Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi menyampaikan, ia mempertimbangkan upaya memperlebar jalur Terusan Suez agar tidak terulang lagi kasus tersangkutnya MV Ever Given.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN, DARI KAIRO, MESIR
·5 menit baca
Rakyat dan Pemerintah Mesir cukup tersentak oleh kasus tersangkutnya kapal kargo raksasa MV Ever Given di Terusan Suez yang menyebabkan ditutupnya terusan tersebut selama enam hari, sejak Selasa (23/3/2021). Kapal kargo itu bisa dievakuasi dan diapungkan kembali, Senin (29/3). Rakyat dan Pemerintah Mesir selama ini melihat Terusan Suez ibarat ayam bertelur emas.
Betapa tidak, pendapatan Mesir dari devisa Terusan Suez mencapai 5,61 miliar dollar AS pada tahun 2020. Itu pun turun dari pendapatan tahun 2019 yang mencapai 5,8 miliar dollar AS akibat pandemi Covid-19 pada tahun 2020. Pendapatan devisa dari Terusan Suez merupakan empat besar pendapatan Mesir, selain pariwisata, minyak, dan pajak transfer gaji warga Mesir yang bekerja di luar negeri.
Keruan saja rakyat Mesir menganggap kasus terdamparnya MV Ever Given di Terusan Suez itu bak bencana nasional. Selama MV Ever Given terdampar di Terusan Suez, rakyat Mesir melalui media sosial dan media resmi tak henti-hentinya mengikuti perkembangan, sekaligus berdoa, agar krisis Terusan Suez segera selesai dan jalur pelayaran di terusan itu normal lagi.
Ketika beredar berita bahwa MV Ever Given berhasil dievakuasi dan jalur lalu lintas Terusan Suez normal kembali, rakyat Mesir langsung meluapkan kegembiraan yang luar biasa. Mereka saling memberi ucapan selamat melalui media sosial seakan seperti suasana Idul Fitri.
Suasana itu menunjukkan betapa Terusan Suez mendapat tempat tersendiri di hati rakyat Mesir. Maklum, pengorbanan rakyat Mesir sungguh besar ketika membangun Terusan Suez. Kala itu, sekitar satu juta penduduk Mesir atau seperempat dari keseluruhan penduduk Mesir terlibat dalam pembangunan Terusan Suez. Terusan ini dibuka pada tahun 1869.
Isu Terusan Suez masih terus diperbincangkan di media sosial oleh berbagai lapisan masyarakat Mesir meskipun krisis Terusan Suez telah selesai dan kapal MV Ever Given telah berhasil dievakuasi. Harian setengah resmi terkemuka di Mesir, Al-Ahram, edisi 30 dan 31 Maret lalu menurunkan berita utama tentang Terusan Suez. Ada rasa cemas yang cukup kuat di kalangan masyarakat Mesir bahwa kasus serupa tersangkutnya MV Ever Given di Terusan Suez bisa terulang lagi di masa mendatang.
Opini yang berkembang di Mesir mengarah pada dorongan terhadap Pemerintah Mesir, khususnya Otoritas Pengelola Terusan Suez, agar melakukan segala cara untuk mencegah terulangnya kasus serupa di terusan itu. Berkembangnya opini ini mendorong Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi langsung mengunjungi Terusan Suez, Selasa (30/3), saat jalur lalu lintas Terusan Suez dibuka lagi.
Pelebaran jalur
Sisi lewat kunjungannya ke Terusan Suez itu ingin menunjukkan solidaritas kepada rakyat Mesir dan sekaligus tanggung jawabnya sebagai presiden Mesir atas masa depan keamanan Terusan Suez. Sisi menyampaikan, ia mempertimbangkan upaya memperlebar jalur Terusan Suez agar tidak terulang lagi kasus tersangkutnya MV Ever Given.
Kepala Otoritas Pengelola Terusan Suez, Osama Rabie, dalam wawancara dengan CNN, Kamis (1/4), juga menyampaikan, berkaca dari kasus MV Ever Given, Mesir sedang mempelajari kemungkinan memperlebar jalur Terusan Suez.
