Biden Kirim Delegasi ke Taiwan untuk Perkuat Dukungan
Presiden AS Joe Biden mengirim tiga orang kepercayaannya mengunjungi Taiwan, menunjukkan sinyalemen dukungan terhadap keberadaan negara itu dari ancaman China.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
WASHINGTON, RABU — Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengirimkan utusan tidak resmi ke Taiwan di tengah ancaman serius dari Pemerintah China untuk mencaploknya. Utusan resmi itu menandai 42 tahun Undang-Undang Hubungan Taiwan sekaligus untuk memperkuat sinyal dukungan bagi keberadaan negara itu dari ancaman China.
Tiga utusan tidak resmi AS, yaitu mantan senator Christopher Dodd, mantan Wakil Menteri Luar Negeri AS Richard Armitage dan James Steinberg, ditunjuk langsung oleh Biden adalah orang-orang yang memiliki kedekatan hubungan dengan Taiwan.
”Sekali lagi kunjungan ini menunjukkan hubungan yang kuat antara Taiwan dan Amerika Serikat. Kuat seperti batu,” kata Juru Bicara Kantor Kepresidenan Taiwan Xavier Chang, Selasa (13/4/2021).
Menurut rencana, ketiga utusan Gedung Putih akan tiba di Taipei pada Rabu (14/4/2021) sore waktu setempat. Kantor kepresidenan Taiwan mengatakan, Presiden Tsai Ing-wen akan bertemu dengan delegasi pada Kamis pagi.
Taiwan, negara pulau yang didiami 23 juta orang, berada dalam ancaman invasi Beijing secara terus-menerus. Seusai mengubah Hong Kong dan mengubah sistem pemerintahan demokratisnya, Taiwan menjadi incaran China. Pemerintah Presiden Xi Jinping menggunakan tekanan diplomatik, ekonomi, dan militer untuk menjaga Taiwan tetap terisolasi di panggung dunia dan selalu membungkam setiap kali negara mengirim delegasi atau memelihara kontak dengan Taiwan.
Selama setahun terakhir, ancaman Beijing meningkat pesat dengan jet tempur China dan pengebom berkemampuan nuklir melanggar zona pertahanan udara Taiwan hampir setiap hari. Pada Senin (12/4/2021), pelanggaran yang dilakukan oleh Angkatan Udara China mencapai rekor setelah 25 jet dan pengebom militer China menembus zona pertahanan Taiwan.
Kunjungan tersebut terlaksana setelah pada Jumat pekan lalu, Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan pedoman baru yang memungkinkan pejabat AS lebih mudah bertemu dengan mitranya dari Taiwan. Selain itu, Biden saat awal-awal menjadi senator ikut menyetujui dan menandatangani UU Hubungan AS-Taiwan yang melandasi kedekatannya secara psikologis dengan negara tersebut.
Seorang pejabat senior pemerintahan Biden mengatakan, hal-hal itulah yang mendasari kunjungan utusan Pemerintah AS ke Taiwan. ”Ini adalah sinyal pribadi dari presiden bahwa AS mendukung Taiwan. Pemilihan ketiga individu ini—negarawan senior yang merupakan teman lama Taiwan dan secara pribadi dekat dengan Presiden Biden—mengirimkan sinyal penting tentang komitmen AS terhadap Taiwan dan demokrasinya,” kata pejabat tersebut.
Peringatan China
Kunjungan itu sendiri dipastikan akan menjadi perhatian khusus China setelah Beijing, akhir pekan lalu, memperingatkan bahwa setiap kebijakan Gedung Putih terhadap Taipei akan memberi konsekuensi tersendiri.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian akhir pekan lalu mengingatkan Gedung Putih agar tidak ”bermain api” dengan isu Taiwan ini.
”China mendesak Amerika Serikat untuk tidak bermain api dengan masalah Taiwan, menghentikan segala bentuk kontak resmi AS-Taiwan, menangani masalah tersebut dengan hati-hati dan tepat, dan tidak mengirimkan sinyal yang salah kepada pasukan kemerdekaan Taiwan agar tidak mempengaruhi dan mempengaruhi secara subversif serta merusak hubungan China-AS dan perdamaian dan stabilitas di seluruh Selat Taiwan,” papar Zhao.
Dalam tanggapan tertulis kepada Reuters tentang pernyataan Blinken, Kementerian Luar Negeri China mengatakan pemerintah memiliki tekad mutlak untuk melindungi kedaulatan negara. ”Jangan berdiri di sisi berlawanan dari 1,4 miliar orang China,” ujarnya.
Kementerian Pertahanan Taiwan pada hari Selasa melaporkan intrusi lebih lanjut oleh jet China ke zona identifikasi pertahanan udaranya (ADIZ)—empat jet tempur J-16 dan sebuah pesawat perang anti-kapal selam.
Pada hari Senin, Taiwan mengatakan 25 pesawat angkatan udara China termasuk pesawat tempur dan pengebom berkemampuan nuklir memasuki ADIZ, pelanggaran wilayah pertahanan terbesar yang dilaporkan hingga saat ini.
Taiwan adalah masalah teritorial dan diplomatik paling sensitif bagi Beijing dan sumber reguler perselisihan AS-China. China tidak pernah menolak penggunaan kekuatan untuk membawa pulau yang diperintah secara demokratis di bawah kendalinya.
Mantan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, beberapa saat sebelum masa jabatannya berakhir mengumumkan pencabutan pembatasan kontak antara pejabat AS dan rekan-rekan Taiwan mereka.
Sementara, meski Washington secara resmi mengakui Beijing daripada Taipei, seperti kebanyakan negara, AS adalah pendukung dan penjual senjata internasional terpenting bagi Taiwan, mulai dari pesawat tempur F-16 hingga teknologi kapal selam. Berdasarkan UU Hubungan AS-Taiwan, AS diwajibkan oleh hukum untuk menyediakan pulau itu sarana untuk mempertahankan diri.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan pulau itu adalah negara merdeka bernama Republik Tiongkok, nama resminya, dan dia akan mempertahankan kebebasan dan keamanannya.
Walau saling berhadapan dalam isu Taiwan, Pemerintah AS berharap pintu kerja sama tetap terbuka dengan Beijing. Utusan Khusus Pemerintah AS soal Iklim John Kerry yang akan berkunjung ke China pekan ini berharap kerja sama menangani perubahan iklim tidak terganggu meski kedua negara memiliki ketidaksepakatan dalam bidang yang lain.
”Kami memiliki ketidaksepakatan besar dengan China mengenai beberapa masalah utama, tentu saja. Akan tetapi, masalah iklim harus berdiri sendiri,” kata Kerry kepada CNN. (AFP/REUTERS)