Konsentrasi pasukan Rusia yang besar di perbatasan Ukraina bisa memantik bentrokan bersenjata kapan saja. Uni Eropa menyerukan kepada Rusia untuk menarik mundur pasukannya.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
BRUSSELS, SELASA — Ketegangan di perbatasan Ukraina semakin meningkat menyusul langkah Rusia yang telah mengerahkan lebih dari 150.000 pasukannya di perbatasan Ukraina dan di Crimea yang dianeksasi. Bentrokan kapan pun bisa terjadi.
”Ada lebih dari 150.000 tentara Rusia di perbatasan Ukraina dan di Crimea. Ini berisiko meningkatkan eskalasi,” kata diplomat Eropa, Josep Borrell, setelah pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa dengan Menteri Luar Negeri Ukraina, Senin (19/4/2021). Borrell tidak menjelaskan dari mana informasi jumlah pasukan itu ia dapatkan.
Seusai berpidato di hadapan para menteri luar negeri Uni Eropa, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menyerukan UE untuk menerapkan sanksi baru pada Rusia.
Borrell juga mengatakan, tidak ada sanksi baru atau pengusiran diplomat Rusia yang direncanakan untuk sementara ini meski pengerahan pasukan Rusia di perbatasan Ukraina sekarang adalah yang terbesar selama ini.
Yang paling berbahaya saat ini, ujar Borrell, adalah terkonsentrasinya pasukan Rusia, termasuk didirikannya rumah sakit militer lapangan dan ”semua jenis alat perang.”
”Itu adalah pengerahan militer Rusia di perbatasan Ukraina terbesar selama ini. Jelas bahwa itu jadi masalah,” kata Borrell. ”Ya, percikan api bisa terjadi kapan saja. Kami menyerukan Rusia untuk menarik mundur pasukannya.”
Di Washington, Amerika Serikat, Pentagon menyatakan, pengerahan pasukan Rusia saat ini lebih besar dari pengerahan serupa tahun 2014. Tidak jelas apakah hal itu dilakukan untuk kepentingan latihan atau bukan.
Seorang sumber anonim di pemerintahan AS, mengutarakan, pasukan Rusia yang dikerahkan berjumlah puluhan ribu personel. Namun, ia tidak mengetahui jika ternyata informasi intelijen mengatakan bahwa pasukan Rusia yang ada di perbatasan Ukraina ada lebih dari 150.000 personel.
Lebih dari 14.000 orang telah tewas dalam perang tujuh tahun antara pasukan Ukraina dan separatis yang didukung Rusia di wilayah timur Ukraina menyusul aneksasi Rusia atas Semenanjung Crimea tahun 2014. UE terus menentang aneksasi itu, tetapi tidak bisa berbuat banyak.
Upaya untuk mencapai penyelesaian politik telah terhenti dan pelanggaran gencatan senjata semakin sering terjadi dalam beberapa minggu terakhir di Donbas, kawasan industri di Timur Ukraina.
Para diplomat berharap masih ada sedikit harapan untuk segera menerapkan sanksi baru terhadap Moskwa. Namun, mereka juga akan semakin intens memberikan tekanan diplomatik. ”Moskwa harus berubah dari provokasi ke kerja sama,” ujar Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price menyampaikan, AS menyatakan ”keprihatinan yang mendalam” atas rencana Rusia memblokir kapal angkatan laut asing dan kapal lainnya di beberapa bagian di Laut Hitam.
”Ini mewakili eskalasi tak beralasan lainnya dalam kampanye berkelanjutan Moskwa untuk melemahkan dan mengguncang Ukraina,” ujar Price.
Rusia telah membatasi sementara pergerakan kapal perang asing dan ”kapal pemerintah lainnya” di dekat Crimea.
Ketegangan antara Moskwa dan Kyiv telah meningkat di tengah pengerahan pasukan dan bentrokan di timur Ukraina antara pasukan pemerintah dan separatis pro-Rusia.
Badan Penerbangan Federal AS mendesak para maskapai penerbangan untuk ”sangat berhati-hati” ketika terbang dekat perbatasan Rusia-Ukraina karena alasan keamanan. (REUTERS/AP)