Serangan Roket di Pangkalan Udara Balad, Peringatan soal Isu Penarikan Pasukan AS
Serangan roket atas Pangkalan Balad di Irak, yang menampung tentara dan persenjataan pasukan AS, termasuk jet-jet tempur F-16, mengirim pesan peringatan pada Washington agar segera menarik pasukannya dari Irak.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
BAGHDAD, SENIN — Lima roket menyasar dan menghantam pangkalan udara Irak yang menampung tentara Amerika Serikat di Balad, utara Baghdad, Minggu (18/4/2021). Dua kontraktor asing dan tiga anggota militer Irak dilaporkan cedera dalam serangan terbaru atas tempat atau entitas yang dianggap berafiliasi dengan Washington itu.
Dua roket dilaporkan menghujam sebuah asrama dan kantin perusahaan AS bernama Sallyport di Balad. Serangan itu diduga diarahkan ke sebuah pangkalan udara Balad. Tidak ada klaim tanggung jawab secara langsung dari pihak mana pun atas serangan tersebut dari pihak mana pun.
Militer AS beberapa kali menuding faksi-faksi Irak yang memiliki keterkaitan dengan Iran atas serangan semacam itu terhadap anggota pasukannya ataupun diplomat negaranya.
Pesawat tempur F-16 memang ada yang ditempatkan di Pangkalan Udara Balad. Beberapa perusahaan pemeliharaan pesawat itu hadir di sana. Perusahaan-perusahaan tersebut mempekerjakan staf warga Irak dan warga asing. Terhitung ada sekitar 20 serangan bom atau roket terhadap kepentingan Amerika, termasuk pangkalan yang menampung tentara AS, sejak Presiden AS Joe Biden menjabat pada Januari lalu.
Puluhan serangan lainnya terjadi sejak musim gugur 2019 di bawah pemerintahan Donald Trump. Dua warga AS dan seorang warga sipil Irak tewas dalam serangan semacam itu sejak akhir 2019. Seorang warga sipil Irak yang bekerja untuk sebuah perusahaan yang memelihara jet tempur AS untuk angkatan udara Irak juga terluka dalam sebuah serangan serupa.
Kelompok-kelompok itu menuntut Pemerintah Biden menetapkan tanggal penarikan mundur pasukan AS dari Irak, seperti halnya penarikan pasukan AS dari Afghanistan.
Pangkalan Balad juga menjadi sasaran serangan bersenjata pada awal bulan ini. Tidak ada korban jiwa dalam serangan itu. Serangan-serangan tersebut kadang-kadang diklaim oleh kelompok-kelompok bersenjata bayangan yang bersekutu dengan Iran. Kelompok-kelompok itu menuntut Pemerintah Biden menetapkan tanggal penarikan mundur pasukan AS dari Irak, seperti halnya penarikan pasukan AS dari Afghanistan.
Pada Rabu (14/4/2021) pekan lalu, sebuah pesawat tak berawak berisi bahan peledak menghantam Bandara Arbil di Irak utara. Serangan itu merupakan serangan kali pertama yang dilaporkan menggunakan senjata semacam itu terhadap pangkalan pasukan koalisi pimpinan AS di negara itu.
Serangan tersebut diungkapkan sejumlah sumber dari kalangan pejabat Irak. Tidak ada korban dalam serangan di ibu kota wilayah otonom Kurdi di Irak utara itu. Meski demikian, serangan tersebut mengakibatkan sejumlah bangunan rusak.
Pada Februari lalu, lebih dari selusin roket menghujam kompleks militer di dalam bandara yang sama. Serangan itu menewaskan seorang warga sipil Irak dan kontraktor asing yang bekerja untuk tim pasukan koalisi pimpinan AS. Tidak ada pihak yang mengaku bertanggung jawab dalam dua serangan tersebut.
Kelompok-kelompok pro Iran telah meningkatkan retorika perlawanan mereka atas AS. Mereka, antara lain, bersumpah untuk meningkatkan serangan guna memaksa pasukan AS pergi dari wilayah-wilayah yang mereka duduki, demikian istilah yang digunakan kelompok-kelompok itu. Hampir setiap hari terjadi serangan terhadap konvoi pasokan koalisi pimpinan AS di wilayah-wilayah di Irak yang dikuasai kelompok pro Iran.
Penarikan pasukan AS
Pemerintah AS pada pekan lalu berkomitmen untuk menarik semua pasukan tempur yang tersisa dari Irak. Pengumuman itu datang ketika pemerintahan Biden melanjutkan ”dialog strategis” dengan pemerintah Perdana Menteri Mustafa al-Kadhemi. PM Kadhemi dipandang terlalu dekat dengan Washington oleh kelompok-kelompok pro Iran.
Iran ataupun AS sendiri sebenarnya tidak menetapkan batas waktu untuk penarikan pasukan AS kedua sejak invasi 2003 yang menggulingkan Presiden Irak Saddam Hussein.
Biden pada pekan lalu juga mengumumkan penarikan penuh pasukan AS dari Afghanistan pada peringatan 20 tahun serangan 11 September 2001. Seperti diketahui, serangan teror 11 September 2001 itu disusul dengan invasi pimpinan AS ke Irak hampir dua tahun setelahnya. Sejak saat itu pula perselisihan antara Teheran-Washington mengemuka di Irak.
Sekitar 2.500 tentara AS masih ditugaskan di Irak. Adapun Iran mendukung posisi Hashed al-Shaabi, koalisi paramiliter yang terintegrasi dengan negara. Ketegangan antara AS dan Iran terus meningkat, khususnya setelah Trump memerintahkan serangan pesawat tak berawak di dekat bandara Baghdad pada Januari 2020, yang menewaskan komandan militer Iran, Qasem Soleimani. (AFP/REUTERS)