Selama ini penggemar kopi hanya mengenal dua jenis utama kopi untuk disajikan, yaitu arabika dan robusta. Para penggemar, bersiaplah untuk kehadiran varietas yang sudah lama hilang: stenophylla.
Oleh
Mahdi Muhammad
·5 menit baca
Meski ada lebih dari 100 spesies kopi yang diketahui, para penikmat kopi dunia hanya mengetahui dua varietas terbesar kopi yang hadir di cangkir-cangkir mereka: arabika, yang dianggap sebagai unggulan, dan robusta, yang sebagian besar digunakan untuk campuran kopi instan.
Namun, perubahan iklim telah menjadi tantangan serius bagi para penikmat dua varietas tersebut. Perubahan iklim yang nyata telah menjadi tantangan serius bagi industri kopi yang bernilai miliaran dollar AS dan sekitar 100 juta petani di seluruh dunia yang menggantungkan hidupnya dari budidaya tanaman tersebut.
Arabika, yang berasal dari dataran tinggi Ethiopia dan Sudan Selatan, adalah tanaman tropis yang sejuk. Keduanya cocok ditanam pada kawasan yang memiliki suhu tahunan rata-rata sekitar 19 derajat celsius. Namun, arabika dianggap lebih rentan terhadap pemanasan global daripada robusta, yang dapat bertahan hingga sekitar 23 celsius.
Beberapa penelitian juga menunjukkan, produksi global arabika dapat turun setidaknya 50 persen jika perubahan iklim tidak ditangani dengan cepat, setidaknya dalam waktu 50 tahun ke depan.
Kerentanan dua varietas kopi utama dunia itulah yang kemudian membuat sejumlah peneliti Royal Botanical Gardens Kew di Brentford, Inggris, membolak-balik lembaran informasi yang pernah mereka dengar atau lihat dari berbagai jurnal penelitian tentang kopi, mencari varietas yang dianggap tahan terhadap perubahan cuaca, serta memiliki cita rasa yang tak kalah dari arabika dan robusta.
Satu nama spesies kopi mencuat, yaitu stenophylla. Dari berbagai literatur yang ada, varietas ini memiliki toleransi yang baik dengan cuaca, hampir mirip dengan robusta. Namun, varietas ini mampu tahan dengan suhu rata-rata yang lebih tinggi, yaitu 24,9 celsius.
Harapan tinggi keberlanjutan industri kopi ada pada varietas ini. Yang jadi masalah adalah di mana varietas ini bisa ditemui? Jejak stenophylla hilang sejak hampir setengah abad yang lampau.
Pencarian di Afrika Barat
Dr Aaron Davis, pemimpin riset Royal Botanical Gardens Kew, dalam jurnal Nature Plants mengatakan, varietas ini sempat dibudidayakan warga yang tinggal di kawasan Afrika Barat sebelum diekspor ke Eropa dan memiliki penggemarnya sendiri di kafe-kafe Perancis hingga awal abad ke-20. Setelah itu, perlahan varietas ini ditinggalkan warga setelah mereka mengenal robusta.
Dalam sebuah buku yang ditulis ahli tanaman terkemuka, Ralph Holt Cheney, yaitu A Monograph of the Economic Species of the Genus Coffea L, yang terbit tahun 1925, diketahui bahwa warga yang membudidayakan stenophylla ataupun pedagang Perancis yang membawa varietas ini ke negara asalnya mengira biji stenophylla ”lebih unggul dari semua spesies lainnya”. Stenophylla, tulis Cheney, dikirim ke Perancis dan dijual sebagai mocha terbaik.
Stenophylla diketahui ditanam warga di beberapa negara, seperti Guinea, Sierra Leone dan Pantai Gading. Namun, kemudian, varietas ini menghilang dan bahkan catatan sejarah keberadaan variestas ini terhenti tahun 1954. Stenophylla menghilang begitu saja.
Penelusuran keberadaan stenophylla tidak bisa melalui catatan sejarah saja. Sejak akhir 2018, Davis dan beberapa peneliti turun ke lapangan, terutama ke Sierra Leone, yang menjadi titik awal pencarian varietas yang hilang ini.
