Penembakan massal terjadi kembali di Amerika Serikat. Pemerintah Presiden Joe Biden terus berupaya memperketat kontrol senjata.
Oleh
Kris Mada
·4 menit baca
AFP/MANDEL NGAN
Bendera Amerika Serikat dikibarkan setengah tiang di atas Gedung Putih untuk menghormati korban penembakan Indianapolis, Indiana, di Washington, DC pada Jumat (16/4/2021). Sebanyak delapan orang tewas dalam insiden tersebut.
WASHINGTON, JUMAT - Amerika Serikat diguncang tiga penembakan massal di lokasi berbeda pada Kamis (15/4/2021) malam waktu Washington atau Jumat pagi WIB. Dalam dua pekan pertama April 2021 saja, ada 24 penembakan massal di seluruh AS.
Insiden Kamis malam terjadi Florida, Washington DC, dan Indiana. Insiden di Pensacola, Florida menyebabkan enam orang terluka.
Kepolisian masih mengidentifikasi pelaku. Saksi menyebut, beberapa orang keluar dari mobil lalu menembak ke arah apartemen.
Sementara di Washington DC, empat orang terluka. Di antara mereka termasuk seorang remaja putri. Pelaku juga masih diidentifikasi. Insiden itu terjadi di tepi jalan raya.
Ada pun insiden di Indianapolis, Indiana paling parah dengan sedikitnya delapan orang tewas dan sejumlah orang lain terluka. Penembakan terjadi di dekat kawasan kargo bandara Indianapolis. Hingga Jumat pagi waktu Washington atau Jumat malam WIB, belum ada tersangka yang diidentifikasi. Jumlah korban juga masih simpang siur. “Pelaku menembaki orang di lapangan parkir. Setelah itu, dia masuk ke dalam gedung dan kembali menembaki orang,” kata Kepala Kepolisian Indianapolis Craig McCartt.
Polisi tiba di lokasi sekitar pukul 23.00. Kala itu, orang-orang berlarian menyelamatkan diri. Menurut McCartt, pelaku bunuh diri setelah menembaki orang. Walakin, kepolisian belum mengungkap identitas dan motif pelaku.
AFP/JEFF DEAN
Polisi memasang garis polisi di lokasi penembakan di Indianapolis pada Jumat (16/4/2021).
Salah seorang saksi, Jeremiah Miller, mengaku awalnya mendengar beberapa kali tembakan di lapangan parkir. Tidak lama kemudian, ia melihat seorang pria membawa senapan masuk ke dalam kantor perusahaan kargo. Bersama beberapa rekannya, Miller segera mencari tempat sembunyi.
Ia tidak ingat kapan pastinya polisi datang. Hal yang jelas, tahu-tahu melihat puluhan polisi memenuhi lapangan parkir dan kantor perusahaan kargo. “Saya kira akan mati. Saya sangat takut,” ujarnya.
Puluhan Kali
Dengan insiden pada Kamis malam, AS mencatat 45 kali penembakan massal sejak 16 Maret 2021 sampai 15 April 2021. Penembakan massal didefinisikan sebagai insiden dengan sekurangnya empat korban terluka atau tewas. Pada 16 Maret 2021 di Atlanta, seorang pria menembaki panti pijat dan menewaskan delapan orang.
Selanjutnya, serangkaian penembakan terjadi di berbagai penjuru AS. Mayoritas insiden terjadi pesisir timur dan tengah timur. Hanya tiga insiden terjadi di pesisir barat yakni di California, Oregon, dan Washington.
Rangkaian penembakan massal menjadi salah satu penyebab Presiden AS Joe Biden mempercepat perintah pengendalian senjata api. Lewat perintah pada 7 April 2021, Biden meminta Kementerian Kehakiman menyusun rencana aksi pengendalian senjata. Dalam 30 hari sejak perintah dikeluarkan, kementerian itu akan mengusulkan rancangan aturan pengendalian senjata rakitan. Dalam aturan itu, calon pembeli senjata rakitan wajib melewati proses pemeriksaan. Selama ini, proses hanya diberlakukan kepada calon pembeli senjata buatan pabrik.
AP PHOTO/MICHAEL CONROY
Polisi membawa jenasah seorang korban penembakan di Indianapolis pada Jumat (16/4/2021).
Selanjutnya, hingga Juni 2021, Kementerian Kehakiman akan membuat aturan perdagangan penyangga pistol. Penyangga itu memungkinkan pistol dipegang dan dimuati peluru seperti senapan.
Kementerian Kehakiman juga akan membuat panduan aturan pembatasan akses senjata api untuk dijadikan acuan negara bagian. Selama ini, sejumlah negara bagian punya aturan keluarga atau aparat meminta perintah pengadilan untuk melarang seseorang mengakses senjata api. Permintaan diajukan jika seseorang dianggap bisa membahayakan diri sendiri atau orang lain.
Biden berharap aturan itu bisa disahkan secara nasional. Kongres diharapkan mengesahkan aturan untuk pengendalian senjata api. Sebelumnya, pada Maret 2021, DPR AS mengesahkan dua rancangan undang-undang soal pengendalian senjata api.
Kini, RUU itu menunggu persetujuan di Senat. Dalam RUU itu diatur pemeriksaan calon pembeli untuk semua jenis senjata api. Senjata juga dilarang diserahkan sebelum pemeriksaan selesai.
Sayangnya, seorang senator Demokrat bernama Joe Manchin secara terbuka menyatakan tidak mendukung dua RUU itu. Sikap Manchin membuat Demokrat hanya punya 49 pendukung di antara 100 senator.
Dalam jajak pendapat oleh Gallup pada 2020, sebanyak 57 persen warga AS setuju aturan pengendalian peredaran senjata api harus lebih ketat. Sejumlah politisi Demokrat berpendapat senada. Sementara sebagian besar politisi Republikan mendukung aturan peredaran senjata api yang longgar.
Industri senjata api bernilai puluhan miliar dollar AS per tahun di AS saja. Karena itu, produsen senjata api dan produk terkait berusaha keras menjaga pasar senjata api tetap bebas. (AFP/REUTERS)