AS Tarik Seluruh Pasukannya dari Afghanistan Sebelum 11 September 2021
Setelah mundur beberapa bulan, Presiden AS Joe Biden akhirnya akan mengumumkan penarikan mundur pasukan AS dari Afganistan yang akan dimulai Mei mendatang.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
WASHINGTON, RABU — Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Selasa (13/4/2021), menyatakan akan menarik seluruh pasukan militernya dari Afghanistan yang berjumlah sekitar 2.500 personel sebelum peringatan 20 tahun peristiwa serangan 11 September mendatang. Langkah ini akan mengakhiri perang terpanjang AS walaupun ada kekhawatiran akan kemenangan Taliban.
Tenggat penarikan mundur yang ditetapkan tersebut hanya molor sektiar lima bulan dari yang sudah disepakati oleh Presiden Donald Trump dengan Taliban. Penarikan mundur ini akan diumumkan Biden pada Rabu (14/4/2021) waktu setempat.
Sebelumnya, Biden telah memikirkan masa depan sisa kekuatan militer AS yang ada di Afghanistan, apakah akan dipakai untuk menyerang Al Qaeda, menekan ancaman dari Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), atau menyerahkan kepastian penarikan mundur pada perkembangan di lapangan atau negosiasi damai yang berjalan lambat.
Pada akhirnya, Biden memutuskan untuk tidak menjalani itu semua dan justru akan menginstruksikan penarikan seluruh personel militer dengan menyisakan personel terbatas untuk menjaga fasilitas AS, termasuk kedutaan besar di Kabul.
”Presiden telah menilai bahwa pendekatan berbasis kondisi yang telah diambil selama dua dekade ini, adalah penyebab pasukan tinggal di Afghanistan selamanya,” kata seorang pejabat AS.
Perang AS di Afghanistan selama dua dekade telah menelan korban jiwa lebih dari 2.200 personel militer AS dan melukai 20.000 lainnya. Perang ini juga menghabiskan biaya 1 triliun dollar AS.
Di bawah kesepakatan pemerintahan Trump dengan Taliban pada Februari 2020, seluruh pasukan AS akan meninggalkan Afghanistan pada Mei 2021 ini. Hal itu sebagai imbalan atas janji para kelompok pemberontak untuk tidak mendukung Al Qaeda dan kelompok ekstrem lainnya yang menjadi alasan invasi AS tahun 2001.
Pemerintahan Biden mengatakan, penarikan pasukan akan dimulai Mei mendatang dan keterlambatan proses ini terutama disebabkan oleh faktor logistik. Kemungkinan besar seluruh pasukan telah meninggalkan Afghanistan sebelum 11 September.
Keputusan Biden ini tetap memiliki risiko berupa serangan balasan Taliban terhadap pasukan AS dan Afghanistan. Jika ini terjadi, akan kembali meningkatkan eskalasi perang dan memicu keterbelahan sikap soal keterlibatan AS dalam perang di Afghanistan.
Berdasarkan laporan komunitas intelijen, prospek tantangan kesepakatan damai tahun depan di Afghanistan ”rendah” dan memperingatkan bahwa ”Taliban kemungkinan akan mengambil untung di medan perang jika pasukan AS mundur”.
Seorang pejabat AS yang tidak mau disebutkan namanya memperingatkan Taliban untuk tidak menyerang pasukan koalisi ketika militer AS meninggalkan Afghanistan. Setiap serangan yang terjadi ”akan kami balas dengan keras”.
Pertarungan kemungkinan besar akan berlanjut. Laporan penilaian ancaman yang dipublikasikan oleh Direktur Intelijen Nasional menyebutkan, Taliban ”percaya diri mereka bisa meraih kemenangan militer”.
Pada saat yang sama, Taliban mengumumkan bahwa mereka tidak akan menghadiri pertemuan puncak perdamaian Afghanistan di Turki bulan depan sampai seluruh pasukan asing meninggalkan Afghanistan.
”Hingga seluruh pasukan asing ditarik mundur dari tanah air kami, kami tidak akan berpartisipasi dalam konferensi apa pun yang akan mengambil keputusan soal Afghanistan,” cuit Mohammad Naeem, juru bicara Taliban di Qatar. (AFP/AP)