Iran Diduga di Balik Serangan terhadap Kapal Komersial Israel
Hyperion Ray, kapal kargo Israel, mengalami ledakan di Fujairah, Uni Emirat Arab. Militer Iran diduga berada di balik ledakan itu.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
DUBAI, RABU — Hyperion Ray, sebuah kapal komersial yang dioperasikan oleh perusahaan Israel, diserang saat tengah berada tidak jauh dari Pelabuhan Fujairah, Uni Emirat Arab. Sejumlah pihak menduga Iran berada di balik serangan ini.
Kabar adanya serangan ini disampaikan sebuah media pro-Iran dan saluran televisi Israel, Selasa (13/4/2021). Saluran televisi Israel, Channel 12, mengutip seorang pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya menyatakan, Pemerintah Iran berada di balik serangan ini dan menyebutkan kapal tersebut diserang oleh roket milik militer Iran. Meski ada ledakan, tidak ada korban jiwa dan kapal telah melanjutkan perjalanannya.
Laporan adanya ledakan juga dikonfirmasi oleh dua pejabat keamanan maritim UEA. Namun, tidak ada pernyataan resmi dari lembaga berwenang ataupun Pemerintah UEA atas insiden tersebut.
Pejabat di kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Kementerian Pertahanan Israel menolak mengomentari insiden tersebut. Juru Bicara Kementerian Transportasi Israel menyatakan mengetahui laporan tersebut, tetapi tidak dapat memastikannya.
Data pelacakan kapal menunjukkan bahwa Hyperion Ray, kapal pengangkut kendaraan berbendera Bahama, tengah dalam perjalanan menuju Fujairah, setelah singgah di Pelabuhan Mina Al Ahmadi, Kuwait. Kapal yang memiliki panjang hampir 200 meter dan lebar sekitar 36 meter ini dioperasikan oleh perusahaan Israel, Ray Shipping, yang juga mengoperasikan kapal kargo lainnya, Helios Ray.
Helios Ray sendiri juga mengalami serangan, diduga dilakukan oleh militer Iran, pada Februari lalu. Serangan terhadap Helios terjadi ketika kapal itu berada di lepas pantai Oman, ketika dalam perjalanan dari Arab Saudi menuju Singapura.
Operasi Perdagangan Maritim Inggris (UKMTO) mengatakan dalam pemberitahuan peringatan bahwa mereka mengetahui kemungkinan insiden di dekat Fujairah dan bahwa penyelidikan sedang berlangsung.
Insiden Selasa (13/4/2021) terjadi di tengah naiknya suhu politik antara kedua negara. Pemerintah Iran menuding badan intelejen Israel Mossad berada di balik ledakan pada fasilitas nuklir mereka di Natanz. Pemerintah Iran menjanjikan akan membalas sabotase itu tanpa memberikan detail tindakan balasan yang akan diambil.
Sebelum insiden di Fujairah, serangan terhadap kapal kargo, baik berbendera Israel maupun Iran, terjadi beberapa kali. Bulan lalu, sebuah kapal kontainer Iran rusak dalam serangan di Laut Mediterania, dua minggu setelah kapal milik Israel, MV Helios Ray diserang di Teluk Oman.
Pekan lalu, sebelum peristiwa di Fujairah, sebuah serangan terhadap kapal kargo Iran yang terafiliasi dengan Korps Garda Revolusi, Saviz, terjadi di Laut Merah. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengonfirmasi adanya serangan terhadap kapal kargo mereka, yang juga dicurigai sebagai pendukung operasi militer Angkatan Laut Iran. Pemerintah Israel menyatakan bertanggung jawab atas serangan terhadap Saviz.
Insiden tersebut terjadi sejak Presiden Amerika Serikat Joe Biden menjabat pada Januari dengan komitmen untuk bergabung kembali dengan Kesepakatan Nuklir 2015 atau JCPOA. Namun, dalam perjalanannya, belum ada pernyataan resmi kedua negara bahwa mereka menerima tawaran kesepakatan, termasuk mengenai pengurangan sanksi tertentu yang ditawarkan oleh Pemerintah AS.
Sebaliknya, dengan insiden di Natanz, Pemerintah Iran menyatakan, akan terus melakukan pengayaan uranium hingga kemurnian 60 persen, mendekati kemurnian 90 persen yang bisa membawa Iran menjadi pemiliki senjata nuklir baru di Timur Tengah menyusul Israel. (AFP/REUTERS)