Permintaan Domestik dan Ekspor Dorong Ekonomi China
Permintaan domestik dan mancanegara menopang pemulihan ekonomi China di awal tahun ini. Namun Perdana Menteri China Li Keqiang tetap memperingatkan adanya ketidakpastian baru atas pemulihan ekonomi negerinya.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
BEIJING, RABU — Ekonomi China diperkirakan tumbuh pada level mendekati 20 persen pada tiga bulan pertama tahun ini dengan dorongan permintaan domestik dan mancanegara di tengah penanggulangan pandemi Covid-19. Namun, Beijing berupaya tetap mencoba konservatif dan cenderung hati-hati menghadapi kemungkinan ketidakpastian ekonomi yang tetap tinggi.
Proyeksi secara rata-rata oleh para ekonom dari 15 institusi global yang disurvei AFP dan dirilis pada Rabu (14/4/2021) memperlihatkan ekonomi China sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua tumbuh 18,7 persen pada triwulan I-2021. Pemerintah China sendiri memperkirakan ekonominya pada tiga bulan pertama tahun ini akan tumbuh hingga 19 persen. Menjadi tempat pertama ditemukannya virus korona tipe baru penyebab Covid-19 pada akhir 2019, China juga yang tercepat bangkit kembali ekonominya setelah pihak berwenang memberlakukan penguncian yang ketat dan langkah-langkah pengendalian virus.
Data resmi kinerja ekonomi China terbaru akan dirilis pada Jumat (16/4/2021) nanti. Para analis juga memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) China untuk sepanjang tahun 2021 ini akan menjadi 8,5 persen. Angka itu jauh lebih tinggi dari target konservatif para pemimpin China, yakni di atas 6 persen. Proyeksi itu akan jauh lebih tinggi dari capaian pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2020, yakni di angka 2,3 persen. China adalah satu-satunya negara di dunia yang mampu tumbuh positif ekonominya tahun lalu.
”Indikator bulanan yang dirilis baru-baru ini semuanya mengarah pada pemulihan kuat berkelanjutan di China pada triwulan pertama,” kata Christina Zhu, ekonom di Moody\'s Analytics. ”Hasil produksi tumbuh dengan kuat sementara permintaan eksternal dan domestik juga terus meningkat.” Ekonom senior Rabobank, Raphie Hayat, juga menyatakan lonjakan dramatis ekonomi China juga sebagian besar didorong oleh dasar perbandingan yang rendah dengan tahun lalu. Pandemi Covid-19 membuat sebagian besar aktivitas bisnis terhenti sepanjang tahun lalu.
Tahun Baru Imlek tahun ini juga memberi dorongan pada prospek ekonomi China. Imlek biasanya adalah periode ketika pekerja melakukan perjalanan ke seluruh negeri untuk mengunjungi keluarga dan teman mereka.
Tahun Baru Imlek tahun ini juga memberi dorongan pada prospek ekonomi China. Imlek biasanya adalah periode ketika pekerja melakukan perjalanan ke seluruh negeri untuk mengunjungi keluarga dan teman mereka. Tahun ini para pekerja mengindahkan seruan pihak berwenang untuk tetap tinggal di kota tempat mereka bekerja supaya mencegah penyebaran virus korona tipe baru. Gene Ma, kepala penelitian China di Institute of International Finance, menilai kondisi itu memungkinkan perusahaan, terutama yang besar, meningkatkan hasil pabrik dan terus memenuhi pesanan mereka.
Namun Perdana Menteri China, Li Keqiang memperingatkan adanya ketidakpastian baru atas pemulihan ekonomi global dan China. Beijing pun ingin mempertahankan pandangan yang hati-hati terhadap prospek ekonominya. Beijing berupaya mempertahankan dukungan fiskal dan moneter yang diperlukan.
”Basis yang rendah pada periode yang sama tahun lalu telah membawa faktor-faktor yang tidak ada bandingannya, lingkungan internasional yang kompleks dan parah saat ini telah menambah ketidakpastian baru, pemulihan ekonomi domestik tidak seimbang," kata Li kepada forum ekonom dan pengusaha China, sebagaimana dikutip media South China Morning Post. Forum itu digelar pada Jumat (9/4/2021) pekan lalu dan dirilis Pemerintah China pada Minggu (11/4/2021).
Li menyatakan pihaknya akan memperkuat regulasi pasar bahan mentah untuk mengurangi tekanan biaya perusahaan. Komentar itu menyusul munculnya peringatan langka yang dikeluarkan sehari sebelum pertemuan bisnis itu. Adalah Komisi Stabilitas dan Pembangunan Keuangan China, yang dipimpin Wakil Perdana Menteri Liu He, penasihat ekonomi utama Presiden Xi Jinping, yang memperingatkan mengenai potensi kenaikan harga komoditas.
Pada bulan Maret lalu, indeks harga produsen resmi negara yang mencerminkan harga yang dikenakan pabrik kepada grosir untuk produk mereka naik 4,4 persen dari tahun sebelumnya. Secara bulanan harganya juga naik sekitar 1,7 persen. Biro Statistik Nasional China menyatakan, kenaikan ke level tertinggi sejak Juli 2018 ini sebagai akibat dari kenaikan harga komoditas yang disengaja dari minyak mentah ke bijih besi impor.
Ekonom dan perwakilan bisnis pada pertemuan dengan Li itu mengatakan bahwa ”kenaikan tajam harga komoditas internasional telah membawa tekanan besar pada perusahaan untuk meningkatkan biaya mereka”. Li menegaskan kembali bahwa tidak akan ada perubahan tajam dalam kebijakan. Ia memastikan pihaknya akan ”menjaga kesinambungan, stabilitas, dan keberlanjutan kebijakan makro”.
Perdagangan melonjak
Data perdagangan China melonjak pada Maret. Hal itu menjadi penanda kuat bahwa pemulihan global dari pandemi Covid-19 berjalan dengan baik saat vaksinasi terus digalakkan secara global. Ekspor China naik 30,6 persen pada Maret dibanding periode sama pada tahun sebelumnya. Impor China juga melonjak 38,1 persen, kali ini mengalahkan ekspektasi, menjadikan surplus perdagangan senilai 13,8 miliar dollar AS untuk bulan tersebut.
Media Bloomberg menyatakan, China telah diuntungkan dari melonjaknya permintaan global untuk barang-barang medis dan peralatan kerja dari rumah selama pandemi. Data terbaru menunjukkan momentum ekspor tetap kuat setelah rekor kenaikan di bulan Februari, sebuah tanda bahwa pembalikan arah secara positif di tingkat global membantu memacu permintaan di China. Organisasi Perdagangan Dunia pada bulan lalu menaikkan perkiraan pertumbuhan perdagangan global menjadi 8 persen tahun ini, yang akan menjadi laju tercepat sejak 2010. (AFP/REUTERS)