Eropa Kaji Efek Samping Vaksin Johnson & Johnson dan Astrazeneca
Badan Pengawas Obat Eropa tengah mengkaji laporan adanya efek samping vaksin Johnson & Johnson dan Astrazeneca. Sementara FDA memberikan lampu hijau penggunaan kedua jenis vaksin tersebut.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
BRUSSELS, SABTU — Badan Pengawas Obat Eropa saat ini tengah mengkaji data dan informasi terkait pengentalan darah pada empat warga negara Amerika Serikat yang baru saja menjalani vaksinasi menggunakan produk vaksin Covid-19 yang dikembangkan Johnson & Johnson. Selain itu, EMA juga mengkaji kasus yang sama yang terjadi setelah pasien menjalani vaksinasi menggunakan vaksin yang dikembangkan Astrazeneca.
Badan Pengawasan Obat Eropa (EMA) dalam pernyataannya menyebutkan, dari empat kasus pengentalan darah serius dan jumlah trombosit rendah yang ditemukan setelah menerima vaksin buatan Johnson & Johnson, tiga di antaranya terjadi di AS. Dengan tambahan empat kasus pengentalan darah, ini merupakan tambahan ”kasus” yang terjadi setelah satu orang pasien meninggal karena gangguan pembekuan darah saat proses uji klinis vaksin Johnson & Johnson.
Pernyataan EMA tersebut menyusul penyelidikan atas kasus pengentalan darah pada otak yang dilaporkan terjadi pada beberapa orang yang diberi vaksin Astrazeneca. Temuan-temuan di lapangan seperti itu telah mendorong beberapa negara, di antaranya Perancis, mengubah rekomendasinya dan menunda penggunaan vaksin Astrazeneca kepada warganya.
Bahkan, Menteri Kesehatan Perancis Olivier Veran menyatakan, warga Perancis yang berusia di bawah 55 tahun yang telah menjalani vaksinasi pertama menggunakan vaksin buatan AstraZeneca akan menjalani vaksinasi ke dua dengan vaksin yang berbeda.
Dalam laporannya, Jumat (9/4), Komite Keamanan EMA menyatakan, pengentalan darah yang tidak biasa terkait dengan rendahnya tingkat trombosit darah harus disebutkan sebagai efek samping yang sangat langka dari vaksin Astrazeneca.
Selain masalah pengentalan darah, Komite Keamanan EMA juga tengah menyelidiki laporan dugaan sindrom kebocoran katup kapiler jantung yang menyebabkan pembengkakan pembuluh darah dan penurunan tekanan darah pada lima orang yang mendapatkan vaksin Astrazeneca. Panel keamanan mengatakan, tidak jelas apakah ini terkait dengan vaksin atau tidak. Astrazeneca tidak segera menanggapi permintaan komentar mengenai hal itu.
Ian Douglas, profesor farmakoepidemiologi pada London School of Hygiene & Tropical Medicine, mengatakan, laporan itu adalah bagian dari proses normal yang harus dilakukan Komite Keamanan EMA untuk meninjau produk obat-obatan saat situasi penting muncul. Meski menilai terlalu dini untuk menyimpulkan dampak negatif dari dua vaksin tersebut terhadap penerimanya, menurut Douglas, tindakan Komite Keamanan EMA sudah tepat.
”Masih terlalu dini untuk mengomentari sinyal kebocoran kapiler dengan vaksin Astrazeneca atau kasus pengentalan darah dengan vaksin Janssen (buatan Johnson & Johnson). Akan tetapi, dari apa yang telah kita lihat dalam beberapa minggu terakhir, PRAC (Komite Penilaian Risiko Farmakovigilans) EMA pasti akan menilai semua bukti yang mereka miliki selengkap dan secepat mungkin,” tuturnya.
Beberapa negara di Eropa dan Asia telah membatasi penggunaan vaksin Astrazeneca, Vaxzevria, pada orang yang lebih muda setelah pembaruan oleh regulator UE dan Inggris pekan ini yang menemukan hubungan antara penggunaan vaksin dan dampaknya. Namun, pada saat yang sama, regulator mengatakan manfaat vaksin lebih besar daripada risikonya.
Sebaliknya, dalam pandangan Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), mereka belum menemukan hubungan sebab akibat antara vaksin Johnson & Johnson dan pengentalan darah. ”Saat ini, kami belum menemukan hubungan sebab akibatnya dan kami melanjutkan penyelidikan dan penilaian kami terhadap kasus ini,” kata FDA dalam pernyataannya, Jumat (9/4).
FDA menyatakan, telah mendapatkan informasi yang sama soal warga yang terkena efek samping vaksinasi. Namun, terlalu dini mengambil kesimpulan bahwa efek samping itu akibat dari penggunaan vaksin yang dikembangkan Johnson & Johnson. ”Kedua kondisi tersebut dapat memiliki banyak penyebab berbeda. Kami akan terus memperbarui informasi bagi publik saat kami mempelajari lebih lanjut,” kata FDA.
Dr Jesse Goodman, ahli penyakit menular dari Universitas Georgetown di Washington DC dan mantan kepala ilmuwan untuk FDA, menyatakan cukup yakin bahwa pengentalan darah di otak terkait dengan vaksin Astrazeneca. Namun, dibandingkan dengan risiko infeksi virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, dampak samping vaksin sangat rendah. ”Kejadian itu jarang dan risiko selama wabah aktif dari Covid-19 jauh lebih tinggi,” kata Goodman dalam sebuah pengarahan, Kamis (8/4). (AFP/REUTERS)