Ditolak Mundur Pascakecelakaan Parah, Menteri di Taiwan Pikul Tanggung Jawab
Pemerintah Taiwan menolak permintaan mundur Menteri Transportasi Lin Chia-lung pascatabrakan antara kereta dan truk, kecelakaan terparah dalam 70 tahun di Taiwan. Lin menyatakan siap bertanggung jawab atas insiden itu.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
HUALIEN, MINGGU -- Menteri Transportasi Taiwan, Lin Chia-lung, Minggu (4/4/2021), menyatakan akan bertanggung jawab sepenuhnya atas kecelakaan kereta yang menewaskan 51 orang di kota Hualien, Taiwan, Jumat lalu. Kecelakaan antara truk dan kereta cepat, Taroko Express, itu merupakan yang terparah dalam 70 tahun. Selain 51 orang tewas, sebanyak 200 orang terluka di insiden tersebut,
Lin sudah mengajukan pengunduran diri, tetapi untuk sementara ditolak. "Saya juga bertanggung jawab meminimalisasi kerusakan yang disebabkan kecelakaan itu. Setelah pencarian dan penyelamatan korban selesai, saya akan mempertanggungjawabkan semuanya," kata Lin, Minggu.
Kantor Perdana Menteri Taiwan Su Tseng menjelaskan Lin sudah mengajukan pengunduran diri secara lisan, Sabtu, tetapi ditolak untuk sementara karena saat ini pemerintah masih fokus pada pencarian dan penyelamatan korban serta pemulihan jalur kereta.
Kecelakaan terjadi ketika sebuah truk bangunan meluncur kencang di jalanan menurun di bukit, lalu menghantam sebagian kereta yang baru saja keluar dari terowongan. Saat ini manager lokasi pembangunan jalur kereta, Lee Yi-hsiang, tengah diselidiki. Truk milik kontraktor bangunan itu diduga meluncur tanpa kendali karena remnya blong atau bahkan tidak direm sama sekali.
Lee sudah dibebaskan dengan uang jaminan, tetapi kemudian pengadilan tinggi Hualien membatalkan keputusan itu setelah jaksa mengajukan banding. Kasus itu kemudian dikirim kembali ke pengadilan yang lebih rendah. Lee membacakan pernyataan permohonan maafnya.
"Saya sangat menyesal dan meminta maaf sebesar-besarnya. Saya akan bertanggung jawab," ujarnya sambil menangis.
Akibat kecelakaan tersebut, kementerian transportasi dan jawatan kereta Taiwan dikritik karena tidak adanya pagar yang memadai di sepanjang rel. Selain itu, banyak pihak juga mempertanyakan banyaknya jumlah penumpang berdiri, padahal di dalam aturannya penumpang tidak boleh berdiri.
Wakil Menteri Transportasi Taiwan, Wang Kwo-tsai, mengatakan bahwa jawatan kereta harus menyelidiki kasus ini hingga tuntas. Ia menduga ada kelalaian di pihak kontraktor bangunan.
Pemerintah Taiwan menjanjikan kompensasi bagi korban dan keluarga korban serta berjanji akan memberikan bantuan apa saja yang dibutuhkan. Sebagian jalur rel yang rusak baru akan dibuka paling cepat 20 April mendatang. Untuk sementara perjalanan kereta tidak terganggu karena ada jalur ganda.
"Kami masih menarik gerbong-gerbong yang tertahan di dalam terowongan," kata Wang.
Salah satu korban yang selamat, Sung Chih-chiang, menceritakan bahwa salah satu penumpang, Chung Hui-mei, menemukan anak perempuannya berada di bawah panel-panel baja. "Ia berusaha menyelamatkan anaknya, tetapi terlalu lama sehingga anaknya meninggal," ujarnya.
Para korban selamat menceritakan masinis kereta sudah membunyikan klakson panjang sebelum tabrakan, tetapi tidak bisa mengurangi kecepatan kereta sehingga terjadi tabrakan. Harian The United Daily News menyebutkan, dari hasil rekaman video terlihat truk sudah berada di jalur kereta sebelum kereta masuk terowongan.
Kecelakaan tersebut terjadi pada saat awal pekan liburan ketika masyarakat Taiwan pulang kampung untuk ziarah ke makam keluarga. Selain mengangkut warga yang pulang kampung, kereta itu penuh dengan wisatawan yang hendak berlibur ke daerah wisata Taiwan timur, Bukit Huadong.
Insiden kecelakaan itu merupakan kecelakaan terparah di Taiwan. Pada tahun 2018, pernah terjadi kecelakaan hingga menewaskan 18 orang di jalur kereta yang sama. Pada tahun 1948 juga pernah terjadi kecelakaan terparah dengan 64 orang tewas setelah kereta terbakar. (REUTERS/AFP)