Jika Sara mencalonkan diri pada pemilu presiden tahun depan, bukan hanya para pendukungnya yang akan senang, melainkan juga birokrat dan taipan yang menjadi semakin sejahtera di masa kepemimpinan Duterte.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
Sara Duterte-Carpio (42), putri dari Presiden Filipina Rodrigo Duterte (76), merasa tidak akan bisa mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilihan presiden Filipina tahun 2022, hanya gara-gara ayahnya mengatakan kepresidenan bukan pekerjaan perempuan. Namun, Sara mendapatkan dukungan kuat dari aktivis-aktivis pergerakan agar bisa menggantikan ayahnya yang dinilai otokratik dan plin-plan itu.
”Kalau dukungan rakyat kuat, dia pasti mau mencalonkan diri,” kata Mar Masanguid yang memimpin gerakan di balik pencalonan Duterte tahun 2016 dan kini membentuk kelompok pendukung Sara itu.
Citra Sara membumi, keras, dan unik seperti ayahnya. Ia pernah memukul pejabat pengadilan yang menantangnya, suka mengendarai sepeda motor besar, dan menjuluki ketiga anaknya dengan nama Sharkie, Stingray, dan Stonefish. Sebuah jajak pendapat menunjukkan Sara lebih populer ketimbang kandidat potensial lainnya. Meski demikian, Sara mengaku sudah menimbang-nimbang dan memutuskan tidak akan memperpanjang dinasti politik lagi setelah ia menggantikan ayahnya sebagai Wali Kota Davao.
Namun, itu tidak menghentikan kampanye yang dilakukan para pendukung Sara. Beragam bentuk poster, spanduk, stiker, kaos, dan kalender dengan wajah Sara dan tulisan ”Maju, Sara, Maju” beredar dimana-mana. Bahkan dukungan juga berdatangan dari jutaan warga Filipina yang berada di luar negeri. Di Cebu City, pada 28 Maret lalu, ada lebih dari 500 pengguna sepeda motor besar yang bergabung dalam ”Gerakan Sara Duterte untuk Presiden” hanya agar Duterte mau membujuk Sara mencalonkan diri.
”Saya berterima kasih untuk semua atas kepercayaan dan keyakinan yang diberikan. Tetapi tidak semua orang ingin menjadi presiden,” kata Sara.
Pengamat politik dan Wakil Presiden Novo Trends PH, perusahaan konsultasi dan penelitian, Ramon Casiple, tetap yakin Sara pada akhirnya kelak akan mau mencalonkan diri pada detik-detik terakhir, seperti yang dilakukan Duterte pada 2016. ”Taktiknya sama dengan ayahnya dulu,” ujarnya.
Seperti ayahnya, Sara juga menjadi pengacara sebelum masuk ke dunia politik. Pada tahun 2010, Sara menjadi Wali Kota Davao yang berpenduduk sekitar 1,6 juta jiwa. Meski belum pernah menjabat di tingkat nasional, Sara diyakini akan bisa mengalahkan kandidat lain, seperti atlet tinju Manny Pacquiao dan putra mendiang diktator Ferdinand Marcos.
Para pengamat menilai jika Sara menang, maka ia akan bisa membantu melindungi ayahnya dari kemungkinan tuntutan hukum dari kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan. Duterte juga kemungkinan harus menghadapi tindakan hukum dari komunitas internasional karena perangnya terhadap narkoba. ”Hanya Sara yang bisa melindungi ayahnya,” kata peneliti Filipina untuk Human Rights Watch, Carlos Conde.
Keras
Sama seperti ayahnya, Sara juga dikenal berwatak keras tetapi sedikit lebih keras dari ayahnya. Ia kerap terlihat adu mulut dengan ayahnya. Namun, tidak ada yang meragukan kesetiaan Sara pada ayahnya. Bahkan salah seorang senator pernah bercerita Duterte berkali-kali bilang takut pada anaknya. ”Itu cuma bercanda saja. Saya selalu mendukung dia,” kata Sara.
Jika Sara mencalonkan diri, bukan hanya para pendukungnya yang akan senang melainkan juga birokrat dan taipan yang menjadi semakin sejahtera di masa kepemimpinan Duterte. Namun, jika pun Sara akan mau mencalonkan diri belum tentu juga ia akan melanjutkan kebijakan-kebijakan ayahnya. Sara pernah menunjukkan sikapnya yang merdeka tanpa pengaruh ayahnya, ketika tiga tahun lalu ia menyatukan faksi-faksi politik untuk menggulingkan salah satu sekutu ayahnya dari posisinya sebagai ketua majelis rendah.
Ketika menyangkut perang narkoba ayahnya yang berdarah-darah, Sara tidak pernah bicara blak-blakan, tetapi ia pernah mengatakan pencegahan dan rehabilitasi harus menjadi bagian dari kebijakan narkoba. Selama ini Sara juga tidak dekat dengan China, sama seperti ayahnya dulu. Tidak juga dekat dengan Amerika Serikat. Sara pernah ke AS pada tahun lalu mengikuti pelatihan kepemimpinan yang disponsori Departemen Luar Negeri AS.
”Kita cukup jadi pengamat isu China dan AS saja. Kita tetap harus berteman dengan negara lain selain mereka, sehingga kalau mereka memusuhi kita, masih banyak teman kita yang lain. Kalau semua negara tidak mau berteman, kita bisa jalan sendiri,” ujar Sara. (REUTERS)