Investor Minta Perbankan Berhenti Danai Proyek Energi Fosil
Sebanyak 60 bank Amerika, Eropa, dan Asia mengucurkan 3,8 triliun dollar AS pada 2016-2020 ke aneka proyek industri bahan bakar fosil. Hampir separuhnya dikucurkan ke bank dan lembaga keuangan AS serta Kanada.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
LONDON, SENIN — Institutional Investors Group on Climate Change, kelompok 35 manajer investasi dengan dana kelola 11 triliun dollar AS, menyurati pengelola 27 bank. Dalam surat itu, mereka meminta komitmen perbankan pada perubahan iklim dan pemangkasan emisi karbon. Caranya dengan memangkas pendanaan proyek energi fosil.
Menurut laporan Reuters dan Bloomberg, Senin (19/4/2021), komitmen yang diminta para manajer investasi tidak hanya terbatas pada operasional langsung bank. Komitmen juga diminta dari aktivitas kredit, perdagangan, dan penjaminan. Dengan kata lain, perbankan diminta mengajak klien dan nasabahnya untuk ikut berkomitmen pada perubahan iklim dan pemangkasan emisi karbon.
”Bank harus menyelaraskan provisi pendanaan dengan pencapaian tujuan Kesepakatan Paris. Hal ini berarti mereka harus memangkas pendanaan (proyek) energi fosil dan kegiatan lain yang tidak sesuai dengan target 2050. Di sisi lain, (perbankan) diharapkan meningkatkan pendanaan proyek rendah emisi karbon,” demikian tertulis di surat yang dilihat Reuters dan Bloomberg itu.
Investor bisa mendorong pengambilan keputusan di badan usaha, termasuk perbankan, karena mereka punya saham. Selain lewat rapat pemegang saham, investor juga bisa mendorong pembuatan keputusan di badan usaha lewat penjualan atau pembelian saham atau surat utang.
Pelepasan massal saham dan surat utang bisa membuat harga dan peringkat kedua jenis surat berharga itu merosot. Akibatnya, badan usaha harus mengeluarkan biaya lebih besar jika ingin mendapatkan utang atau menjual saham.
Dana kelolaan sebesar itu membuat para manajer investasi tersebut bisa ikut mengarahkan pasar. Salah satu hasilnya adalah 9.600 lembaga dan 8.100 kota penerbit obligasi setuju mengungkap aktivitas penghasil emisi karbon.
”Ada kebutuhan mendesak dari bank untuk bertindak dan mempercepat dukungan bagi pencapaian tujuan Kesepakatan Paris. Komitmen emisi nol harus mendorong perubahan nyata. Dengan lima tahun terlewat sejak Kesepakatan Paris, pembicaraan harus diganti dengan perbuatan,” kata pimpinan Institutional Investors Group on Climate Change, Stephanie Pfeifer.
Ia merujuk kesepakatan yang ditandatangani di Paris, Perancis, pada 2015. Negara-negara sepakat mencegah kenaikan suhu permukaan Bumi menjadi 2 derajat celsius. Caranya dengan menekan emisi karbon, salah satu penyebab kenaikan suhu.
Dalam hasil penelitian Klusak dan kawan-kawan yang disiarkan pada 18 Maret 2021 itu, rating obligasi 63 negara ditaksir akan turun rata-rata 1,02 poin pada 2030. Sementara pada 2100, rating surat utang 80 negara akan anjlok sampai 8 poin.
Semakin rendah rating kredit, semakin besar biaya utang yang harus ditanggung penerbit obligasi. Sebab, rating mencerminkan tingkat risiko dan rating rendah cenderung mencerminkan risiko tinggi. Agar investor tetap mau membeli obligasi, penerbit harus menaikkan biaya utang. Kenaikan imbal hasil dan peningkatan cicilan adalah sebagian dari dampak langsung dari penurunan rating kredit.
Pendanaan
Surat Institutional Investors Group on Climate Change penting bank terus mengucurkan dana untuk proyek energi fosil, sumber terbesar emisi karbon. Ada 60 bank Amerika, Eropa, dan Asia mengucurkan 3,8 triliun dollar AS pada 2016-2020 kepada aneka proyek industri bahan bakar fosil.
Dalam kajian RAN edisi 2021 diungkap, 1,76 triliun dollar AS dari dana itu dikucurkan oleh 12 bank dan lembaga keuangan yang berpusat di AS dan Kanada. Lembaga AS yang masih terlibat adalah JP Morgan Chase, Wells Fargo, Citi, Bank of America, TD, Morgan Stanley, Goldman Sach, dan US Bank. Adapun lembaga Kanada yang terlibat yakni RBC, Scotiabank, CIBC, dan Bank of Montreal.
Lembaga keuangan Eropa mengucurkan total 1,1 triliun AS. Dana itu antara lain Barclays, BNP Paribas, HSBC, ING, Credit Suisse, Deutsche Bank, UBS, Santander, BBVA, hingga Rabobank. Dari China dan Jepang dikucurkan 890 miliar dollar AS untuk aneka proyek energi fosil sejak Kesepakatan Paris ditandatangani. Dari Jepang ada MUFG, Mizuho, Sumitomo Mitsui Bank Corp, dan Sumi Trust.
Sementara Bank of China, ICBC, Agricultural Bank, China Citic, SPD, China Merchants, Ping An, dan sejumlah lembaga keuangan lain di China mengucurkan total 532 miliar dollar AS yang mayoritas untuk batubara.
Ironisnya, pendanaan oleh bank-bank Perancis dan Jepang menunjukkan kenaikan. Padahal, kedua negara itu tempat dihasilkan dua kesepakatan global soal pengendalian perubahan iklim, yakni Protokol Kyoto 1997 dan Kesepakatan Paris 2015. (REUTERS)