Pandemi Beri Pelajaran Pentingnya Mitigasi Krisis dalam Pemulihan Ekonomi
Ibarat melangkah, tekanan ekonomi akibat Covid-19 diperkirakan membuat mundur ekonomi Asia beberapa langkah ke belakang. Namun, dari tekanan-tekanan itu, setiap negara dapat belajar dan kemudian mencoba bangkit.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
SINGAPURA, KAMIS — Pandemi Covid-19 dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi jangka panjang global, termasuk Asia. Gabungan yang berkelindan antara tekanan, respons kebijakan, tahap pemulihan hingga peluang-peluang baru yang bersumber dari kondisi pandemi dan upaya pemulihannya memunculkan aneka kemungkinan situasi perekonomian di masa depan pascapandemi.
Hal itu mengemuka dalam webinar bertajuk ”Resilience and Recovery: Asia’s Post-Pandemic Economic Adjustments”. Acara itu digelar oleh Asia Competitiveness Institute (ACI), Lee Kuan Yew School of Public Policy, Singapura, Kamis (22/4/2021). Hadir tiga pembicara dan dua pembahas dari lembaga itu, yakni Tilak Abeysinghe, Xie Taojun, Zheng Huanhuan, Toh Mun Heng, dan Sanjana Goswani.
Penasihat Senior Riset ACI, Toh Mun Heng, menyatakan, sebagaimana kondisi global, ekonomi Asia tertekan akibat pandemi Covid-19. Ibarat melangkah, tekanan ekonomi itu diperkirakan membuat mundur ekonomi Asia beberapa langkah ke belakang. Namun, dari tekanan-tekanan itu, setiap negara dapat belajar dan kemudian mencoba bangkit.
”Pandemi Covid-19 memberi pelajaran tentang pentingnya mitigasi krisis. Negara belajar dari kondisi rentan yang dihadapi, mencoba meresapinya, lalu mencoba bangkit setelahnya,” kata Toh. ”Kebijakan-kebijakan yang diambil sebagai respons dari pandemi dan pemulihan diharapkan seimbang sehingga pemulihan yang terjadi bisa lebih optimal.”
Pandemi diperkirakan memberi tantangan sekaligus peluang atas pemulihan dan pertumbuhan ekonomi selanjutnya. Syaratnya setiap negara harus mampu bertahan dan mampu bangkit setelahnya dari pandemi. Cara pandang baru atas sumber-sumber pertumbuhan pun sangat terbuka sifatnya untuk diadopsi pada masa pemulihan dan pascapandemi.
FDI di sektor digital dan dunia robot diperkirakan akan tumbuh pascapandemi. Maka, diperlukan cara pikir baru untuk merespons kondisi sekaligus peluang itu.
Toh mencontohkan Singapura sebagai negara yang sangat bergantung pada investasi asing secara langsung (FDI). Ia memproyeksikan adanya perubahan lanskap FDI bagi negara itu. Pandemi diperkirakan akan mengubah sekaligus mempercepat sektor-sektor FDI.
FDI di sektor digital dan dunia robot diperkirakan akan tumbuh pascapandemi. Maka, diperlukan cara pikir baru untuk merespons kondisi sekaligus peluang itu. ”Kehadiran fisik mungkin menjadi semakin tidak penting. Otomatisasi jadi ada di mana-mana. Cara hidup manusia juga bisa saja berubah,” kata Toh.
Penasihat Senior Riset ACI, Tilak Abeysinghe, melemparkan pertanyaan apakah pertumbuhan yang didorong semata oleh permintaan di sektor konsumsi yang akan mendorong pemulihan ekonomi Asia pascapandemi kelak. Ia menampilkan tingkat ketahanan ekonomi di tiga negara Asia, yakni Taiwan, Singapura dan Hong Kong.
Data menunjukkan, Taiwan paling tahan dari tekanan ekonomi akibat Covid-19, minimal sepanjang tahun lalu. Produk domestik bruto (PDB) Taiwan mampu tumbuh 3,1 persen, Singapura minus 5,4 persen, dan Hong Kong tumbuh negatif 6,1 persen.
Tingkat ketahanan Taiwan dimulai dari kemampuannya dalam menahan dampak pandemi secara langsung. Taiwan lebih mampu menahan pandemi sebagaimana terlihat dari jumlah perbandingan kasus terkonfirmasi Covid-19 yang paling kecil dibandingkan dengan Singapura dan Hong Kong. Ketahanan Taiwan sekaligus daya ungkit untuk pulih ekonominya dinilai tertopang oleh dua faktor utama, yakni efek dari China, khususnya terkait hubungan dagang kedua pihak, dan diversifikasi pasar manufaktur.
Manufaktur menopang PDB Taiwan hingga lebih dari 30 persen dan 50 persen hasilnya diekspor. Nilai tambah bagi manufaktur Taiwan adalah dari rantai pasokan domestiknya, yakni dengan pangsa pasar 62,4 persen. Kondisi itu turut membantu memberikan efek positif bagi sektor-sektor lain yang pada akhirnya menopang perekonomian Taiwan secara keseluruhan.
Peneliti Senior ACI, Xie Taojun, menyatakan bahwa kemampuan sebuah negara dalam mengendalikan dinamika kesehatan masyarakatnya ternyata mampu membantu mengidentifikasi efek-efek dari fungsi jaringan produksi internasional. Sistem ekonomi yang semakin terintegrasi saat ini secara global dapat mempermudah proses itu dengan syarat negara-negara sudah bagus sistemnya. Posisi China sebagai negara adidaya dan kemampuannya meredam dampak pandemi di negara itu diharapkan mampu mempercepat pemulihan ekonomi, khususnya di kawasan Asia.