AS dan China Janji Bekerja Sama Tangani Perubahan Iklim
Meski kerap berselisih paham pada banyak isu, Amerika Serikat dan China sepakat berkomitmen menangani isu perubahan iklim dan mendorong isu itu dalam pertemuan Perjanjian Perancis 2015 di Glasgow, akhir tahun ini.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
AFP / TOLGA AKMEN
Para aktivis kelompok Extinction Rebellion berkumpul di Lapangan Parlemen, pusat kota London, Inggris, dalam aksi krisis iklim, Selasa (1/9/2020). Aksi itu mendesak Parlemen Inggris memperhatikan komitmen menjaga lingkungan tetap hijau, seperti penanaman pohon dan pembangunan infrastruktur bagi pesepeda dan pejalan kaki sebagai upaya mengurangi emisi karbon.
SHANGHAI, MINGGU — Amerika Serikat dan China berkomitmen bekerja sama melawan perubahan iklim dan mendorong isu itu di pertemuan internasional Perjanjian Paris pada akhir tahun ini. Namun, komitmen tinggal komitmen jika tak diikuti tindakan nyata. Untuk itu, AS meminta China mengurangi penggunaan batubara agar perlawanan terhadap perubahan iklim berhasil.
Pernyataan bersama AS dan China ini disepakati, Minggu (18/4/2021), seusai pertemuan selama dua hari antara utusan khusus isu iklim AS, John Kerry, dan utusan khusus iklim China, Xie Zhenhua, di Shanghai, China.
”AS dan China berkomiten bekerja sama dengan negara-negara lain untuk menangani krisis iklim. Kedua negara akan melanjutkan diskusi tentang tindakan konkret mengurangi emisi yang bertujuan menjaga batas suhu sesuai Perjanjian Paris,” sebut pernyataan tertulis AS-China itu.
HANDOUT / US EMBASSY IN SEOUL / AFP
Dalam foto yang dirilis Kedutaan Besar Amerika Serikat di Seoul, Korea Selatan, pada Minggu (18/4/2021) ini memperlihatkan Utusan Khusus AS untuk Isu Perubahan Iklim, John Kerry, tengah berbicara dalam konferensi pers di Seoul.
Kunjungan Kerry ini merupakan kunjungan tingkat tinggi pertama ke China oleh pejabat pemerintahan Presiden AS, Joe Biden. Pembicaraan antara AS dan China itu juga menandai dimulainya kembali dialog iklim di antara kedua negara penghasil gas rumah kaca terbesar di dunia itu. Diskusi bilateral keduanya terhenti semasa pemerintahan Presiden AS Donald Trump. AS menarik diri dari Perjanjian Paris 2015 setelah Trump menilai perjanjian itu tidak adil memperlakukan bisnis-bisnis AS.
”Setiap negara harus membuat keputusan sendiri. Kami tidak mau memaksa siapa pun. Kami hanya ingin bekerja sama untuk mencapai tujuan,” kata Kerry.
AS diharapkan akan membuat komitmen baru untuk mengurangi emisi gas rumah kaca AS demi meraih kembali kepercayaan dari negara-negara lain. Penasihat iklim senior untuk kelompok pejuang lingkungan hidup Greenpeace, Li Shuo, meyakini China juga akan segera melakukan hal serupa. ”Ada pesan yang kuat bahwa AS dan China akan bekerja sama khusus di isu ini. Sebelum pertemuan Shanghai, tidak ada pesan ini,” ujarnya.
Biden akan mengadakan pertemuan tingkat tinggi dengan para pemimpin dunia secara virtual dan bisa ditonton oleh masyarakat pada 1-12 November mendatang di Glasgow.
Di dalam pernyataan tertulis AS-China juga disebutkan keduanya akan membahas tindakan konkret mengurangi emisi termasuk penyimpanan energi, penangkapan karbon, dan hidrogen. Keduanya akan memaksimalkan anggaran bagi negara-negara berkembang agar mereka juga bisa beralih ke sumber-sumber energi rendah karbon atau energi hijau.
Dalam rencana aksi jangka pendek, keduanya juga akan bekerja sama menghentikan produksi dan konsumsi hidrofluorokarbon, gas yang digunakan dalam pendinginan, AC, dan aerosol. Sementara untuk jangka panjang, tindakan yang akan dilakukan adalah mengurangi emisi dari industri dan pembangkit listrik. Seiring dengan hal itu, akan ditingkatkan energi terbarukan, transportasi tanpa karbon, dan pertanian yang tahan iklim.
REUTERS/CHINA STRINGER NETWORK
Batubara impor dikeruk dari kapal kargo pengangkut batubara di sebuah pelabuhan di Lianyungang, Provinsi Jiangsu, China, pada 26 Juli 2018. Batubara merupakan salah satu komoditas yang bakal menjadi medan perang tarif antara Amerika Serikat dan China.
Perjanjian Paris mendorong negara-negara untuk memberikan komitmen iklim yang lebih ambisius jika memungkinkan. China sudah berjanji akan melakukannya dan berupaya memenuhi targetnya untuk menjadi negara yang netral karbon pada 2060. (REUTERS/AFP)