Untuk pertama kali seorang pakar kesehatan China secara tidak langsung mengakui rendahnya efikasi vaksin Covid-19 buatan China dan antibodi yang dihasilkannya.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
BEIJING, SENIN — Otoritas China secara resmi mempertimbangkan pemberian kombinasi vaksin Covid-19 untuk meningkatkan level efikasinya. Hal ini dilontarkan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit China Gao Fu. Gao mengatakan, pemberian dosis vaksin yang berbeda adalah satu cara untuk meningkatkan vaksin yang ”tidak memiliki tingkat perlindungan yang tinggi”.
Data memperlihatkan bahwa vaksin Covid-19 buatan China yang dikembangkan oleh Sinovac dan Sinopharm memiliki tingkat efikasi lebih rendah dibandingkan dengan vaksin Covid-19 dari Pfizer dan Moderna. Namun, vaksin Covid-19 dari China lebih mudah disimpan karena tidak memerlukan penyimpanan super dingin.
”Memberikan vaksin yang dikembangkan dengan teknik berbeda sedang dipertimbangkan,” kata Gao dalam sebuah konferensi di Kota Chengdu, China, Sabtu (10/4/2021).
Gao mengatakan, mengambil langkah-langkah untuk ”mengoptimalkan” proses vaksinasi termasuk mengubah jumlah dosis dan interval antardosis adalah solusi ”yang pasti” untuk mengatasi masalah efikasi.
Para pakar umumnya sepakat bahwa mengombinasikan vaksin Covid-19 berbeda harus aman. Uji klinis terkait hal ini sedang berjalan di Inggris dan beberapa negara lain untuk mengetahui apakah kombinasi vaksin akan memberikan perlindungan yang lebih baik.
Akan tetapi, kepada Global Times, Gao menolak laporan sejumlah media yang menyebutkan bahwa dirinya telah mengatakan tingkat perlindungan vaksin Covid-19 China rendah. ”Itu benar-benar ”kesalahpahaman yang sempurna,” ujarnya.
Berdasarkan data uji klinis fase III di Brasil, efikasi dua dosis vaksin Covid-19 buatan Sinovac Biotech China ketika diberikan dengan interval antardosis tidak lebih dari tiga minggu adalah 49,1 persen atau lebih rendah dari standar efikasi 50 persen yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Namun, data dari subkelompok partisipan riset memperlihatkan bahwa angka efikasi meningkat menjadi 62,3 persen apabila dua dosis vaksin diberikan dengan interval waktu tiga minggu atau lebih. Angka efikasi vaksin Sinovac secara keseluruhan dalam uji klinis sedikit di atas 50 persen.
South China Morning Post edisi Sabtu (10/4), melaporkan, Tao Lina, pakar vaksin di Shanghai yang juga hadir dalam konferensi di Chengdu, mengatakan, Gao membandingkan vaksin Covid-19 yang dikembangkan dengan teknik inaktivasi dan vaksin yang dikembangkan dengan metode mRNA yang merupakan teknik genetika canggih.
”Tingkat antibodi yang dihasilkan dari vaksin kami lebih rendah dari vaksin Covid-19 mRNA dan data efikasi juga lebih rendah. Saya pikir ini adalah kesimpulan alami bahwa vaksin inaktivasi dan vaksin adenovirus kurang efektif dibandingkan dengan vaksin mRNA,” kata Tao.
Tao menambahkan, orang yang sudah menerima dua dosis vaksin Covid-19 inaktivasi bisa saja disarankan untuk diberi dosis ketiga dengan vaksin yang berbeda dari sebelumnya.
China telah mengembangkan empat vaksin Covid-19 untuk dipakai umum dan satu vaksin untuk situasi darurat dalam skala lebih kecil. Seorang pejabat mengatakan, China kemungkinan akan memproduksi tiga miliar dosis vaksin Covid-19 pada akhir tahun 2021.
Sementara itu, Sinopharm yang mengembangkan dua vaksin Covid-19 belum merilis data efikasinya yang mendetail. Berdasarkan hasil sementara efikasi kedua vaksin tersebut sebesar 79,4 persen dan 72,5 persen. Sementara CanSino menyebutkan efikasi vaksin Covid-19 mereka sebesar 75 persen.
Maret lalu, panel ahli WHO menyatakan bahwa dua produsen vaksin Covid-19 China, Sinovac dan Sinopharm, telah mempresentasikan data efikasi vaksin Covid-19 dalam uji klinis yang sesuai dengan prasyarat WHO.
Hingga kini China telah mengirim jutaan dosis vaksin Covid-19 mereka ke beberapa negara sambil memertanyakan aspek keamanan vaksin Covid-19 lain dan kemampuan logistik produsennya. (REUTERS)