Wakil PM Heng Mundur, Suksesi Singapura Berubah Arah
Wakil PM Singapura Heng Swee Keat mundur dari pencalonannya sebagai pemimpin Singapura pengganti PM Lee Hsien Loong. Kemundurannya membuat tanda tanya sosok pengganti Lee kembali mencuat ke permukaan.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
SINGAPURA, JUMAT — Suksesi kepemimpinan Singapura yang sudah direncanakan beberapa tahun sebelumnya, dengan menempatkan Wakil Perdana Menteri Heng Swee Keat sebagai pengganti PM Lee Hsien Loong, berubah arah. Perkembangan terbaru politik di negeri tetangga ini setelah Heng menyatakan mundur, Kamis (8/4/2021).
Heng, yang akan berusia 60 tahun pada tahun ini, juga akan menyerahkan jabatannya sebagai menteri keuangan pada perombakan kabinet yang diperkirakan dua pekan ke depan. Mundurnya Heng membuat bursa pemimpin muda yang bisa menggantikan PM Lee memanas.
Wakil PM Heng, saat mengumumkan pengunduran dirinya, mengatakan bahwa Singapura membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki masa kerja panjang dan kecakapan lebih untuk bisa membawa negeri tersebut keluar dari krisis ekonomi global pascapandemi Covid-19.
”Kita membutuhkan seorang pemimpin yang tidak hanya akan membangun kembali Singapura pascapandemi Covid-19, tetapi juga memimpin fase berikutnya dari upaya pembangunan bangsa. Dalam krisis berkepanjangan ini, saya akan mendekati usia pertengahan 60-an tahun ketika krisis berakhir,” kata Heng.
Ia menambahkan, dengan usia yang tidak muda lagi, dirinya merasa hanya memiliki landasan yang terlalu pendek jika menjalani tugas sebagai PM nantinya.
Suksesi di negara kota Asia Tenggara yang kaya tersebut telah dirancang dengan hati-hati selama beberapa tahun terakhir, termasuk menetapkan Heng sebagai calon pengganti PM Lee tahun 2018. Lee, menurut rencana, semula akan mundur pada tahun ini saat usianya menginjak 70 tahun.
Namun, pandemi Covid-19 yang mengakibatkan krisis ekonomi yang berkepanjangan, termasuk Singapura, membuat Lee kemungkinan menunda rencana pensiunnya.
Lee telah memberikan isyarat bahwa dia akan menyerahkan kendali kekuasaan di negara yang telah dikuasai oleh Partai Aksi Rakyat (PAP) sejak tahun 1965 itu selepas Singapura keluar dari krisis ekonomi global.
Isu kesehatan
Terkait pengunduran diri Heng, kondisi kesehatan Heng sempat menjadi tanda tanya jika dia nantinya tetap didapuk sebagai perdana menteri. Heng diketahui pernah menderita stroke pada 2016.
”Saya tahu bahwa jabatan puncak memberi beban tuntutan luar biasa pada pemegang jabatan. Meskipun saya dalam keadaan sehat, hari ini adalah demi kepentingan terbaik bangsa bagi seseorang yang lebih muda untuk mengatasi tantangan besar di depan,” kata Heng.
Meskipun saya dalam keadaan sehat, hari ini adalah demi kepentingan terbaik bangsa bagi seseorang yang lebih muda untuk mengatasi tantangan besar di depan.
PM Lee mengatakan, dalam surat terpisah, dia memahami dan menghormati keputusan Heng. Heng akan terus menjabat sebagai wakil perdana menteri mendampingi Lee. Namun, selain mundur dari jabatan menkeu, Heng juga akan mundur sebagai ketua tim pemimpin generasi keempat PAP.
”Pergantian peristiwa yang tidak terduga ini merupakan kemunduran bagi perencanaan suksesi kami. Kami menyadari bahwa warga Singapura akan prihatin. Kami meminta dukungan dan pengertian Anda, saat kami memilih pemimpin lain,” kata para pemimpin 4G dalam pernyataan terpisah.
”Tim 4G akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk memilih pemimpin lain dari antara kita,” ujar mereka.
Mereka juga mengatakan, Lee telah setuju untuk tetap menjabat sebagai perdana menteri sampai penerus baru dipilih oleh tim dan siap untuk mengambil alih.
Hasil pemilu
Transfer kekuasaan di Singapura merupakan hal yang sangat sensitif. Negara berpenduduk 5,7 juta itu adalah salah satu negara dengan populasi terkaya di dunia dan paling stabil di bawah pemerintahan turun-temurun oleh keluarga Lee Kuan Yew dan PAP.
Namun, hasil yang tidak begitu baik diraih PAP pada pemilu akhir tahun lalu. Hal ini diyakini juga sebagai salah satu penyebab mundurnya Heng.
PAP tersengat oleh hasil pemilu terburuk sepanjang sejarah partai itu setelah Heng hanya memperoleh 53 persen suara di daerah pemilihannya. Hasil itu, menurut beberapa analis, bisa menjadi tanda kurangnya dukungan publik untuk jabatan perdana menteri yang diharapkan di masa depan.
Heng memiliki rekam jejak yang cukup bagus sepanjang kariernya sebagai menteri keuangan dan wakil PM. Ia tercatat mengarahkan bank sentral melewati krisis keuangan global dan mengucurkan stimulus miliaran dollar untuk membantu negara tersebut mengatasi resesi terburuk yang pernah terjadi yang disebabkan oleh pandemi. Namun, Heng dinilai tidak cukup memiliki karisma sebagai calon pemimpin masa depan Singapura.
”Saya selalu melihat Heng sebagai jembatan antara kelompok pemimpin yang lebih tua dan yang lebih baru,” kata Song Seng Wun, ekonom pada CIMB Private Banking.
Sementara itu, Eugene Tan, mantan calon anggota parlemen, mengatakan bahwa dirinya memperkirakan Lee akan menunjuk sosok yang akan menggantikannya pada 18-24 bulan ke depan, seusai Singapura lepas dari krisis ekonomi. ”Pandemi telah menyebabkan penundaan, tetapi PM Singapura berikutnya akan mengambil alih sebelum atau setelah pemilihan umum berikutnya yang harus diadakan pada akhir 2025,” kata Eugene.
Michael Barr, seorang ahli Singapura dari Flinders University di Australia, menyebutkan bahwa mundurnya Heng adalah kemunduran besar bagi PAP. Meski demikian, tindakan itu adalah kebijakan terbaik, mengingat kinerja Heng. ”Demi PAP, hal itu mungkin pilihan terbaik yang mereka miliki,” katanya. (AP/REUTERS/AFP)