan global.
Pengurangan emisi karbon yang ditargetkan AS ini diharapkan berasal dari pembangkit listrik, kendaraan bermotor, dan sektor-sektor ekonomi lain. Namun, Gedung Putih tidak merinci target untuk masing-masing sektor.
“Ini adalah tujuan ekonomi yang lebih luas. Akan ada banyak jalan untuk mencapainya,” ujar salah seorang pejabat AS. Target untuk setiap sektor akan disampaikan di akhir tahun ini.
AFP/ROSLAN RAHMAN
Pekerja menarik kabel di sepanjang panel tenaga surya yang diapungkan di pesisir Singapura, 22 Januari 2021.
Pakar iklim Niklas Hohnoe dari Climate Action Tracker, mengatakan, di tahun 2019, AS telah mengurangi 13 persen emisi gas rumah kacanya dibandingkan kondisi tahun 2005 yang lebih kurang separuh dari target pengurangan pemerintahan Obama yang sebesar 26-28 persen. Ini terjadi mayoritas berkat dorongan pasar yang mendorong inovasi tenaga surya dan angin, gas alam yang lebih murah.
Komitmen AS tersebut disambut baik para pemimpin dunia termasuk Kanselir Jerman Angela Merkel, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, dan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga. Suga menyatakan, respons iklim ini bisa menjadi kekuatan pendorong pembangunan ekonomi.
Turut berbicara dalam sesi pembuka KTT adalah Presiden China Xi Jinping yang negaranya merupakan penghasil emisi karbon terbesar di dunia. Tanpa menyinggung perselisihannya dengan AS di bidang yang lain, Xi menyatakan, China akan bekerja sama dengan AS untuk menurunkan emisi karbon.
CHINA OUT AFP PHOTO
Foto udara menunjukkan kabut asap menyelimut kota Wuhan, Provinsi Hubei, China tengah, 3 Desember 2009. China adalah salah satu pengemisi terbesar gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.
“Melindungi lingkungan sama dengan melindungi produktivitas dan mendorong lingkungan juga berarti mendorong produktivitas. Sesederhana itu,” ujar Xi.
Xi juga menegaskan kembali komitmen China untuk menjadi negara karbon netral di tahun 2060. "China akan "merealisasikan jalur pembangunan hijau dan rendah karbon" pada dekade mendatang termasuk membatasi penggunaan batubara dan "menantikkan kerja sama dengan komunitas internasional termasuk AS."
Sementara India yang merupakan penghasil asap dari bahan bakar fosil ketiga terbesar di dunia telah memberikan tekanan kepada AS dan negara-negara kaya lainnya untuk merealisasikan janjinya menggelontorkan bantuan miliaran dollar AS untuk membantu negara berkembang membangun pembangkit listrik alternatif.
AFP/BRENDAN SMIALOWSKI
Para pemimpin dunia mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim yang digelar secara virtual dari Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, Kamis (22/4/2021).
“Kami di India mengerjakan bagian kami,” ujar Perdana Menteri India Narendra Modi. “Kami telah mengambil beberapa langkah tegas.”
Para pemimpin dunia berkomitmen untuk menahan laju pemanasan global pada 1,5 derajat Celcius di atas era praindustri. Ambang batas ini menurut para pakar akan mampu mencegah dampak terburuk dari perubahan iklim.
Dengan target pemangkasan emisi karbon AS, komitmen serupa dari Jepang dan Kanada, juga ambisi yang sejalan dari Uni Eropa dan Inggris, negara-negara penyumbang lebih dari separuh ekonomi dunia sekarang memiliki komitmen untuk menahan laju pemanasan global 1,5 derajat Celcius.
Sementara itu, dalam keterangan pers Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, Pemerintah Inggris mengumumkan penetapan target perubahan iklim paling ambisius di dunia dan menjadikan target ini sebagai undang-undang untuk pengurangan emisi hingga 78 persen pada tahun 2035, dibandingkan tingkat emisi tahun 1990.
PM Inggris Boris Johnson mengatakan, Inggris ingin terus meningkatkan standar penanganan perubahan iklim, dengan menetapkan target paling ambisius untuk mengurangi emisi di dunia. “Inggris akan menjadi rumah bagi bisnis perintis, teknologi baru dan inovasi hijau saat kami membuat kemajuan menuju emisi nol bersih, meletakkan fondasi pertumbuhan ekonomi beberapa dekade ke depan melalui penciptaan ribuan pekerjaan”, ujar Johnson. (REUTERS/AP/AFP)