Teheran Tetap Ingin AS Cabut Sekaligus Semua Sanksi Atas Iran
Juru bicara Kemenlu Iran, Saeed Khatibzadeh, mengatakan bahwa Teheran menentang pelonggaran sanksi atas Teheran secara bertahap. Kebijakan definitif Republik Islam Iran adalah mencabut semua sanksi Amerika Serikat.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
PARIS, SABTU — Pemerintah Iran ingin Amerika Serikat mencabut sekaligus semua sanksi atas Iran dan menolak pelonggaran secara bertahap sanksi tersebut. Keinginan itu ditegaskan Kementerian Luar Negeri Iran kepada perwakilan Pemerintah Perancis di tengah desakan Paris agar Pemerintah Iran menunjukkan sikap konstruktif dalam pembicaraan tidak langsung dengan Washington di Vienna, Australia, menjelang akhir pekan mendatang.
Juru bicara Kemenlu Iran, Saeed Khatibzadeh, mengatakan bahwa Teheran menentang pelonggaran sanksi atas Teheran secara bertahap. ”Tidak ada rencana langkah demi langkah yang sedang dipertimbangkan (Teheran),” kata Khatibzadeh kepada stasiun televisi negara Press TV. ”Kebijakan definitif Republik Islam Iran adalah mencabut semua sanksi AS.”
Sebagaimana diwartakan sebelumnya, negara-negara yang tergabung dalam perjanjian kesepakatan program nuklir Iran akan bertemu dalam sebuah konferensi video. Salah satu materi yang dibahas dalam pertemuan itu adalah kemungkinan kembalinya AS dalam perjanjian itu, sesuatu yang terlihat direspons positif oleh Washington. Uni Eropa (UE) dalam pernyataannya menyebut negara-negara yang masih menjadi pihak-pihak yang tergabung dalam perjanjian kesepakatan nuklir Iran akan hadir dalam pertemuan itu. Mereka adalah Pemerintah China, Perancis, Jerman, Rusia, Inggris, dan Iran sendiri.
Pertemuan Jumat itu akan menandai pertemuan pertama yang disebut ”komisi bersama” pada perjanjian nuklir Iran sejak Presiden AS Joe Biden menjabat. Badan yang mengawasi implementasi (The Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA atau biasa disebut sebagai perjanjian nuklir Iran) telah berada di bawah ancaman sejak Presiden AS sebelumnya, Donald Trump, menarik diri pada 2018 dan Iran dinilai mulai melanjutkan kegiatan nuklir yang sejatinya telah dikurangi sebelumnya. Pertemuan virtual para pihak itu akan dipimpin oleh diplomat senior UE, Enrique Mora, atas nama Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Josep Borrell.
Di tengah respons positif Pemerintah AS atas rencana pembicaraan virtual di Vienna, Washington dan Teheran tampak masih berselisih tentang siapa yang harus mengambil langkah pertama.
Di tengah respons positif Pemerintah AS atas rencana pembicaraan virtual di Vienna, Washington dan Teheran tampak masih berselisih tentang siapa yang harus mengambil langkah pertama. Biden telah berjanji untuk bergabung kembali dengan perjanjian tersebut dengan syarat bahwa Iran pertama-tama kembali menghormati komitmen yang ditinggalkannya sebagai pembalasan atas penarikan Trump dan penerapan kembali sanksi. Departemen Luar Negeri AS mengatakan, fokus pembicaraan Vienna akan berada pada ”langkah-langkah nuklir yang perlu diambil Iran untuk kembali ke kepatuhan Teheran” dengan perjanjian nuklir.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dia telah meminta Iran untuk menghindari pelanggaran lebih lanjut atas komitmen nuklirnya.”Saya mendorong Iran untuk bersikap konstruktif dalam diskusi yang akan berlangsung,” kata Le Drian. ”Mereka diminta untuk membantu mengidentifikasi dalam beberapa pekan mendatang langkah-langkah yang akan diperlukan untuk kembali ke kepatuhan penuh dengan kesepakatan nuklir.”
Dalam cuitan di Twitter tentang panggilan telepon antara dirinya dan Le Drian, Zarif mengatakan, ”Saya meminta Perancis untuk menghormati komitmennya berdasarkan perjanjian dan berhenti mematuhi sanksi ilegal yang dijatuhkan oleh AS.” Teheran mengatakan, Washington harus mengakhiri sanksi sebelum akan membuat langkah apa pun untuk kembali sejalan terkait perjanjian itu dan telah menolak untuk mengadakan negosiasi langsung dengan AS.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei sebelumnya mengatakan, negaranya dapat kembali mematuhi JCPOA jika Teheran menganggap Washington telah memenuhi komitmennya. Kesepakatan nuklir Iran ditandatangani oleh Iran di Vienna pada 2015 bersama AS, China, Rusia, Jerman, Perancis, dan Inggris di bawah ketua UE. Perjanjian itu dirancang untuk mencegah Iran memperoleh persenjataan nuklir dengan memberlakukan batasan ketat pada program nuklirnya. (AP/AFP/REUTERS)