Kupon Belanja hingga Telur Ayam untuk Vaksinasi Covid-19 di China
Untuk meningkatkan cakupan vaksinasi Covid-19, China memilih pendekatan membujuk warganya dengan iming-iming, bukan lagi dengan paksaan.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
Tidak mudah meyakinkan orang untuk menjalani vaksinasi Covid-19. Umumnya aspek keamanan menjadi pertimbangan. Tapi, di luar itu masih banyak alasan untuk tidak menjalani vaksinasi.
Namun, pemerintah lokal di China memberikan iming-iming kompensasi bagi warganya yang bersedia divaksin. Diharapkan, cakupan vaksinasi meningkat meski penyebaran Covid-19 di sana sudah relatif terkendali.
Memberikan tiket liburan, kupon belanja, dan kartu tanda yang menunjukkan status vaksinasi pegawai di tempat usaha menjadi upaya yang ditempuh agar warga mau divaksin. Paksaan vaksinasi pun akhirnya melunak menjadi bujukan dengan iming-iming.
Sejak program vaksinasi Covid-19 dimulai akhir tahun 2020 sampai sekarang, China telah memberikan sekitar 140 juta dosis vaksin Covid-19. China memiliki target 40 persen dari 1,4 miliar penduduknya divaksinasi pada Juni 2021 nanti.
Akan tetapi, banyak warga China yang tidak begitu antusias dengan vaksinasi Covid-19 karena mereka merasa tidak lagi memiliki risiko yang besar untuk tertular sejak negaranya—secara umum—mampu mengendalikan penyebaran Covid-19 domestik.
Pada Kamis (8/4/2021) hanya ada 11 penularan Covid-19 domestik di China dan aktivitas sehari-hari di mayoritas kota di sana pun telah mendekati normal. Sebagian besar mal, klub malam, dan taman kota telah dibuka.
Dengan situasi itu, untuk mencapai target cakupan vaksinasi para pejabat pemerintah di China harus berpikir kreatif. Dinding bangunan di gang sempit di Distrik Xicheng, Beijing, misalnya sekarang ditempeli tanda berwarna warni—hijau, kuning, dan merah—sesuai dengan status cakupan vaksinasi penghuninya.
”Terasa agak aneh,” ujar Wang Ying, barista di sebuah kafe yang pintunya ditempeli tanda merah yang menunjukkan cakupan vaksinasi penghuni atau pengelola bangunan itu kurang dari 40 persen. ”Tadinya saya pikir vaksinasi sukarela, tapi sekarang sepertinya semua orang harus divaksin.”
Meski Wang dan rekan-rekannya ragu akan keamanan vaksin yang diberikan, suatu saat mereka pasti menjalani vaksinasi juga. ”Dalam usaha makanan dan minuman, vaksinasi akan membuat orang-orang lebih nyaman,” ujar Wang.
Sementara itu, Daxing, sebuah distrik di pinggiran Beijing, membagikan kupon belanja bagi warganya yang menerima dua dosis vaksin Covid-19.
Sementara komite warga di distrik lain menjanjikan berkotak-kotak telur ayam bagi warga lansia yang sudah divaksin dan ada juga yang dijanjikan tiket gratis ke Kuil Lama, sebuah tempat tujuan wisata.
Tapi di tempat lain, otoritas lokal China dan pemilik usaha lebih memilih memaksa daripada membujuk orang untuk mau divaksin.
Para pejabat di Provinsi Yunnan yang baru saja menghadapi lonjakan kasus Covid-19, misalnya, meluncurkan program yang memaksa semua warga di Kota Ruili untuk divaksin dalam lima hari.
Tidak jelas betapa mudahnya untuk menghindari vaksinasi di Ruili yang berbatasan dengan Myanmar yang sedang bergolak karena konflik pascakudeta militer Februari lalu.
Dalam beberapa minggu terakhir, cakupan vaksinasi di China telah meningkat. Warga antre mengular untuk divaksin di pusat layanan vaksinasi di Distrik Chaoyang di Beijing, Kamis.
”Saya telah memikirkan vaksinasi ini beberapa lama karena ini hal baru bagi saya. Tapi, sekarang semakin banyak orang yang divaksin,” kata Zhang, salah seorang yang mengantre vaksinasi. (AFP)