Sebelumnya, Mesir telah melakukan pelebaran Terusan Suez di bagian utara dengan menelan biaya 8 miliar dollar AS dan diresmikan oleh Sisi pada Agustus 2015. Namun, di jalur bagian selatan, lokasi terjadinya kasus MV Ever Given, belum dilakukan pelebaran dan hanya bisa dilalui satu kapal saja. Kasus MV Ever Given itu terjadi sekitar 6 kilometer sebelah utara kota Suez. Jalur lokasi tersangkutnya MV Ever Given hanya memiliki lebar 345 meter.
Penegasan Sisi dan Rabie tentang keinginan Mesir memperlebar jalur Terusan Suez bagian selatan itu merupakan upaya menenangkan rakyat Mesir dan masyarakat internasional tentang masa depan keamanan Terusan Suez. Sisi maupun Rabie juga ingin memberi pesan kepada masyarakat internasional bahwa Terusan Suez masih merupakan jalur perlintasan terbaik, tercepat, termurah, dan teraman antara Asia dan Eropa.
Bahkan, dalam wawancara dengan televisi Mesir, Rabu (31/3) lalu, Rabie menegaskan akan memberi diskon tarif melintas Terusan Suez sebanyak 5 hingga 15 persen kepada semua kapal yang menunggu antrean di Laut Merah dan Laut Tengah akibat enam hari penutupan terusan. Sedikitnya 425 kapal turut menunggu selama MV Ever Given tersangkut di Terusan Suez.
Penting bagi Sisi maupun Rabie menenangkan masyarakat internasional agar tetap percaya kepada Mesir dan Terusan Suez sebagai jalur transportasi antara Asia dan Eropa mengingat telah berkembang opini tentang perlunya mencari jalur alternatif selain Terusan Suez untuk transportasi Asia-Eropa. Saat ini tercatat sebanyak 30 persen gerakan kapal kargo, kapal tanker, dan jenis kapal lainnya di dunia melewati Terusan Suez setiap hari atau sekitar 12 persen dari keseluruhan gerakan kapal laut dunia.
Mesir kini masih menahan MV Ever Given untuk keperluan proses penyidikan tentang faktor yang menyebabkan tersangkutnya kapal tersebut. Penyidikan awal mengarah bahwa kesalahan terbesar berada di pundak nakhoda kapal. Jika dalam semua proses penyidikan ditetapkan bahwa nakhoda kapal melakukan kesalahan, dapat dipastikan Mesir akan menuntut ganti rugi sehingga tidak terulang lagi kelalaian nakhoda kapal mana pun ketika melintas Terusan Suez.
Mesir sudah menetapkan jumlah kompensasi sekitar 1 miliar dollar AS yang harus dibayar pemilik kapal dan perusahaan asuransi dari kapal tersebut akibat lumpuhnya jalur lalu lintas Terusan Suez selama enam hari itu. Osama Rabie dalam wawancara dengan stasiun televisi Mesir hari Rabu lalu menegaskan, kapal kargo MV Ever Given tidak bisa keluar dari Mesir, kecuali setelah membayar ganti rugi.
Mesir tampaknya juga mulai mengangkat isu ganti rugi dari lumpuhnya Terusan Suez selama 6 hari itu, dalam upaya mencegah terjadinya lagi kelalaian dari pemilik kapal dan perusahaan asuransi dari kapal mana pun tentang kelayakan berlayarnya kapal dalam keadaan cuara buruk pun serta profesionalisme nahkhoda kapal yang mengemudikan kapal. Apalagi disebut, kasus tersangkutnya kapal kargo MV Ever Given di Terusan Suez disaat cuaca buruk dan angin kencang sehingga mengganggu penglihatan nahkhoda kapal.
Namun, perundingan resmi antara Mesir dengan pihak pemilik kapal dan perusahaan asuransi dari kapal tersebut masih menunggu selesainya proses penyidikan saat ini.