Tarik menarik permintaan vaksin Covid-19 kepada Serum Institute of India dari Covax dan India membuat penyediaan vaksin Covid-19 global semakin pelik.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
NEW DELHI, JUMAT – Pasokan vaksin Covid-19 global semakin pelik menyusul Serum Institute of India atau SII secara hukum tetap memiliki kewajiban untuk mengirim vaksin Covid-19 mereka ke fasilitas Covax. Hal ini akan mengganggu upaya SII untuk memenuhi kebutuhan domestik India.
India yang kini menghadapi lonjakan kasus Covid-19, sejak bulan lalu menunda semua ekspor vaksin Covid-19 untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Hal ini membuat SII sebagai produsen vaksin terbesar di dunia mengalihkan hampir seluruh produksi vaksin Covid-19 mereka untuk pasar dalam negeri.
Semula India menargetkan hingga Agustus mendatang vaksinasi Covid-19 mencakup 300 juta dari 1,3 miliar populasinya yang merupakan kelompok usia berisiko tinggi. Tapi, setelah kasus Covid-19 melonjak dalam beberapa minggu ini pemerintah India menambah sasaran vaksinasinya untuk 100 juta orang. Situasi tersebut kian memberikan tekanan pada SII.
"Perjanjian itu secara hukum mengikat dan menjadi dasar bagi dokumen pengalokasian putaran pertama yang telah disampaikan kepada seluruh pihak terkait,” kata jurubicara Gavi dalam surat elektroniknya, Jumat (9/4/2021).
Perjanjian Gavi dengan SII menyebut secara khusus bahwa Gavi akan menerima 1,1 miliar dosis vaksin Covid-19 dari SII, baik vaksin AstraZeneca maupun Novavax. Dari jumlah dosis itu, 200 juta dosis di antaranya adalah komitmen pasti dan selebihnya adalah pilihan.
Mitra SII, yaitu AstraZeneca, telah mengeluarkan pemberitahuan legal atas keterlambatan pengiriman bahkan di saat banyak negra bagian di India berteriak kekurangan vaksin.
Gavi menyebutkan bahwa kesepakatannya dengan SII mulai berlaku ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyetujui pemberian AstraZeneca pada 15 Februari 2021. “SII telah berjanji bahwa sambil menyuplai India, mereka akan memprioritaskan Covax sebagai solusi multilateral bagi kesetaraan distribusi,” kata Gavi.
Covax menanti pengiriman lebih dari 100 juta dosis vaksin Covid-19 dari SII pada Februari-Mei 2021 di luar pasokannya untuk India. Namun, sampai sekarang mereka baru menerima hanya 18,2 juta dosis. Gavi juga menyebutkan bahwa SII telah mengirim tambahan 10 juta dosis vaksin Covid-19 kepada India melalui mekanisme Covax.
Baik Gavi maupun SII tidak memberikan tanggapannya atas sengkarut perjanjian pasokan vaksin Covid-19 ini.
Pekan ini CEO SII Adar Poonawala, mengatakan, India bisa melanjutkan ekspor vaksin Covid-19 mulai Juni 2021. SII juga telah meminta hibah sebesar 403 juta dollar dari New Delhi untuk meningkatkan kapasitas produksi bulanannya hingga lebih dari 100 juta dosis pada akhir Mei nanti.
Pada Kamis (8/4/2021), Kementerian Luar Negeri India mengatakan, permintaan dalam negeri India akan menentukan sejauh mana ekspor India.
Sementara itu, Australia menggelar rapat kabinet untuk merancang program vaksinasi yang baru setelah tiba-tiba mengubah kebijakan dan merekomendasikan penduduk di bawah usia 50 tahun akan mendapatkan vaksin Covid-19 dari Pfizer bukan AstraZeneca yang menimbulkan risiko pembekuan darah.
Perdana Menteri Scott Morrison pun mengumumkan bahwa rencana untuk memvaksin 25 juta penduduk hingga Oktober 2021 akan terganggu.
Selain Australia, Hong Kong pun menunda pengiriman vaksin Covid-19 AstraZeneca tahun ini karena alasan adanya risiko kejadian ikutan pascaimunisasi berupa pembekuan darah. Hong Kong telah memesan 7,5 juta dosis vaksin Covid-19 dari AstraZeneca yang dijadwalkan tiba pada semester kedua 2021.
Menteri Kesehatan Hong Kong Sophia Chan mengatakan, Hong Kong memiliki pasokan vaksin Covid-19 yang cukup dengan 15 juta dosis vaksin dari Pfizer-BioNTech dan Sinovac. “Bahkan jika kita menandatangani perjanjian pra-pembelian dengan AstraZeneca, kami yakin bahwa vaksin AstraZeneca tidak perlu dikirim ke Hong Kong agar tidak terjadi pemborosan vaksin di saat dunia masih kekurangan,” ujarnya.
Adapun Menteri Kesehatan Perancis Olivier Veran menyampaikan, otoritas pengawas obat negara itu – the Haute Autorite de la Sante (HAS) – harus mengatakan bahwa penerima dosis pertama vaksin Covid-19 AstraZeneca yang di bawah 55 tahun harus mendapat dosis kedua vaksin Covid-19 yang dikembangkan dengan teknik mRNA yang lain.
Sebuah sumber mengatakan bahwa ada dua vaksin Covid-19 dengan teknik mRNA yang dipakai di Perancis, yaitu dari Pfizer-BioNTEch dan Moderna. (REUTERS)