Korea Selatan Lanjutkan Vaksinasi Covid-19 Menggunakan Vaksin dari AstraZeneca
Kejadian pembekuan darah pada beberapa penerima vaksin AstraZeneca di Eropa tidak menyurutkan Korea Selatan untuk memberikan vaksin tersebut kepada warganya yang berusia 30 tahun ke atas.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
SEOUL, MINGGU — Otoritas Korea Selatan menyatakan akan melanjutkan program vaksinasi Covid-19 pekan ini setelah memutuskan untuk tetap memakai vaksin dari AstraZeneca bagi penduduk usia 30 tahun ke atas yang memenuhi syarat, Sabtu (10/4/2021).
Sebelumnya, pada Rabu (7/4/2021), Korea Selatan sempat menangguhkan pemberian vaksin Covid-19 AstraZeneca kepada penduduk berusia di bawah 60 tahun saat Eropa mengkaji kejadian pembekuan darah pada penerima orang dewasa yang diberi vaksin tersebut.
Dalam pernyataannya, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Korea (KCDC) menyampaikan, penduduk berusia di bawah 30 tahun tetap tidak diikutkan dalam program vaksinasi Covid-19 yang akan kembali dimulai Senin (12/4/2021). Sebab, bagi kelompok usia tersebut, manfaat vaksin lebih kecil dari risikonya.
Ketua Komite Penasihat Pelaksanaan Imunisasi Korea Choi Eun-hwa mengatakan, ada tiga orang di Korea Selatan yang dilaporkan mengalami pembekuan darah setelah vaksinasi Covid-19, satu di antaranya dinyatakan terkait dengan vaksin Covid-19 yang diberikan.
Meski begitu, kasus pembekuan darah tersebut termasuk yang tidak serius, tidak seperti yang sedang dikaji oleh otoritas Eropa.
Menurut Choi, bagi mayoritas orang, risiko Covid-19 jauh lebih buruk dibandingkan kemungkinan efek samping vaksin yang sangat langka. Langkah terbaik untuk mengakhiri pandemi adalah memvaksin mereka yang memenuhi syarat.
Akan tetapi, ia juga mengatakan, manfaat vaksin bagi mereka yang berusia di bawah 30 tahun tidak begitu besar. ”Jadi, kami tidak akan merekomendasikan vaksin AstraZeneca untuk mereka,” katanya.
Menurut Winton Centre for Risk and Evidence Communication, University of Cambridge, rasio manfaat terhadap efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca meningkat pada orang dewasa tua. Pada kelompok usia ini, vaksin mampu mencegah kasus Covid-19 parah dan menurunkan angka perawatan.
AstraZeneca sendiri menyatakan bahwa berdasarkan hasil studinya tidak ditemukan adanya risiko pembekuan darah yang lebih besar akibat vaksin Covid-19. Jutaan dosis vaksin Covid-19 mereka sudah diberikan di seluruh dunia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun menyatakan bahwa manfaat vaksin Covid-19 AstraZeneca lebih besar dari efek sampingnya.
Sementara itu, China mempertimbangkan untuk mengombinasikan vaksin-vaksin Covid-19 yang ada untuk meningkatkan rendahnya efikasi dari vaksin yang ada. Otoritas harus ”mempertimbangkan cara mengatasi masalah bahwa efikasi vaksin yang ada rendah”, kata Gao Fu, Kepala Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit China, seperti dikutip media China, The Paper.
Menurut Gao, para pakar tidak boleh mengabaikan vaksin Covid-19 yang dikembangkan dengan teknik mRNA hanya karena sudah memberikan vaksin Covid-19 yang dikembangkan dengan teknik inaktivasi virus. Kombinasi penggunaan vaksin seperti ini juga sedang menjadi kajian para pakar di luar China.
Tidak ada satu pun vaksin Covid-19 buatan China yang dibuat dengan teknologi mRNA seperti vaksin dari Pfizer-BioNTech dan Moderna. Vaksin Covid-19 China dibuat memakai teknik inaktivasi virus.
Komentar Gao itu menjadi yang pertama dari pakar kesehatan China yang menyinggung rendahnya efikasi vaksin Covid-19 China.
China telah memberikan sekitar 161 juta dosis vaksin sejak program vaksinasi Covid-19 digelar tahun lalu. China mengejar target untuk memvaksin 40 persen dari 1,4 miliar jiwa populasinya.
Di Eropa, Menteri Kesehatan Perancis Olivier Veran mengatakan, negaranya memperpanjang jeda waktu pemberian dosis pertama dan kedua vaksin Covid-19 dari semula empat minggu menjadi enam minggu untuk mempercepat vaksinasi mulai 14 April nanti.
Perancis telah memberikan izin penggunaan vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech dan Moderna yang berbasis mRNA. Veran juga mengatakan bahwa mulai pekan depan vaksin AstraZeneca akan bisa diberikan kepada seluruh penduduk berusia 55 tahun ke atas, tidak hanya yang memiliki kondisi penyerta. (REUTERS/AFP)