Di sebuah lokasi di ketinggian hutan Liberia, tim peneliti menemukan cukup banyak pohon kopi varietas stenophylla liar dengan tinggi lebih dari tiga meter di sela-sela pepohonan berkayu keras, dalam kondisi sehat.
Davis, dikutip dari akun Royal Botanical Gardens, Kew, menuturkan, mereka menjelajah hutan-hutan di Sierra Leone tengah untuk menelusuri keberadaan stenophylla, berdasarkan catatan yang dimiliki. Keberuntungan mereka dapat: mereka menemukan pohon kopi yang dimaksud.
”Yang jadi masalah, kami hanya menemukan satu batang stenophylla saja di lokasi itu. Seperti halnya di kebun binatang, untuk mengembangkan satu spesies, dibutuhkan ’teman’. Meski kami menemukan satu batang pohon stenophylla, pohon itu tidak bisa digunakan untuk memproduksi kopi,” kata Davis.
Pencarian tidak berhenti di Sierra Leone. Setelah berdiskusi, tim peneliti bergerak sekitar 140 kilometer ke tenggara, tepatnya ke Liberia, negara asal George Weah, mantan pesepak bola terbaik di dunia. Di sebuah lokasi di ketinggian hutan Liberia, tim peneliti menemukan cukup banyak pohon kopi varietas stenophylla liar dengan tinggi lebih dari tiga meter di sela-sela pepohonan berkayu keras, dalam kondisi sehat.
”Kami telah menemukan spesies yang hilang dan mengamankan cukup bahan untuk mengembangkan kembali sesuatu yang pernah hilang,” kata Davis. Dia menambahkan, spesies ini sangat penting untuk masa depan kopi berkualitas tinggi.
Cita rasa
Untuk memastikan stenophylla, si anak hilang ini memiliki cita rasa yang bisa menyaingi arabika dan robusta, tim peneliti melakukan uji coba rasa yang melibatkan 18 ahli cupping, pencicip kopi, termasuk dari industri kopi. Setelah disangrai dan diseduh dengan berbagai teknik, lidah para penguji menemukan profil rasa yang kompleks. Rasa manis alami, keasaman sedang-tinggi dan memiliki ”bodi” kopi yang baik.
"Semua juri merasa berbeda dari apa yang mereka ketahui, dengan catatan vegetal," kata Delphine Mieulet, ilmuwan di pusat penelitian pertanian Prancis CIRAD, yang memimpin pencicipan.
Lidah para pencicip menemukan cita rasa mawar, bunga elder, leci, seperti yang ditemukan para varietas arabika terbaik. Kompleksitas rasa ini, menurut Davis, di luar harapannya yang semula agak pesimis dengan cita rasa yang mungkin muncul setelah pengolahan biji kopi varietas langka ini.
"Semua itu berubah setelah kami mencicipi piala pertama. Rasanya seperti mengharapkan cuka tetapi kemudian mencicipi anggur yang enak. Kami hanya tidak mengharapkannya terasa sebagus itu, dan bahkan lebih terkejut lagi bahwa rasanya seperti arabika,” kata Davis.
Minimnya jumlah pohon kopi stenophylla membuat varietas ini masuk dalam daftar tanaman langka pada lembaga International Union for Conservation of Nature (IUCN). IUCN menempatkannya dalam daftar merah tanaman yang terancam punah. Davis mengatakan hal itu menunjukkan pentingnya melestarikan tumbuhan liar dan keanekaragaman hayati dunia.
Mieulet mengatakan dia yakin bahwa kopi tersebut akan tersedia secara komersial, tetapi mengatakan bahwa itu mungkin memakan waktu beberapa tahun.
Para peneliti mengatakan, agar bisa digunakan sebagai bahan baku industri kopi, para peneliti menilai diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui secara tepat apakah stenophylla bisa tumbuh dengan baik, termasuk di daerah tropis di mana Arabika sudah berada dalam tekanan karena perubahan iklim yang terus terjadi. (AFP/Reuters)