Rendahnya akses negara berkembang terhadap vaksin Covid-19 memaksa WTO untuk memainkan peran sentral mendorong kesetaraan akses, melonggarkan pembatasan ekspora, dan pelepasan sementara paten vaksin Covid-19.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
GENEVA, KAMIS — Rendahnya vaksin Covid-19 yang sudah diberikan oleh negara ekonomi menengah ke bawah kepada rakyatnya akibat akses yang tidak merata membuat Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO mulai mengambil poisisi. WTO pun menggelar rapat tertutup dengan produsen farmasi, pemerintah, dan semua pemangku kepentingan terkait kesetaraan vaksin.
Dari sekitar 700 juta dosis vaksin Covid-19 global yang sudah didistribusikan, hanya 0,2 persen di antaranya yang diterima dan diberikan oleh negara ekonomi menengah ke bawah kepada penduduknya.
Dalam kesimpulan pidatonya, Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo-Iweala mengatakan, kekhawatiran soal rantai pasok lintas batas, termasuk larangan ekspor dan kekurangan tenaga terlatih, telah meyakinkan dirinya bahwa WTO harus memainkan peran sentral dalam respons terhadap pandemi.
”Dalam beberapa minggu dan bulan mendatang, kami mengharapkan tindak lanjut konkret. Isu ini tidak mudah, tetapi kemauan politik dan keterlibatan pihak swasta yang diperlihatkan hari ini menunjukkan hal ini mungkin dilakukan,” katanya, Rabu (14/4/2021).
Para anggota WTO, ujar Okonjo-Iweala, perlu melonggarkan pembatasan ekspornya dan bekerja sama mempermudah prosedur logistik dan kepabeanan.
Mereka juga harus menanggapi proposal negosiasi dari India dan Afrika Selatan yang didukung oleh 80 negara anggota WTO untuk sementara mengabaikan hak atas kekayaan intelektual (HaKI) perusahaan farmasi. Para anggota WTO telah membahas isu ini delapan kali tanpa ada terobosan berarti yang dihasilkan.
Negara-negara Barat berargumen perlindungan HaKI akan mendorong riset dan mengabaikannya tidak akan menghasilkan lonjakan pasokan vaksin.
Okonjo-Iweala mengatakan, dirinya berharap tujuan bersama akan membawa para pihak ke tengah untuk menemukan solusi yang bisa diterima oleh semua.
Dukungan
Dukungan pelepasan HaKI dalam vaksin Covid-19 datang dari berbagai tokoh dunia. Lebih dari 60 mantan kepala negara, termasuk mantan Perdana Menteri Inggris dan Presiden Perancis serta lebih dari 100 Penerima Hadiah Nobel menyerukan Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk mendukung pelepasan HaKI vaksin Covid-19.
Pelepasan sementara HaKI vaksin Covid-19 diyakini akan meningkatkan produksi dan mempercepat respons pandemi di negara-negara miskin yang harus menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkan vaksin jika HaKI masih diterapkan.
”Presiden Biden telah mengatakan bahwa tidak satu pun aman hingga semua aman dan sekarang menjelang pertemuan G-7 ada peluang untuk menunjukkan kepemimpinan yang hanya bisa dilakukan oleh AS,” kata mantan Perdana Menteri Inggris Gordon Brown.
Dalam surat terbukanya, para tokoh dunia itu meminta Biden untuk mendukung proposal Afrika Selatan dan India di WTO yang mengajukan pelepasan sementara HaKI vaksin dan terapi Covid-19. Disebutkan pula, berdasarkan kecepatan produksi vaksin saat ini, mayoritas negara miskin harus menunggu sampai setidaknya tahun 2024 untuk mencapai tingkat vaksinasi Covid-19 yang diinginkan.
Dirjen WTO mendesak produsen vaksin untuk meningkatkan transfer teknologi untuk meningkatkan kapasitas produksi dan transparan dalam kontrak dan penetapan harga. Produsen vaksin dimaksud adalah Pfizer-BioNTech, Moderna, Johnson & Johnson, serta AstraZeneca.
Perwakilan Dagang AS Katherine Tai menyampaikan, jurang antara negara maju dan berkembang dalam akses terhadap obat-obatan yang sebelumnya terjadi dalam krisis AIDS ”benar-benar tidak bisa diterima” dan tidak boleh terulang. Namun, kenyataannya, sekali lagi, pasar gagal memenuhi kebutuhan kesehatan negara-negara berkembang.
”Sebagai pemerintah dan pemimpin lembaga internasional, kita dituntut untuk menunjukkan keberanian dan pengorbanan tertinggi di saat krisis. Tuntutan yang sama juga ditujukan pada industri,” kata Katherine.
Kamar Dagang AS menyatakan, pernyataan Katherine tidak adil karena pengembangan vaksin Covid-19 dalam setahun terakhir sudah dilakukan dengan cepat, produksi juga besar, dan lebih dari 260 perjanjian kemitraan sudah ditandatangani untuk produksi dan distribusi.
”Industri sudah melakukan bagiannya dengan berinvestasi dalam riset dan pengembangan selama puluhan tahun,” ujar Patrick Kilbride, Wakil Presiden Senior Pusat Kebijakan Inovasi Global, Kamar Dagang AS. (REUTERS)